flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Selasa, 22 September 2015

STRATEGI ICOM DALAM MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH

oleh :
 Reni Hermayati

ABSTRACT

In managing a quality school is needed to implement the right strategy in the school program. Principal as leaders and managers can use the ICOM. cultured in managing schools. ICOM strategy is a strategy Interpersonal Communica-tion. Interpersonal Communication is a good interpersonal communication skills and effective, it is so required by the Principal in order to run the program and all its activities smoothly and achieve the expected goals especially Cultural Management School program. School culture can create a more comfortable atmosphere, boost performance, foster a competitive spirit and other spirits that have an impact on the educational process in the school culture sekolah.Manajemen implemented through habituation program for the creation of Learning PAIKEM which aims to improve student achievement.

Keywords: ICOM Strategy, Management, Culture School

ABSTRAK
Dalam mengelola Sekolah yang bermutu sangat dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengimplementasikan program sekolah. Kepala Sekolah sebagai pemimpin dan manajer dapat menggunakan ICOM. dalam mengelola sekolah yang berbudaya. Strategi ICOM yaitu strategi Interpersonal Communication. Interpersonal Communication merupakan Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif , hal tersebut sangat diperlukan oleh Kepala Sekolah agar dapat menjalankan program dan semua aktivitasnya dengan lancar dan tercapainya tujuan yang diharapkan terutama program Manajemen Budaya Sekolah. Budaya Sekolah dapat menciptakan suasana yang lebih nyaman, memacu prestasi, menumbuhkan jiwa kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap proses pendidikan di sekolah.Manajemen Budaya Sekolah dilaksanakan melalui program Pembiasaan agar terciptanya Pembelajaran PAIKEM yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa.

Kata Kunci : Strategi ICOM, Manajemen, Budaya Sekolah



PENDAHULUAN
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didukung oleh lengkapnya sarana dan prasarana, guru yang berkualitas ataupun input siswa yang baik, tetapi budaya sekolah pun sangat berperan terhadap peningkatan keefektifan sekolah. Menurut Mayer dan Rowen dalam Jamaluddin (2008:24) budaya sekolah merupakan jiwa (spirit) sebuah sekolah yang memberikan makna terhadap kegiatan kependidikan sekolah tersebut, jika budaya sekolah lemah, maka ia tidak kondusif bagi pembentukan sekolah efektif. Sebaliknya budaya sekolah kuat maka akan menjadi fasilitator bagi peningkatan sekolah efektif.
Menurut Bears,et.al (2002:172) setiap lembaga pendidikan, sebagaimana setiap individu dalam sebuah lembaga pendidikan berbeda antara satu sama lain. Seperti layaknya manusia, sebuah sekolah memiliki getaran dan jiwa sendiri. Masing-masing mengespresikan rasa sendiri yang penting berbeda satu sama lainnya. Getaran tersebut berasal dari lingkungan sekolah yang gilirannya menciptakan budaya sebuah lembaga pendidikan.
Sekolah sebagai sebuah organisasi memiliki nilai dan adab yang selanjutnya menjadi budaya sekolah, budaya sekolah tercipta sebagai hasil akulturasi nilai dari proses sosialisasi personil sekolah dengan sesama perangkat lainnya, personil sekolah dengan masyarakat, serta proses asimilasi dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Budaya sekolah tersebut selanjutnya akan menciptakan suasana sekolah yang berlainan dibandingkan dengan sekolah lainnya. Suasana yang tercipta bisa lebih nyaman, memacu prestasi, menumbuhkan jiwa kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap proses pendidikan di sekolah.
Mengingat budaya itu dapat diciptakan dan dikembangkan maka sudah selayaknya apabila budaya yang selama ini dirasakan memiliki kekurangan dilakukan perubahan atau mungkin diciptakan budaya baru agar kondisi sekolah menjadi lebih baik. Penciptaan budaya baru harus dilakukan secara cermat dan melalui kajian yang mendalam, perubahan yang terjadi tidak bersifat instan melainkan berproses dari tahapan yang sederhana hingga fundamen-tal. Perubahan budaya baru harus memiliki implikasi positif dan mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi di masa depan, sehingga organisasi seko-lah akan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang di masa depan.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi ICOM
Salah satu Strategi yang dapat digunakan dalam mengelola sekolah yang berbudaya adalah dengan menggunakan strategi ICOM yaitu strategy Interpersonal Communication, Interperso-nal Communication merupakan Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif , hal tersebut sangat diperlukan oleh Kepala Sekolah agar dapat menjalankan program dan semua aktivitasnya dengan lancar dan tercapainya tujuan yang diharapkan.
Memaknai pengertian komunikasi, secara spesipik dikemukakan oleh Emerson Reck (1993: 25) dalam Manajemen Pendidikan bahwa :
Public relation is the continued process of keying policies, service and action to the best interest ot those individual and group whose confidence and goodwill and individual or institution covets, and secondly, it is the interpretation of these policies, services and action toassure complete understanding and appreciation.

