flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Rabu, 30 Januari 2013

Pengertian Kisah-kisah dalam Al-Qur'an


Pengertian Kisah
Qashash berarti bekasan atau mengikuti bekasan (jejak).Lafadz qashash adalah mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak.Qashash bermakna: urusan, berita, khabar dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan. Qashash al-Qur’an ialah khabar-khabar dari al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu (T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1993: 187).
Al-Qur’an telah menyebutkan kata qashash dalam beberapa konteks, pemakaian, dan tashrif (konjungsinya); dalam bentuk fi’il mâdhi (kata kerja lampau), fi’il mudhâri’ (kata kerja sedang atau akan dating), fi’il amar (lata kerja perintah), dan dalam bentuk mashdar (kata kerja yang dibendakan).
Imam ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan dalam kitab Mufradat-nya (al-Muradât fi Ghârib al-Qur’an) tentang kata ini (qishash), “al-Qashash berarti mengikuti jejak”.Dikatakan, qashashtu atsaruhu “saya mengikuti jejaknya”.
Al-Qashash berarti jejak (atsar). Allah Swt berfirman:
... #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ   .
"… lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S. al-Kahfi: [18]: 64).
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% ...
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" …” (Al-Qashash: [28]: 11).
Al-Qashash ialah cerita yang dituturkan (kisah). Allah Swt. berfirman:
 ¨bÎ) #x»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ,ysø9$# ...
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar….” (Ali Imrân: [3]: 62).
... $£Jn=sù ¼çnuä!$y_ ¡Ès%ur Ïmøn=tã }È|Ás)ø9$# tA$s% Ÿw ô#ys? ...
“Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut”. (al-Qashash: [28]: 25).
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$#   ....
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik ...” (Yusuf; [12]: 3)
Adapun qishash adalah menuntut. balas atas darah (pencederaan fisik atau pembunuhan) dengan balasan serupa (Shalah al-Khalidi, 1999: 21-22).
Macam-macam kisah dalam al-Qur’an
Kisah dalam al-Qur’an ada tiga macam, yaitu kisah anbiya, kisah orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya dan kisah yang berpautan dengan peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah Saw.
Al-Qur’an mengandung tentang dakwah para nabi dan mukjizat-mukzijat para Rasul dan sikap umat-umat yang menentang, serta marhalah-marhalah dakwah dan perkembangannya, di samping menerangkan akibat-akibat yang dihadapi para mukmin dan golongan-golongan yang mendustakan, seperti qashash Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad Saw. dan lain-lain.
Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati dan seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putera Adam, Ahlu al-Kahfi, Dzu al-Qornanin, Qarun, Ashhâb as-Sabti, Maryam, Ashhâb al-Ukhdûd, Ashhâb al-Fîl dan lain-lain.
Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah Saw. seperti peperangan Badar dan Uhud yang diterangkan dalam surat Ali Imrân, peperangan Hunain dan Ahzab yang diterangkan dalam surat al-Ahzab dan Hijrah serta Isra dan lain-lain.

Faidah-faidah dari Kisah-kisah al-Qur’an
Beberapa faidah dari kisah-kisah al-Qur’an ialah:
a.       Menjelaskan dasar-dasar dakwah kepada agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syari’at yang disampaikan oleh para nabi
b.      Mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam beragama dengan agama Allah dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan kehancuran kebathilan.
c.       Mengabdikan usaha-usaha para nabi dan pernyataan bahwa mereka dahulu adalah benar.
d.      Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. dalam dakwahnya dengan dapat beliau menerangkan keadaan-keadaan umat-umat yang telah lalu.
e.       Menyingkap kebohongan Ahl al-Kitâb yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni.
f.       Menarik perhatian para pendengar yang diberikan pelajaran kepada mereka.

