flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Rabu, 07 Oktober 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT GURU DALAM PEMBELAJARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT GURU DALAM PEMBELAJARAN

oleh
 Reni Hermayati

Abstrak

Pendidik yang profesional sangatlah didambakan oleh setiap orang, pendidik yang penuh semangat dan berorientasi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, berdaya guna sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, adakalanya realita tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tidak profesionalnya guru, kurang semangat, dan tidak punya orientasi pendidikan yang lebih baik ke depan adalah suatu peristiwa yang pasti ada sebab dan akibatnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat guru dalam Pembelajaran di sekolah yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern diantaranya: tuntutan kewajiban; faktor kesehatan; kemampuan mengajar guru (SDM) yang memadai; usia; gangguan rumah tangga (keluarga); dan minat. Sedangkan Faktor ekstern diantaranya : kesejahteraan/ ekonomi; jarak ke sekolah; kondisi jalan menuju sekolah; anak didik; sarana dan prasarana; lokasi/tempat kerja; keharmonisan antara kepala sekolah, guru, dan siswa; lingkungan sekitar/masyarakat; dan penghargaan.

Kata Kunci : Guru, Pembelajaran



A.  Pendahuluan
Dewasa ini kinerja guru di sekolah sedang disorot oleh berbagai pihak, baik oleh masya-rakat, pemerintah, maupun orang tua siswa, karena dianggap kurang mampu memberikan landasan pendidikan yang bermutu pada siswa melalui pembelajaran di sekolah. Di lain pihak guru sekolah dasar itu sendiri dipandang sangat berjasa kepada kita.
Kita tahu bahwa pendidik (orang yang berilmu dan mengajarkannya) sangatlah dihargai kedu-dukannya dalam ajaran Islam. Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah Swt dan sabda Rasul-Nya.
Yang artinya:
“Allah meningkatkan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. A-Mujadalah: 11).
Yang artinya :
“Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhori)
Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pendidikan/ilmu pengetahuan (pendidik) dan mengamalkannya.
Pendidik yang profesional sangatlah didambakan oleh setiap orang, pendidik yang penuh semangat dan berorientasi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, berdaya guna sesuai dengan yang diharapkan.

B.     Pembahasan
1.      Pengertian & Peranan Guru
a.       Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab, guru disebut mu’alim, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut teacher. Akan tetapi pengertianny sama, yaitu orang yang pekerjaannya mengajar.
Dalam undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, BAB I Pasal I, yang dimaksud dengan “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru adalah orang yang tugasnya mengajar yang berarti mentransfer ilmu pengetahuan berarti guru harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dari semua bidang kehidupan. Sebagai manusia super diharapkan kelak tidak ada kata tidak tahu dalam kamusnya atau kata kesalahan karena kalau berbuat kesalahan dampaknya akan sangat luas dan akan menjadi aib yang sangat besar. Dengan demikian guru sebagai pendidik harus dapat membuat keseimbangan dalam bertingkah laku dan berfikir. (Lim Imanudin, 2003:31).
A Tabrani Rusyan (1993:241) Guru pendidikan dasar dimata masyarakat pada umumnya dan dimata orang tua peserta didik pada khususnya merupakan panutan dan anutan yang diperlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan figure atau tipe makhluk yang berlaku.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa: “pendidik merupakan tenaga profe-sional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembela-jaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembim-bingan dan pelatihan, serta melaku-kan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Setiap guru kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang jelas-jelas tidak bisa dikesamping-kan dalam member-kan ketela-danan dalam berprilaku mengantar-kan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepri-badian mulia. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola prilaku yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Pendidik atau guru bisa diartikan sebagai orang-orang yang bertang-gung jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola piker ilmiah dan probadi yang sempurna.
Jadi kesimpulannya, guru atau pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik, sehingga terangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki manusia.