Public Relation dimaknai sebagai sebuah proses penetapan kebijakan, pelayanan serta tindakan-tindakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan orang banyak agar orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut. Logikanya jika lembaga tersebut tidak melakukan kegiatan dalam hal ini komunikasi inter personal maka akan kesulitan bagi masyarakat untuk mengenal lembaga tersebut.
Kemampuan berkomunikasi interper-sonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communi-cation skill. Ada 5 kemampuan yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam Interpersonal Communication, yaitu sebagai berikut:
1)      Confidence (percaya diri) maksudnya adalah para pelaku komunikasi interpersonal harus memilki rasa percaya diri secara sosial (social confidence).
2)      Immediacy merujuk pada situasi adanya perasaan kebersamaan antara pembicara dan pendengar (oneness). Immediacy ditunjukan dengan sikap memperhatikan, menyenangi, dan tertarik pada lawan bicara
3)      Interaction management maksudnya adalah kemampuan untuk mengontrol interaksi demi memuaskan kedua belah pihak pelaku komunikasi.
4)      Expressiveness maksudnya adalah kemampuan untuk secara sungguh sungguh terlibat dalam proses komunikasi.
5)      Other orientation maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain selama proses komunikasi interpersonal berlangsung.
Butir-butir tersebut di atas menjelas-kan kemampuan yang harus dimiliki agar suatu proses komunikasi interpersonal efektif dan Program yang sudah dibuat dapat terlaksana dan tercapai tujuannya.

