flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Rabu, 07 Oktober 2015

PENGGUNAAN METODE CERITA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENGGUNAAN METODE CERITA
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
oleh
Yani Nuraeni

Abstrak
Pemilihan atau penempatan metode dalam kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga kondisi siswa. Hal ini juga dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh, karena penggunaan variatif metode akan menimbulkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Dan pada pelaksanaannya metode bercerita yang diterapkan ternyata sangat mendapatkan perhatian yang baik dari peserta didik atau siswa – siswi. Hal ini akanterlihat dari perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan metode bercerita tersebut. Dalam proses penerapannya metode bercerita meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dan ternyata setelah diuji coba metode bercerita yang pernah dilakukan sudah cukup baik dan mendapat respon yang cukup baik pula dari peserta didik.Metode bercerita cukup membantu secara efektif, hal ini dapat kita lihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang menunjukkan cukup bagus.

Kata kunci: Metode cerita, pembelajaran, pendidikan agama Islam


A.    Pendahuluan
Salah satu problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitupada aspek metodologi pembelajaran, guru masih bersifat normatif, teoritis dankognitif yang mana kurang mampu mengaitkan serta berinteraksi dengan materi-materi pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Furchan (1993) menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolah masih banyak menggunakan cara-cara pembelaja-ran tradisional, yaitu ceramah monoton dan statis – kontekstual, cenderung normatif, monolitik, lepas dari sejarah, dan semakin akademis (Muhaimin, 2006: 163.).
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusatpendidikan formal sebagai upaya untuk mengarahkan peruba-han pada diri individu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam interaksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalah pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembela-jaran, saran prasarana, lingkungan, dan beberapa komponen lain yang mendukung dalam proses pembela-jaran serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuh-kan daya tarik dan semangat belajar bagi peserta didik.
Perkembangan mental peserta didik di sekolah antara lain, meliputikemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Proses pembelajaran juga harus memper-hatikan minat dan kemampuan peserta didik.
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudu-kan yangsangat penting untuk pencapaian tujuan karena ia men-jadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak dapat terproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.
Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi dengan peserta didik. Penggunaan metode yang berva-riasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan padakreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan (E. Mulyasa, 2008: 107). Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan seorang guru akan berhasil jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajarandan secara fungsional dapat dipergunakan untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum, dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional dalam proses pembela-jaran. Oleh karena itu, proses pendidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia didik sebagai upaya untuk membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan.
Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pengetahuan Islam, metode harus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun non formal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam, suatu metode yang baik harus memiliki karakter dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam.
Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidi-kan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung karakter dan relevansi tersebut. Pertama, membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata. Kedua, bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk al- Qur'an. Ketiga, berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran al-Qur'an yang disebut pahala dan siksaan (M. Arifin, 2003: 144).

B.     Pengertian Metode cerita
Dalam kaidah ushuliyah dijelaskan bahwa perintah melaku-kan suatu perkara (termasuk di dalamnya adalah pendidikan) maka juga diperintahkan untuk mencari mediumnya (metodenya), dan medium tersebut hukumnya sama dengan apa yang dituju (Muhaemin dan Abdul Mujib: 229).
Senada dengan hal tersebut terdapat firman Allah Swt. dalam al-Qur’an surat al-Maidah, ayat 35:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilahjalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 35).
Implikasi kaidah ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah bahwa proses pelaksanaan pendidikan Islam membutuhkan adanya metode yang tepat, sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Penggunaan metode dalam pendidikan Islam, yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah Swt. Di samping itu, pendidik juga perlu memahami metode-metode instruksional yang aktual sebagaimana yang ditunjukkan dalam al-Qur’an atau yang disarikan dari al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi serta disiplin atau dalam istilah al-Qur’an disebut dengan penghargaan (tsawab) dan hukuman (’iqab).
Selain kedua hal tersebut, sebagai seorang pendidik juga harus bisa memberikan dorongan kepada peserta didik agar menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupan dan alam sekitarnya, memotivasi peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasi-kan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga sebagai seorang pendidik juga harus mendorong peserta didiknya untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam merupakan kebenaran yang hakiki, serta memberi bimbingan kepada mereka tentang praktik ‘amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.
Tujuan adanya metode pembela-jaran dalam pendidikan Islam adalah menjadikan proses dan hasil pembelajaran agama Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna serta menimbulkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui tekhnik motivasi yang menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Sedangkan fungsi dari metode pembelajaran pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik agar belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik.
Tugas utama dari metode dalam pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogik dalam proses pembelajaran melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar peserta didik dapat mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu tugas dari metode pembelajaran ini adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta penanaman nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi parapeserta didik.
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dalam kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar, apabila menginginkan tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka tidak cukup hanya menguasai materi, tetapi juga harus menguasai berbagai tekhnik atau metode penyampaian materi yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran.
Istilah metode mengajar terdiri atas dua kata yaitu, metode dan mengajar. Metode atau methode berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos, Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan istilah mengajar berasal dari kata ajar diberi awalan ’memenjadi mengajar yang berarti menyajikan atau menyampaikan. Dari penjelasan di atas dapat disimpul-kan bahwa pengertian metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyampaikan bahan pengajaran agar dapat mencapai tujuan pengajaran.
Para ahli merumuskan beberapa ta’rif tentang metode pembelajaran, di antaranya sebagai berikut:
a.       Abdurrahman Ghunaimah mengartikan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
b.      Muhammad Athiyah al-Abrasyi menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang berbagai macam materi pelajaran.
c.       Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama merumuskan bahwa metode pembelajaran adalah suatu tekhnik penyam-paian bahan pelajaran kepada peserta didik yang dimaksud-kan agar mereka dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Dalam menerapkam metode pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
a.       Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengantujuan utama pendidikan agama Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah Swt.
b.      Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam al-Qur’an atau disimpulkan daripadanya.
c.       Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan atau dalam istilah al-Qur’an disebut ganjaran (tsawab) dan hukuman (’iqab).
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran antara lain:
1)      Tujuan yang hendak dicapai
Setiap pendidik yang pekerjaan pokoknya mendidik harus mengerti dengan jelas tentang tujuan pendidikan, karena hal tersebut akan menjadi sasaran dan pengarah tindakan-tindakannya dalam menja-lankan fungsinya sebagai pendidik.