Hikmah berulang-ulang disebut kisah dalam al-Qur’an
Al-Qur’an melengkapi berbagai kisah yang diulang-ulang menyebutnya di beberapa surat. Sebuah kisah disebut berulang kali dalam bentuk yang berbeda-beda, kadang-kadang pendek, kadang-kadang panjang. Di antara hikmah yang demikian itu, ialah:
a.       Menandaskan kebalaghahan al-Qur’an dalam bentuk yang paling tinggi. Di antara keistimewaan-keistimewaan balaghah ialah menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan di tiap-tiap tempat tersebut dengan susunan dan perkataan yang berbeda dari yang telah disebutkan. Dengan demikian selalu lah terasa sedap kita mendengar dan kita membacanya.
b.      Menampakkan kekuatan ijaz. Menyebut suatu makna dalam berbagai bentuk susunan perkataan yang tak dapat ditantang salah satunya oleh sastrawan-sastrawan Arab. Menjelaskan bahwasannya al-Qur’an itu benar-benar dari pada Allah.
c.       Memberikan perhatian yang penuh kepada kisah itu. Mengulang-ulang sebutan adalah salah satu dari pada jalan-jalan ta’kid (penguatan) dan salah satu dari tanda-tanda besarnya perhatian. Seperti keadaannya kisah Musa dan Fir’aun.
d.      Karena berbeda tujuan yang karenanya lah disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan sebagiannya, karena itu saja yang diperlukan dan di tempat-tempat yang lain disebut lebih sempurna karena yang demikianlah yang dikehendaki keadaan.

Tujuan Kisah dalam Al-Qur'an
Kisah dalam al-Qur'an bertujuan semata-mata untuk mewujudkan maksud dan tujuan keagamaan sebagaimana yang telah kita ketahui. Tujuan-tujuan ini sangat banyak sekali hingga sulit untuk dihitung dengan jari.
Penetapan wahyu dan risalah, penetapan keesaan Allah, kesatuan beragama pada dasarnya, memberi peringatan dan kabar gembira, penayangan fenomena-fenomena kekuasaan Tuhan, akibat dari kebaikan dan kejahatan, terburu-buru dan pelan-pelan, sabar dan gundah, syukur dan kufur dan banyak lagi yanglainnya daripada maksud dan tujuan keagamaan serta tujuan-tujuan moral, semua itu sungguh telah dicakup oleh kisah dan kisah merupakan jalan dan alat untuk itu (Sayyid Quthb, 2004: 158).
Seandainya kita memaparkan tujuan-tujuan kisah dalam al-Qur'an, sebenarnya hanya menetapkan tujuan-tujuan terpenting dan yang jelas kelihatan saja, bukan membatasi, yaitu sebagai berikut:
a.       Tujuan kisah al-Qur’an antara lain adalah untuk menetapkan wahyu dan risalah. Muhammad bukanlah seorang yang biasa membaca dan menulis. Dia juga tidak pernah bersama atau datang kepada seorang pendeta Yahudi dan Nasrani. Kemudian ada kisah-kisah dalam al-Qur'an - yang sebagian kisahnya dipaparkan secara detail - seperti kisah tentang Ibrahim, Yusuf, Musa, dan Isa. Kedatangan kisah-kisah ini dalam al-Qur'an menjadi dalil dan bukti bahwa itu adalah wahyu yang diwahyukan kepda Muhammad Saw.
Dalam pembukaan atau akhir kisah itu, al-Qur'an dengan jelas menyatakan akan tujuan ini. Contohnya dalam pembukaan surah Yusuf [12]: 2-3.
“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa AI Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran lni kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah terrnasuk orang-orang yang belum Mengetahui".
b.      Tujuan kisah dalam al-Qur'an yang lainnya adalah menerangkan agama seluruhnya dari Allah, sejak masa Nabi Adam sampai masa Nabi Muhammad Saw. Juga menerangkan bahwa kaum mu'minin seluruhnya adalah umat yang saru dan Allah Maha Esa, Tuhan semua makhluk. Banyak sekali terdapat kisah-kisahbeberapa nabi dalam satu surah, yang disajikan dengan cara yang special bentuk mengukuhkan kebenaran ini.
Ketika tujuan ini merupakan tujuan mendasar dalam dakwah, maka sering kali kisah-kisah ini terulang, serupa tapi tak sama dalam penyajiannya. Tujuannya adalah untuk lebih mengukuhkan kebenaran ini dan mengokoh-kannya di dalam jiwa. Mari kita lihat misalnya, seperti dalam surah al-Anbiya',
"Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepr la Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. Dan Al-Quran Ini adalah suatu Kitab (peringatan) yangmempunyai berkah yang Telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkari-nya?". (Q.S. Al-Anbiya' [28]: 48-50).