B.     Manajemen Budaya Sekolah
1.      Pengertian Manajemen
Menurut Stoner, manajemen adalah proses dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran. Sedangkan Mary Parker Follet berpendapat bahwa manajemen adalah sebuah seni (management is an art). Setiap pekerjaan dapat diselesaikan melalui orang lain. Selanjutnya George R. Terry Mengemukakan bahwa Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni. Manajemen merupakan suatu wadah dalam ilmu pengetahuan, sehingga dapat dibuktikan kebenarannya secara umum.
Di lain pihak Manajemen menurut Koontz ialah seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman akan ilmu yang mendasarinya. Oleh karena itu, seni dan ilmu bukannya saling berten-tangan satu sama lain, akan tetapi saling melengkapi. Selain itu, Wilson Bangun mengemukakan bahwa manaje-men ialah rangkaian aktivitas-aktivitas yang dikerja-kan oleh anggota-anggota organisasi untuk mencapai tujuannya. Proses merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis.
Berdasarkan penjelasan pengertian manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Manajemen adalah suatu seni, ilmu dan proses dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, pengorganisasian, seperti perencanaan, penyusunan personalia dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.      Pengerti Budaya Sekolah
Secara etimologis kata “budaya” berasal dari bahasa Sankskerta ”buddhayah”, merupakan bentuk jamak dari buddi yang berarti ”budi” atau ”akal” dan dalam bahasa Latin colere yang berarti “mengolah atau mengerjakan”, yang diartikan sebagai keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere kemudian berkembang menjadi culture dan diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Sedangkan Ki Hajar Dewantoro (1967) mengemukakan konsep budaya sebagai ”buah budi” manusia baik yang bersifat lahir maupun batin, selalu mengandung sifat-sifat ”keluhuran” dan kehalusan/keindahan, ethis dan esthetis, yang ada pada hidup manusia pada umumnya. Lebih lanjut Parson (dalam Hindaryatiningsih, 2013) menyebutkan bahwa budaya terdiri dari pola-pola yang berhubungan dengan perilaku, hasil tindakan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan terlepas dari faktor-faktor genetik secara biologis. Tinjauan lain menyatakan bahwa budaya atau culture memiliki arti penanaman jiwa atau pikiran (Wikipedia, 2012).
Secara definitif, budaya merupakan (1) sekumpulan norma (ukuran) yang diterima oleh anggota organisasi, dipahami, dan menjadi pedoman bagi dirinya dalam bertindak; dan (2) dalam konteks lingkungan budaya dimaknai sebagai suatu nilai-nilai (hal-hal yang mendasar/penting), moral (baik buruk suatu perbuatan), kebiasaan, dan hukum dalam suatu organisasi (Robbins & Decenzo, 2004). Jadi budaya merupakan suatu ide, gagasan, nilai-nilai, peraturan-peraturan, norma-norma, cara berfikir, perilaku, sikap dan tindakan yang dibenarkan dan diterima masyarakat yang dapat dipelajari dari tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dan perilaku masyarakat sebelumnya, serta diwariskan secara turun temurun baik dalam wujud fisik/material ataupun non material.
Sedangkan pemahaman terhadap Budaya Sekolah dapat dilakukan berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya. Budaya sekolah diartikan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh sivita sekolah (Ditjen PMPTK, 2007).
Budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni budaya positif dan negatif. Budaya yang positif dapat mengembangkan perilaku positif dan kondusif, sebaliknya budaya negatif dapat mengembangkan/mempengaruhi perilaku peserta didik yang negatif pula, maka budaya positiflah yang harus dikembang-kan di sekolah.
Jika digabungkan antara budaya dan organisasi (sekolah) menjadi budaya sekolah memiliki makna (1) Sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Deal dan Peterson, 1999); (2) Sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi (Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr., 1996:182); (3) Kepribadian organsasi (personality of an organization) atau bagaimana sesuatu bekerja di sekitar organisasi, pedoman pegawai untuk berpikir, bertindak, dan merasakan, terkandung nilai-nilai utama, kepercayaan, etika, dan aturan perilaku dalam organisasi (Hansen, 2005); (4) Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah” (Depdiknas, 2007: 1).
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi (sekolah) merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh hati dan pikiran sehingga dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok) dalam satuan pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Namun demikian, budaya sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat.