2)      Peserta didik
Peserta didik yang akan menerima dan mempelajari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru juga harus memperhatikan pemilihan metode mengajar, karena metode mengajar itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecekatan tertentu.

3)      Bahan yang akan diajarkan
Pada hakikatnya metode mengajar di samping sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan juga merupakan media untuk menyampaikan bahan atau materi yang pada akhirnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sifat, isi dan bobot materi yang akan disampaikan sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik dan kemampuannya dalam menerima materi pelajaran tersebut.


4)      Fasilitas
Termasuk dalam faktor fasilitas antara lain adalah alatperaga, ruang, waktu, kesempatan, tempat dan alat-alat praktikum, buku-buku, perpustakaan dan sebagainya.

5)      Guru
Setiap guru harus menguasai setiap metode yang digunakannya dalam menyampaikan materi pelajaran, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran tersebut.

6)      Situasi
Termasuk dalam situasi adalah keadaan para peserta didik (termasuk kelelahan dan semangat mereka), keadaan suasana, keadaan guru (kelelahan dan semangat guru), keadaan kelaslain yang berdekatan dengan kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode tertentu dan sebagainya.

7)      Partisipasi
Apabila guru menginginkan para peserta didik turut aktif secara merata dalam suatu kegiatan yang berhubungan denganmateri pelajaran maka harus menggunakan metode kerjakelompok, metode unit atau metode seminar dan lain-lain.

8)      Kebaikan dan Kelemahan Metode Tertentu
Setiap metode mempunyai kelemahan dan kelebihan, dengan sifatnya yang variatif, guru perlu mengetahui kapan suatu metode tepat digunakan dan kapan dia menggunakan kombinasi dari metode-metode tersebut, guru harus memilih metode yang paling banyak memberikan hasil.

C.    Pengertian Kisah
Qishah berasal dari kata al-qashashu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qashash menurut bahasa berasal dari bentuk mashdar yaitu kata al-qishah yang mempunyai arti berita dan keadaan (Manna’ Khalil Qatthan, tth.: 305-310). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt. surat al-Kahfi, ayat 64:
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,mengikuti jejak mereka semula.(QS al-Kahfi ayat 64)
Dan dalam surat Al-Qashash, ayat 11:
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang merekatidak mengetahuinya” (QS Al-Qashash: 11).
Qashash juga berarti berita yang berurutan, sebagaimana dalam firman Allah surat Ali Imran, ayat 62:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya:
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yangberhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yangMaha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran: 62).

Dan dalam surat Yusuf, ayat 111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagiorang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yangdibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya danmenjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf, ayat 111).