"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang kami Telah memberkahinya untuk sekalian manusia (yang dimaksud dengan negeri di sini ialah twa yam, terrnasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi negeri itu artinya: kebanyakan nabi berasal dari negeri lni dan tanahnya pun subur). Dan kami Telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah (Q.S. Al-Anbiya [28]: 70-73).

c.       Tujuan-tujuan kisah dalam al-Qur'an lainnya adalah menerangkan bahwa seluruhnya adalah satu dasar apalagi agama itu seluruhnya datang dari Allah Swt. Berdasarkan tujuan itu, ada beberapa kisah dalam al-Qur'an juga tentang para nabidan dalam satu surah pula. Dalam kisah itu diulang-ulangi akidah dasar, yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Seperti yang ada di dalam surat al-A'raf.
"Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)". (Q.S. al-A’raf [7]: 59)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (Q.S. al-A’raf [7]: 65).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shafeh. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah Ini menjadi tanda bagimu, Maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. al-A’raf [7]: 73)
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan (Madyan adalah nama putera nabi Ibrahim a.s. Kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Madyan itu. Kabilah ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Madyan yang terletak di pantai laut Merah di tenggara gunung Sinai) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (Q.S. al-A’raf [7]: 85)

d.      Menjelaskan bahwa cara-cara para nabi dalam berdakwah itu satu dan penerimaan kaum mereka hampir mirip semuanya - apalagi agama itu dari Tuhan yang samadan berdasarkan satu asas yang sama pula. Berdasarkan tujuan ini, ada beberapa kisah dalam al-Qur'an yang berkaitan dengan para nabi yang juga terkumpul dalam satu surah, terulang di dalam kisah-kisah itu cara berdakwah mereka.
Seperti dalam surah Huud,
"Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Dia berkata): "Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (Q.S. Hud [11]: 25-27)

“Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, Aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi Aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui" (Q.S. Hud [11]: 25-27).

''Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (Q.S. Hud [11]: 32).
"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang Telah menciptakanku. Maka Tidakkah kamu memikirkan(nya)?" Kaum 'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak menda-tangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan nieninggalkan sembahan-sembahan kami Karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami Telah menimpakan penyakit gila atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadaoku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku (Q.S. Hud [11]: 53-55).
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kah tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, (Maksudnya manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia). Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, Sesungguhnya kamu sebelum Ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan Sesungguhnya kami betul-betul dalam keiaguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami."

e.       Menerangkan asal yang sama antara agama Nabi Muhammad dan agama Nabi Ibrahim, secara khusus, dan agama-agama Bani Israil secara umum. Juga menampakkan bahwa hubungan ini lebih erat dan hubungan-hubungan umum lainnya antara seluruh agama. Isyarat ini diulang-ulangi dalam kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa.
"Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa" (Q.S. Hud [11]: 61-62)
"Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak kan memikul dosa orang lain" (Q.S. al-A’la [87]: 18-19).
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman" (Q.S. Ali Imran [3]: 68).
"..... (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim, dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu..... (Q.S. Al-Hajj [22]: 46).
'"Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang  sebelumnya, yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa" (Q.S. Al-Maidah [5]: 46). Sampai pada ayat "Dan kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti havva nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu untuk tiap-tiap umat diantara kamu, (umat Nabi Muhammad Saw. dan umat-umat sebelumnya) kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu". (Q.S. Al-Maidah [5]: 48).