b.      Peranan Guru
Pada masa lalu, peranan guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan manusia masa lalu yang dianggap berguna, sehingga harus diwariskan. Dengan demikian guru berperan sebagai sumber belajar (Learning Resourcer) bagi siswa. Jadi, siswa akan belajar terhadap ucapan yang keluar dari mulut gurunya.
Maka dari itu, ada pepatah yang mengatakan; sepintar-pintarnya siswa, tidak akan mengalahkan pintarnya guru. Apakah masih relevan, pepatah tersebut dalam kondisi sekarang yang serba modern dalam kemajuan teknologi?
Sesuai dengan kemajuan jaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, bahwa pepatah tersebut di atas sudah tidak relevan lagi terhadap siswa masa kini.Sekarang siswa bisa belajar atau mendapatkan informasi tidak hanya dari mulut guru, tetapi bisa mempelajarinya dari berbagai sumber media baik cetak maupun elektronik.
Namun demikian, peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta guru akan tetap diperlukan. Untuk kondisi masa kini, peran guru tidak hanya satu-satunya sebagai sumber belajar, akan tetapi banyak peran-peran yang lain dalam usaha membelajarkan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Maka sepesat apapun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta guru tetap dibutuhkan sesuai dengan kemampuan dan disiplin ilmunya masing-masing. Apalagi tidak setiap siswa mampu memecahkan rumus-rumus, atau konsep yang tertulis dalam buku dan sebagainya.
Bahwa masih tetap dibutuh-kannnya peran serta guru diisyarat-kan oleh penulis buku bernama Wina Sanjaya.
Menurut Wina Sanjaya (2005:147), peran guru yaitu: mengajar, fasilitator,  demonstrator, organisator, evaluator, motivator, administrator dan sumber belajar. Jadi peran guru itu ada delapan yang terangkum menjadi empat, dimana peran tersebut sangat penting dalam pembelajaran masa kini.

1)      Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru ber-peran untuk mempermudah siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar peran tersebut dapat terlaksana, ada beberapa hal yang berhubungan dengan peman-faatan berbagai media, maka guru dituntut untuk:
a)      Memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut.
b)      Memiliki keterampilan dalam merancang suatu media
c)      Dapat mengoperasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar
d)     Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.

2)      Guru sebagai Manager
Sebagai pengelola pembela-jaran (Learning Manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang membuat siswa belajar secara nyaman, sehingga kelas tetap kondusif.

3)      Guru sebagai Demonstrator
Sebagai demonstrator dapat diartikan bahwa guru harus menjadi teladan bagi siswa.

4)      Guru sebagai Evaluator
Evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu rangkaian pembela-jaran.
Melalui evaluasi bukan saja guru dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya, juga dapat melihat sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.


2.      Pengertian dan Karakteristik Kegiatan Belajar Mengajar
a.       Pengertian Pembelajaran
Belajar itu sering dianggap sama dengan menghafal, kemudian ada juga yang berpandangan bahwa belajar itu dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.
Belajar adalah proses yang dirancang dan sengaja supaya berpikir untuk memecahkan suatu masalah, sedangkan manager itu pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi yang ada melalui penataan lingku-ngan sebaik-baiknya dan menghu-bungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar.

b.      Karakteristik Kegiatan Belajar Mengajar
1)      Karakteristik belajar menurut Wina Sanjaya. (2005:89):
-          belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan.
-          tujuan belajar adalah perilaku secara utuh
-          belajar bukan hanyasebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses
-          belajar adalah proses pemecahan masalah.”
Belajar merupakan proses yang dirancang dan disengajauntuk mencapai suatu tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Dengan mengembangkan kemam-puan kognitif, sikap, emosi, kebiasaan dan lain-lain secara stimulan.
Keberhasilan belajar tidak hanya diukur atau dievaluasi dari sisi hasil, tetapi bagaimana proses keberhasilan itu. Sehingga masalah dapat terpecahkan dan terjadinya pola perubahan perilaku secara utuh.

2)      Karakteristik Pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2005: 79):
-          “pembelajaran berarti membelajarkan siswa
-          proses pembelajaran berlangsung dimana saja
-          pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.”

3.      Faktor-faktor yang Mempe-ngeruhi Semangat Guru dalam KBM
Guru merupakan faktor penting dan sangat dominan dalam proses pembelajaran. Karena disuatu kelas pada saat jam pelajaran berlangsung, jika tidak ada guru di kelas maka dapat diperkirakan kegiatan apa yang dilakukan siswa. Kelas akan menjadi ribut, antar siswa akan saling meledek, kadang-kadang siswa mulai keluar kelas tanpa aktivitas yang jelas dan yang lebih parah siswa keluyuran ke jalan dan membuat kekacauan atau bahkan memicu terjadinya tawuran antar kelas atau antar sekolah yang tidak jarang merugikan orang lain yang tak berdosa. Harapan positif berakibat negatif.
Mengapa guru tidak masuk kelas dan tidak mengajar? Ada beberapa kemungkinan alasan yang menye-babkan hal tersebut terjadi pada seorang guru. Di antaranya faktor intern dan faktor ekstern.
a.       Faktor intern misalnya:
1)      Gangguan rumah tangga
Apabila seorang guru sedang mengajar, sementara psikologisnya terganggu karena masalah rumah tangga atau keluarga, maka ia tidak akan konsentrasi dalam mengajar.