D.    Macam-macam Kisah.
Dalam al-Qur'an terdapat berbagai macam kisah yang dijelaskandalam ayat-ayatnya, antara lain:
1.      Kisah para Nabi, yaitu mengandung cerita tentang dakwah paraNabi, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, akhlaq orang-orang yang menentang Nabi, tahapan-tahapan dakwah dan perkemba-ngannya serta akibat-akibat yang diterima olehmereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan.
2.      Misalnya kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, dan lain-lain. Kisah-kisah tersebut terdapat dalam surat al-An'am, al-Kahfi, Maryam dan surat-surat lainnya.
3.      Kisah al-Qur’an yang berhubungan dengan kejadian masa laludan figur-figur orang yang belum jelas kenabiannya, seperti kisah Thalut dan Jalut, Dzul Qarnain, Ashhabul Kahfi, Maryam, Ashhab al-Fiil, Ashhab al-Ukhdud, dan lain-lain.
4.      Kisah-kisah tersebut antara lain terdapat dalam surat al-Fiil, al-Buruj, al-Baqarah, al-Kahfi, dan lain sebagainya.
5.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah saw. seperti peristiwa perang Badar dan perang Uhud, sebagaimana terdapat dalam surat Ali Imron, perang Hunain dan perang Tabuk, sebagaimana yang terdapat dalam surat at-Taubah, dan lain-lain.

E.     Faedah-faedah Kisah
Dalam Metode cerita terdapat beberapa faedah, yaitu:
a)      Penjelasan tentang dasar-dasar berdakwah dan penjelasan tentang dasar-dasar syari’at bagi para Nabi, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Anbiya’: 25
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa-sannya tidak ada Tuhan (yang hak)melainkan Aku, Maka sembah-lah olehmu sekalian akan aku" (Q.S. Al-Anbiya’: 25)

b)      Untuk meneguhkan hati rasul dan hati umat Islam agar tetapberada pada agama Allah, mengokohkan kepercayaan orangmukmin akan pertolongan Allah terhadap golongan yang benardan kehancuran umat yang salah, hal ini terdapat dalamQ.S. Hud: 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
"Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisahyang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orangorangyang beriman” (QS Q.S. Hud: 120).

c)      Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenanganterhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
d)     Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwahnyadengan berita yang disampaikannya tentang hal ihwal orang–orangterdahulu disepanjang masa dan generasi.
e)      Menampakkan kebohongan ahli kitab terhadap petunjuk danpenjelasan yang mereka sembunyikan serta menantang ahlikitab dengan keterangan dalam kitab mereka sebelum terjadipenyelewengan. Hal ini terdapat dalam Q.S. Ali-’Imron: 93
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:
"Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yangdiharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taura tditurunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yangdiharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar" (Q.S. Ali-’Imron: 93).

f)       Qashash atau cerita merupakan bentuk dari sastra yang menarikuntuk didengarkan dan mudah meresap ke dalam jiwa sehinggamenjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Sebagaimanayang terdapat dalam Q.S. Yusuf: 111
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Adapun hikmah-hikmah dalam Metode cerita adalah:
1.      Menjelaskan betapa tingginya kandungan balaghah dalam Al-Qur’an (Salah satu karakteristik balaghah, menjelaskan satu makna dalam bentuk yang berbeda, satu cerita diulang-ulangdalam beberapa tempat dengan uslub yang berbeda, hal inimenunjukkan bahwa manusia tidak mudah merasa bosan, akantetapi akan menunjukkan makna-makna baru dalam jiwa, yangmana hal itu tidak dapat ditemukan dalam satu ayat pada ayatyang lain.
2.      Menunjukkan hebatnya kemuk-jizatan al-Quran, bahkan para sastrawan Arab tidak mampu menandingi salah satu bentuk pun dalam al-Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar mukjizat yang datang dari Allah swt.
3.      Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya penga-ruh dari perhatian. Misalnya kisah Musa dan Fir’aun, kisah ini menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran dan kebatilan, walaupun kisah itu sering diulang-ulang tetapi tidak pernah terjadi dalam satu surat.
4.      Adanya beberapa perbedaan tujuan dari berbagai bentuk makna yang terdapat dalam setiap pengulangan kisah-kisah tersebut.