f.       Menerangkan bahwa Allah Swt., pada akhirnya pasti akan menolong para nabi-nabi-Nya dan membinasakan orang-orang yang menaustakan mereka. Hal itu untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad Saw. dan memberikan pengaruh di dalam jiwa orang-orang yang diajaknya kepada iman.
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman" (Q.S. Hud [11]:120).
Atas tujuan ini, ada kisah-kisah para nabi yang juga dikumpulkan dalam satu surah dan mirip satu sama lainnya, kemudian diakhiri dengan kisah kebinasaan orang-orang yang mendustakan mereka,
"Dan Sesungguhnya kami Teiah mengutus Nun kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kvrang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim". Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia" (Q.S. Al-Ankabut [29]: 14-15).

"Dan (Ingatlah) ketika Luth Berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu" (Q.S. Al-Anikabut [29]: 28).
"Sesungguhnya kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota Ini Karena mereka berbuat fasik. Dan Sesungguhnya kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata (Maksudnya bekas-bekas runtuhan kota Sodom, negeri kaum Luth) bagi orang-orang yang berakal (Q.S. Al-Anikabut [29]: 34-35).
"Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, Maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah  pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka (Q.S. Al-Ankabut [29]: 36-37).

g.      Membenarkan kabar gembira dan kabar ancaman serta menyajikan contoh-contoh nyata dari pembenaran ini. Seperti yang ada di dalam surah al-Hijr,
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Al-Hijr [15]: 49).
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim (Tamu Nabi Ibrahim di sini adalah malaikat). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu". Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim" (yang dimaksud dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak a.s.).
"Maka tatkala para utusan itu datang kepada kauin Luth, beserta pengikut pengikutnya. la berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal". Para utusan menjawab: "Sebenarnya kami Ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan Sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh kebelakang (Perhatikan kembali surat Hud ayat 81) dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu". Dan Telah kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh" (Q.S. Al-Hijr [15]: 61-66).

"Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al-Hijr (Penduduk kota al-Hijr ini ialah kaum Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Syiria) Telah mendustakan rasul-rasul, (Yang dimaksud dengan rasul-rasul di sini ialah Shaleh. Mestinya di sini disebut rasul, tetapi disebut rasul-rasul (jamak) karena mendustakan seorang rasul sama dengan mendustakan semuar rasul-rasul) Dan kami Telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya. Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi (Peristiwa tersebut terjadi pada hari yang keempat, sesudah datangnya peringatan kepada mereka). Maka tak dapat menolong mereka, apa yang Telah mereka usahakan" (Q.S. al-Hijr [15]: 81-86).