2)      Kesehatan
Dalam pribahasa dikatakan bahwa dalam tubuh sehat terdapat jiwa yang kuat. Terkait dengan pribahasa tersebut, maka apabila kesehatan guru kurang baik, jelas aktivitasnya guru tersebut dalam mengajar sedikit menurun. Begitu juga pengaruhnya akan dirasakan oleh siswa yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.

3)      Minat
Niat menjadi seorang guru sangat penting, karena minat itu merupakan salah satu unsur kepribadian guru yang memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Minat menjadi seorang guru akan mengarahkan tindakan guru tersebut terhadap suatu objek atas dasar senang, sehingga menimbulkan gairah dan dorongan / motivasi kerja dari diri sendiri.
Minat menjadi guru dapat diketahui dari kecendrungannya terikat atau terkait terhadap proses pembelajarannya dan pengamalan-nya, tentunya dengan maksud yang baik dan itu berarti akan menciptakan siswa yang berpres-tasi.
Sedang apabila seorang guru merasa terikat oleh peraturan yang ada, berarti dia tidak mempunyai minat menjadi guru. Hal tersebut bisa terpaksa karena keinginan keluarga atau keinginan orang lain, yang jelas bukan karena keinginan diri sendiri. Maka akan sangat berpengaruh terhadap proses pembe-lajaran yang akibatnya berdampak kurang baik terhadap anak didik (perubahan tingkah laku anak).

b.      Faktor Ekstern misalnya:
1)      Motivasi
Agar setiap jam pelajaran guru ada di dalam kelas (sekolah) khususnya guru sekolah dasar dan dapat melaksanakan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar, perlu adanya dorongan atau motivasi.
Motivasi/dorongan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, yang lebih penting muncul dari dalam guru itu sendiri. Namun walaupun demikian, doro-ngan itu bisa dirangsang dari luar diri guru itu sendiri.
Adanya upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, guru-guru perlu mendapatkan suatu penghargaan atas kreatifitasnya, baik dari kepala sekolah atau dari pemerintah.
Dorongan atau motivasi untuk melaksanakan proses pembelajaran akan muncul, bila kegiatan yang dilakukan-nya dirasakan mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi guru itu sendiri.” (Tabrani Rusyan; 2000: 6).
Hal itu sudah barang tentu berkaitan dengan pemenuhan kebu-tuhan sehari-hari, terlebih kebutuhan pokok di jaman sekarang ini sangat tinggi, sedangkan penghasilan tiap bulannya tidak sesuai lagi dengan harga beli.
Tuntutan kebutuhan itu tumbuh secara bertahap, namun pada akhirnya merupakan kebutuhan yang terpadu. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan tenaga yang mendorong untuk bertingkah laku. Tingkah laku seorang guru bisa diartikan mencari penghasilan tambahan di luar, baik yang sesuai dengan bidang yang dimilikinya atau bahkan ada yang mencari tambahan penghasilan di luar bidangnya.
Fenomena di atas membuat kurangnya motivasi mengajar dengan baik bagi seorang guru, alhasil tidak akan memuaskan khalayak. Bagi guru yang memiliki motivasi kerja yang kurang baik, sudah barang tentu guru sering malas bekerja dan sering bolos.

2)      Kesejahteraan/Ekonomi
Semangat guru dalam mengajar akan menurun manakala tingkat kesejahteraannya belum tercukupi.
Fenomena yang terjadi seka-rang ini adalah gaji seorang guru yang diperolehnya setiap bulan dirasakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi biaya hidup di kota besar, betapa berat mengatur biaya hidup sehari-hari.
Demi menutupi kekurangan tersebut, khususnya guru sekolah dasar terpaksa mencari tambahan penghasilan di luar pekerjaannya sebagai guru, selama tidak meng-ganggu tugas utamanya mengajar. Sesuai Pasal 35 PP 38/1992.akan tetapi hal tersebut berdampak kurang baik terhadap proses belajar mengajar.
Jika kesejahteraan guru khususnya guru sekolah dasar terjamin, sudah barang tentu guru akan lebih termotivasi tanpa diganggu oleh pikiran soal dapur. Perhatian guru hanya berpikir bagaimana cara meningkatkan motivasi siswa dan bagaimana cara mendidik siswa agar menjadi orang yang berguna di kemudian hari.