3.      Implementasi Manajemen Budaya Sekolah
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah melalui beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan program, (2) sosialisasi program, (3) pelaksanaan program, dan (4) evaluasi program.
a.       Perencanaan Program
Dalam perencanaan penyemaian budaya dan pengaturan lingkungan sekolah perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau sasarannya. Kemudian menyusun program dan menentukan strategi mencapai tujuan/target. Profil budaya dan lingkungan sekolah yang diharapkan perlu dinyatakan dengan tegas. Program yang dibuat digolongkan menjadi dua (2) besar, yaitu program penataan lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan program pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.
b.      Sosialisasi Program
Sosialisasi program budaya dan lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut.
1)      Sosialisasi program kepada pendidik. Ini dimaksudkan agar budaya dan lingkungan sekolah diketahui oleh pendidik sebagai pedoman berperilaku dan pemberian teladan kepada peserta didik. Guru adalah pelaku utama pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Melalui pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan guru, penyemaian budaya dan penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah dapat terealisasi.
2)      Sosialisasi kepada peserta didik. Bertujuan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya peran peserta didik dalam implementasi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Dengan disosialisasikannya program tersebut, maka peserta didik diharapkan lebih aktif dalam mengimplementasikannya.
3)      Sosialisasi melalui pemasangan poster, baliho, dan spanduk. Pemasangan dilakukan di tempat strategis.
4)      Sosialisasi melalui kampanye pentingnya pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Kampanye dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain televise, parade seni, pameran, zikir bersama, isighosah, lomba-lomba, dan safari.
c.       Pelaksanaan Program
Langkah-langkah yang dilakukan sekolah kaitannya dengan pelaksanaan program yaitu:
1)      Membentuk tim pengembang budaya dan lingkungan sekolah yang terdiri atas kepala sekolah, guru, komite sekolah, wakil orang tua dan wakil peserta didik;
2)      Menyusun deskripsi tugas tim;
3)      Tim yang dibentuk menyusun target kegiatan, menyusun program kegiatan, menyusun strategi pelaksanaan program, memilih dan menyusun alat dan strategi pengawasan.
4)      Melaksanakan program sesuai rambu-rambu yang telah dirumuskan;
5)      Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program secara bertahap.
Untuk merealisasikan proram, tim pengembang menyusun program jangka panjang, menengah dan pendek bagi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Program jangka panjang, menengah dan pendek berisi jabaran tentang:
1)      Target jangka panjang;
2)      Kegiatan jangka panjang;
3)      Strategi pelaksanaan jangka panjang;
4)      Evaluasi program jangka panjang.d
d.      Evaluasi Program
Implementasi, pembinaan, pengemba-ngan budaya dan lingkungan sekolah dilakukan secara terus menerus. Implementasinya dimonitor terus menerus untuk diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Ini digunakan sebagai upaya untuk lebih memantapkan imple-mentasinya.
Tujuan evaluasi implementasi budaya dan lingkungan sekolah yaitu: (1) mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2) mengetahui target yang sudah dan belum tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat ketercapaian target; (4) mengetahui upaya yang sudah dilakukan dalam rangka mengatas kendala; (5) mengidentifikasi unsur rencana dan pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal untuk saat yang akan datang.
2.      Sasaran Manajemen Budaya Sekolah
a.       Bidang Akademik
Untuk mewujudkan budaya sekolah yang berprestasi kebijakan dalam bidang akademik diorientasikan untuk mening-katkan kualitas akademik, kepribadian dan kemampuan sosial, guna mencapai keunggulan kompetitif,
b.      Bidang Kesiswaan
Kebijakan dalam bidang kesiswaan dan hubungan alumni berorientasi pada peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan kesiswaan untuk mendukung program sekolah guna memperoleh dan memperkaya kompetensi profesional, kepribadian dan sosial yang mantap, menuju keunggulan kompetitif.
c.       Bidang Sarana atau Fasilitas
Kebijakan ini difokuskan pada modernisasi sekolah dan fasilitas berstandar dengan menempatkan realisasi bantuan pemerintah dalam prioritas tinggi serta menggali dukungan masyarakat dalam pengembangan sekolah.

SIMPULAN
Strategi ICOM sangat dibutuhkan untuk melaksanakan Program Budaya Sekolah agar program dapat berjalan dengan baik dan berdampak terhadap prestai sekolah. Kemampuan dalam Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communication) menjadi keharusan bagi Kepala sekolah terkait dengan Kompetensi manajerial dan Kompetensi Sosial agar memudahkan dalam sosialisasi program Budaya sekolah sehingga Program dapat terlaksana sesuai dengan harapan.
Manajemen Budaya Sekolah dilaksa-nakan melalui program Pembiasaan agar terciptanya Pembelajaran PAIKEM yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa.
Referensi:
Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung : Alfabeta
Deal & Peterson. 1999. Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis http://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2013
Kurnia, Adi. 2001. Membangun budaya sekolah. Bandung : Rakatama Media.
Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahab, Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (telaah terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi pendidikan). Bandung : Alfabeta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Wilson, Bangun. 2008. Intisari Manajemen. Yang Menerbitkkan PT Refika Aditama: Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.