h.      Menerangkan nikmat Allah atas para Nabi-Nya dan orang-orang pilihan-Nya, seperti kisah Nabi Sulaiman, Nabi Dawud, Nabi Ayyub, Nabi Ibrahim, Maryam, Nabi Isa, Nabi Zakaria, Nabi Yunus, dan Nabi Musa. Ada beberana episode kisah temang para nabi itu, yang di dalam kisah itu ditampakkan nikmat yang diberikan kepada mereka dalam beberapa situasi. Penampakkan nikmat ini adalah tujuan irama dari kisah tersebut.
Memberi peringatan kepada anak-anak Adam terhadap godaan rayuan setan, juga menampakkan pennusuhan abadi antara setan dan mereka, yang berawal sejak bapak mereka, Adam.
i.        Menerangkan kekuasaan Allah atas hal-hal yang di luar kebiasaan. Seperti kejadian Nabi Ibrahim a.s. dan kisah lahirnya Nabi Isa a.s. Juga kisah Nabi Ibrahim dan burung yang kembali kepadanya setelah dia memisahkan begian-bagian tubuh burung itu dan meletakkannya di beberapa gunung yang terpisah pula. Juga kisah tentang "orang-orang yang melalui suaru negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya", lalu Allah menghidupkan mereka setelah berlalu seratus tahun.
Menjelaskan tentang akibat dari perbuatan baik dan saleh serta akibat dari perbuatan jahat dan merusak. Seperti kisah dua orans anak Adam, kisah pemilik kebun, dan kisah-kisah Bani Israil setelah mereka berbuat maksiat, juga kisah Ashab al-Ukhdud orang yang membuat parit (Sayid Quthb, 2004: 158-171).
2.1.1        Maksud dan Tujuan Keagamaan dari Kisah-kisah al-Qur'an
Kisah-kisah dalam al-Qur'an tunduk (tergantung) dengan maksud tujuan keagamaan, sebagaimana yang telah kita ketahui. Oleh karena itu, ketundukan ini menimbulkan bekas atau pengaruh yang sangat jelas dalam cara pemaparan kisah, bahkan dalam materi kisahnya. Pengaruh ketundukan dari kisah al-Qur'an akan penulis paparkan sebagaimana berikut:
a.       Pengaruh pertama ketundukan ini bahwa satu kisah kebanyakan bisa datang terulang di beberapa tempat yang terpisah. Namun pengulangan sebagian episodenya saja, dan kebanyakan hanya berupa isyarat sekilas akan hal-hal yang dijadikan sebagian i'tibar di dalam kisah itu.
Kisah keseluruhannya, tidak terulang. Kalaupun ada, itu sangat jarang sekali. Ketika seseorang membaca episode yang terulang ini sambil memperhatikankonteks yang ada di sana, dia pasti akan menemukan episode terulang tersebut sangat cocok dengan konteks itu. Hal khususnya dalam metnilih episode yang dikisahkan di sini atau yang dikisahkan di sana, juga dalam cara penyampaiannya.
Kita harus ingat selalu bahwa al-Qur'an adalah kitab dakwah keagamaan dan keserasian antara episode kisah yang dikisahkan dan konteks yang kisah itu ada dan sama sekali tidak merusak ciri khas seni.
Selain itu, hal tersebut mirip dengan susunan yang telah ditetapkan dalam memaparkan beberpa episode yang terulang dari satu kisah; yang akan jelas ketika kita membaca sesuai dengan urutan turunnya ayat, maka sebagian besar kisah dalam al-Qur'an didahului isyarat singkat. Kemudian isyarat itu memanjang sedikit demi sedikit, yang kemudian memaparkan beberapa episode panjang yang terbentuk dalam keseluruhannya menjadi sebuah kisah. Terkadang isyarat-isyarat singkat itu terus ada di antara pemaparan episode-episode panjang manakala terdapat kecocokan. Hingga apabila episode kisah itu sempurna, isyarat-isyarat itu kebali ke tujuan pemaparannya masing-masing.
b.      Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan tujuan keagamaan - selain adanya pengulangan - ialah kisah itu dipaparkan dengan maksud itu telah tersampaikan dan dari episode yang sesuai dengan maksud tersebut saja. Terkadang kisah dikisahkan dari awalnya, terkadang dari tengahnya, dan terkadang juga dari aklurnya. Terkadang dikisahkan secara sempurna, terkadang cukup dengan beberapa episode saja, dan terkadang pula setengah-setengah sesuai i'tibar atau maksud tujuan yang tersirat di dalamnya.
c.       Pengaruh ketundukan kisah dalam al-Qur'an dengan maksud tujuan keagamaan bahwa dimasukkan ke dalam konteks kisah beberapa arahan dan petunjuk keagamaan, sebelumnya, sesudahnya, atau di pertengahan kisah.