F.     Pengaruh Metode cerita dalam Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana telah diketahui bahwa kisah yang baik akan banyak diminati dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jenuh, begitu juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dicerna oleh akal, diserap ke dalam hati untuk direalisasikan dalam tingkah laku.
Dengan adanya Fenomena kejiwaan ini seharusnya para pendidik dapat mengambil pelajaran dari Metode cerita tersebut dalam proses pembelajaran lebih-lebih dalam pendidikan agama Islam. Seorang pendidik harus bisa memilihdan memilah kisah-kisah yang harus disampaikan menurut masing-masing tingkatan pendidikan dan tingkat pemahaman atau karakteristik peserta didik.
Dalam kisah-kisah Qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali peserta didik dengan bekal kependidikan berupa peri kehidupan paraNabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa, semua itu dikatakan dengan benar danjujur. Para pendidik hendaknya mampu menyampaikan kisah-kisah Qur’ani tersebut dengan susunan bahasa yang sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik dan harus sesuai dengan tingkatan pendidikan-nya masing-masing.
Para ahli Qiro'ah dalam kitab Qashashul Qur'an karya Ibnu Katsir ad-Dimasyqi menjelaskan bahwa: al-Qur'an tidak hanya berupa kalam yang dibaca, tetapi al-Qur'an juga berisi undang-undang amaliyah dalam kehidupan dan pendidikan serta pengalaman-pengalaman nafsiyah yang bertujuan untuk mendidik umat manusia, mengajak kepada kebaikan dan menjauhi dari keburukan. Di dalamnya terdapat pendidikan tentang akhlak yang mulia yang wajib dipelajari (Ibnu Katsir, 2004: 5-6).
Relevansi Metode cerita di lingkungan sekolah seolah-olah seperti benar-benar terjadi, kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam menyampaikan informasi tentang materi pelajaran, maka kewajiban pendidik muslim adalah memiliki kemauan yang kuat dalam merealisasikan peranannya untuk membentuk peserta didik agar memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an karena hal itu merupakan bagianintegral dari tujuan pendidikan Islam (Abdurrahman Saleh Abdullah, 1994: 2009).

G.    Simpulan
Dengan adanya Fenomena kejiwaan ini seharusnya para pendidik dapat mengambil pelajaran dari Metode cerita tersebut dalam proses pembelajaran lebih-lebih dalam pendidikan agama Islam. Seorang pendidik harus bisa memilih dan memilah kisah-kisah yang harus disampaikan menurut masing-masing tingkatan pendidikan dan tingkat pemahaman atau karakteristik peserta didik.
Dalam kisah-kisah Qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali peserta didik dengan bekal kependidikan berupa peri kehidupan para Nabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa, semua itu dikatakan dengan benar dan jujur. Para pendidik hendaknya mampu menyampaikan kisah-kisah Qur’ani tersebut dengan susunan bahasa yang sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik dan harus sesuai dengan tingkatan pendidi-kannya masing-masing.
Para ahli Qiro'ah dalam kitab Qashashul Qur'an karya Ibnu Katsir ad-Dimasyqi menjelaskan bahwa: Al-Qur'an tidak hanya berupa kalam yang dibaca, tetapi Al-Qur'an juga berisi undang-undang amaliyah dalam kehidupan dan pendidikan serta pengalaman-pengalaman nafsiyah yang bertujuan untuk mendidik umat manusia, mengajak kepada kebaikan dan menjauhi dari keburukan. Di dalamnya terdapat pendidikan tentang akhlak yang mulia yang wajib dipelajari.
Relevansi Metode cerita di lingkungan sekolah seolah-olah seperti benar-benar terjadi, kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam menyampaikan informasi tentang materi pelajaran, maka kewajiban pendidik muslim adalah memiliki kemauan yang kuat dalam merealisasikan peranannya untuk membentuk peserta didik agar memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an karena hal itu merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Karim dan Terjemahnya. 1990. Semarang: Menara Kudus.

Al-Dimasyqi, Ibnu Katsir. 2004. Qashasul Qur’an. Beirut-Libanon: Darul KutubIlmiyah.

Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis BerdasarkanPendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Athiyah, Moh. 1984. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: BulanBintang.

Isma'il ibn Katsir, Abilfida'. 1986. Tafsir Ibn Katsir. Lebanon: Beirut.

Muhaimin (dkk.). 1996. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalamPembelajaran Pendidikan Agama). Surabaya: CV. Citra Media.

______ 1993. Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya). Bandung: Trigenda Karya.

______ 2001. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.81
______ 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam : (Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan). Jakarta: Raja Grafindo.
Mulyasa, E. 2008.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatifdan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Quthb, Muhammad. 1993. Sistem Pendidikan Islam. Terj. Harun, Salman.Bandung: PT Al-Ma’arif.

Qatthan, Manna’ Khalil. tanpa tahun. Mabahits fi ‘ulumil Qur’an. Cet.III.

_______1973.Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj.Mudzakir. Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa.

Shihab, Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Tadjab (dkk). 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama

UU RI No. 20 Tahun 2003.2006. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Bandung:Citra Umbara.

Zuhairini dan Ghofir, Abdul.2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan AgamaIslam. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.