3)      Kemampuan Mengajar
Dalam rangka meningkatkan kualitas siswa sekolah, maka sekarang ini guru tidak lagi bekerja borongan. Tetapi dikenal dengan istilah guru bidang studi yang berarti setiap guru memegang satu mata pelajaran/bidang studi. Walaupun pada kenyataannya masih banyak guru sekolah dasar sebagai guru borongan, artinya semua mata pelajaran ia yang memegang dan menyampaikannya.
Kemudian kenyataan di lapangan juga ternyata masih banyak guru sekolah dasar yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga kemampuan mengajarnya kurang memuaskan serta proses pembelajaran terkesan asal-asalan. Jadi jelas motivasi untuk mengajarnya itu tidak ada (tidak bersemangat).

4)      Keharmonisan antara Guru, Siswa, dan Kepala Sekolah
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari proses pembe-lajaran, maka yang terlibat dalam proses pembelajaran itu (guru dan siswa) harus ulet, gigih, berdaya saing tinggi, bersufat mandiri, berani menghadapi realita hidup, rajin dan bekerja keras.
Semua itu akan berhasil dengan baik, apabila keharmonisan antara guru, siswa, dan kepala sekolah berjalan dengan baik. Apabila keharmonisan sesama guru terbina, maka akan terbina suasana nyaman, maka akan terjalin kerjasama yang baik.
Sehingga akan menumbuhkan semangat kerja, yang pada akhirnya akan mendongkrak semangat guru untuk meningkatkan daya pikir dan bagaimana cara meningkatkan prestasi anak didiknya.
Keharmonisan antara guru dan kepala sekolah memang harus terbina, karena di samping akan berdampak baik terhadap anak didik juga akan meningkatkan citra baik sekolah, khususnya di mata masyarakat.

5)      Penghargaan
Adalah wajar dan manusiawi apabila manusia akan sangat senang apabila mendapat pujian atau mendapat penghargaan, guru juga ingin mendapatkan pujian atau penghargaan tentunya mempunyai alasan yang jelas. Rasanya mustahil seorang guru menginginkan suatu penghargaan atau sekedar pujian tanpa prestasi atau hasil jerih payah yang dapat dibuktikan dengan kerja nyata yang ada.
Maka bagi pegawai di instansi manapun, begitu pula dengan guru, penghargaan atas prestasi kerjanya merupakan motivasi atau dorongan yang datang dari luar. Akan tetapi hal tersebut kurang mendapat perhatian dari pihak terkait.Maka sangatlah wajar apabila semangat guru dalam mengajar kadang melemah.

6)      Bangunan (fisik)
Salah satu faktor pendukung proses belajar mengajar adalah bangunan sekolah dengan segala kebutuhannya.
Proses belajar mengajar akan dirasakan tenang dan nyaman, apabila sarana dan prasarana yang tersedia sangat menunjang. Hal tersebut akan sangat mendorong semangat belajar mengajar. Sebaliknya apabila sarana dan prasarana kurang menunjang terlebih bangunan yangsudah tidak layak pakai. Tentunya akan berdampak dalam proses belajar mengajar, kurang termotivasi dan pada akhirnya akan merugikan berbagai pihak terutama anak didik itu sendiri.
Maka sarana pendukung khususnya bangunan sangat penting untuk kelancaran proses belajar mengajar. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara keinginan mencapai suatu prestasi dengan sarana yang ada.

C.    Simpulan
Dari uraian diatas Penulis dapat menyimpulkan bahwa banyak Faktor yang mempengaruhi semangat guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekola, apabila impulsnya positif, maka hasilnya pun positif. Begitu pun sebaliknya.
Sumber Daya Manusia (guru itu sendiri) sangat berpengaruh terhadap motivasi proses belajar mengajar. Peserta didik akan berprestasi apabila Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia cukup baik, sebaliknya SDM kurang tepat guna akan berpengaruh kurangnya kualitas anak didik.
Juga sangat manusiawi apabila guru juga ingin mendapatkan pujian atau penghargaan atas prestasi dalam mengajar. Juga perlunya motivasi atau dorongan dari berbagai pihak, karena akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Kebijakan untuk memberikan penghargaan dan konpensasi yang sesuai akan menjadi pendorong dan semangat bagi guru dalam melaksanakan tugas.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Al-Naquib Al-Atlas. 1988. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan.

Redja Mudyaharjo, 1995. Dasar-dasar Kependidikan. Modul 1-6 UT. Jakarta.

Rusyan, Tabrani. 2000. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar. Cianjur: CV. Dinamika Karya Cipta.
Sanjaya, Wina.2005.Pembelajaran dalam Implementasi Kuriku-lum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Sudjana, Nana, Drs. 2003. Tuntuna Penyusunan Karya Ilmiah Makalah, Skripsi, Tesis, Desertasi. Bandung: Sinar Baru.

Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.