Agama dan Seni dalam Kisah
Semua nabi yang diutus, dia mengatakan kalimat penuh hidayah, lalu didustakan oleh manusia sesat, kemudian dia wafat. Setelah itu, datang lagi nabi seianjutnya dan berkata seperti kalimat yang dikatakan oleh Nabi sebelumnya dan Items berlalu (wafat), begitulah seterusnya (Sayyid Quthb, 2004: 191-192).
Hal ini terkadang timbul suatu kemiripan dengan susunan umum, sebab akhir episode yang dipaparkan sesuai susunan surah serasi cocok dengan inti keagamaan yang karenanya kisah itu disampaikan. Di waktu yang sama, penutup (akhir) ini serasi dan cocok: dengan dasar-dasar seni, seakan-akan itu semata-mata penutup artistik (yang bersifat seni), tidak ada sedikit pun untuk maksud keagamaan belakangnya.

Keistimewaan-keistimewaan Artistik dalam Kisah
Penulis akan paparkan tentang beberapa keistimewaan artistik umum dengan maksud keagamaan dalam kisah dapat terwujud lewat keindahan artistik. Sebab, keindahan ini bisa lebih memudahkan masuknya kisah itu ke dalam dan mampu memperdalam kesannya dalam perasaan.
Pembahasan tentang hal ini mencakup empat tampilan penuh artistik, karena masuk hal terpenting dalam pelajaran seni kisah di dunia seni. Keistimewaan artistik pertama adalah keanekaragaman cara penyampaian.
1.      Menyebutkan sinopsis kisah, kemudian baru setelah itu memaparkan rincian-rinciannya dari awal sampai akhir. Seperti cara penyampaian kisah Ahl al-Kahfi (penghuni goa). Kisah itu dimulai seperti ini.
"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian kami bansunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu" yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).

Itulah ada ringkasan atau sinopsis kisah, baru setelahnya diikuti oleh rincian-rincian tentang berembuknya mereka sebelum masuk ke dalam goa, keadaan mereka setelah memasukinya, tidur mereka dan terbangunnya mereka. Juga tentang salah seorang dari mereka diminta untuk membeli makanan ke kota dan tentang kembalinya dari kota, serta kematian mereka dan pembangunan tempat ibadah di atas kubur mereka. Juga tentang perselisihan manusia saat itu tentang mereka dan seterusnya. Seakan-akan sinopsis adalah pendahuluan yang mampu menimbulkan keinginan untuk mengetahui kisah selanjutnya.
2.      Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai kisah itu dari awal dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian episodenya. Seperti kisah Musa dalam al-Qashash. Kisah itu dimulai seperti ini
y7ù=Ï? àM»tƒ#uä É=»tGÅ3ø9$# ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ   (#qè=÷GtR šøn=tã `ÏB Î*t7¯R 4ÓyqãB šcöqtãöÏùur Èd,ysø9$$Î/ 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏB÷sムÇÌÈ   ¨bÎ) šcöqtãöÏù Ÿxtã Îû ÇÚöF{$# Ÿ@yèy_ur $ygn=÷dr& $YèuÏ© ß#ÏèôÒtGó¡o Zpxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB ßxÎn/xムöNèduä!$oYö/r& ¾ÄÓ÷ÕtGó¡our öNèduä!$|¡ÏR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. z`ÏB tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÍÈ   ߃̍çRur br& £`ßJ¯R n?tã šúïÏ%©!$# (#qàÿÏèôÒçGó$# Îû ÇÚöF{$# öNßgn=yèøgwUur Zp£Jͬr& ãNßgn=yèôftRur šúüÏOͺuqø9$# ÇÎÈ   z`Åj3yJçRur öNçlm; Îû ÇÚöF{$# y̍çRur šcöqtãöÏù z`»yJ»ydur $yJèdyŠqãZã_ur Nßg÷YÏB $¨B (#qçR$Ÿ2 šcrâxøts ÇÏÈ  
ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de- ngan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).

Baru kemudian dirincikan kisahnya: keiahirannya, masa pertumbuhannya, penyusuannya, besarnya, pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang Mesir, dan keluarnya dari Mesir. Seakan-akan pendahuluan yang mengungkapkan kesimpulan dari kisah ini sebagai prolog yang menimbulkan keinginan untuk mengetahui alur kisah hingga terwujud kesimpulan yang telah tertulis dan telah diketahui ini.
3.      Menyebutkan kisah langsung tanpa ada pendaghuluan juga tanpa sinopsis dan dalam ketiba-tibaan ini juga memiiiki keistimewaan tersendiri. Seperti kisah Maryam saat melahirkan Nabi Isa, kisah Sulaiman dengan semut, Hudhud, dan Ratu Bilqis.
4.      Terkadang kisah itu berubah seperti sandiwara. Dan terkadang disebutkan beberapa lafal yang memberitahukan akan awal pemaparan, kemudian membiarkan kisah bercerita tentang kisahnya dengan perantara para pemainnya.
Keistimewaan kedua adalah keanekaragaman dengan cara tiba-tiba. Terkadang rahasia secara tiba-tiba disembunyikan dari pemain dan dari pemirsanya, hingga dibukakan untuk mereka berdua dengan tiba-tiba secara bersamaan dan di waktu yang sama pula. Seperti kisah Musa dan Hamba yang shaJeh dan alim di dalam surah al-Kahfi [18]: 60-82,
"Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya : "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikarmya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari nakanan kita; Sesungguhnya kita Telah merasa letih Karena perjalanan kita ini". Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya Aku Iupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan Aku untuk mencerita-kannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama Aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati Aku sebagai orang yang sabar, dan Aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganiah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai Aku sendiri menerangkannya kepadamu". Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah Aku Telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku". Musa berkata: "Janganiah kamu menghukum Aku Karena keiupaanku dan janganiah kamu membebani Aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan Kaieaa dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu Telah melakukan suatu yang mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika Aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganiah kamu memperbolehkan Aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau. niscaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara Aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Terkadang rahasia dapat ditemukan oleh pemirsa dan para pemain dalam kisah dibiarkan tidak tahu. Mereka bertingkah laku tanpa mereka ketahui apa rahasia dan semua mansuai menyaksikan akan tingkah laku mereka tersebut. Hal ini terjadi kebanyakan dalam adegan atau kisah pengejekan agar pemirsa ikut mengejek jugasejak awal kisah, di mana dia dipeboiehkan mengejek sebab tingkah laku pada pemainnya sendiri. Seperti kisah pemilik kebun dalam al-Qur'an surat al-Qalam ayat 17-20.
Sesungguhnya kami Telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana kami Telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari. Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: "Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya". Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.

Terkadang di suatu tempat, beberapa rahasia terbuka untuk pemirsa namun masih menjadi misteri bagi pemainnya dan di tempat lain menjadi misteri bagi pemirsa juga bagi pemainnya di dalam satu kisah. Contohnya adalah kisah singgasana Ratu Bilqis yang didatangkan dalam sekejap mata.
Kadang pula tidak ada di sana rahasia yang tersembunyi, namun di waktu yang sama kekagetan melanda pemirsa juga pemain, padahal di saat itu keduanya mengetahui akan rahasianya. Seperti kekagetan-kekagetan kisah Maryam, ketika ia membuat tabir (dinding) yang melindunginya. Di sana dia dikagetkan dengan munculnya Rûh al-Amîn (Jibril) dalam bentuk seorang laki-laki.
Keistimewaan artistik ketiga adalah dalam penyampaian kisah, yaitu celah-celah antara satu adegan dan adegan lain yang mengakibatkan terjadinya pembagian dan pemotongan adegan-adegan, yang dalam kisah sandiwara modern dilakuikan dengan penurunan tirai dalam film modern dilakukan dengan perpindahan episode. Yakni dengan meninggalkan antara setiap dua adegan atau dua episode celah atau jeda yang bisa diisi sengan khayalan dan dapat dinikmati dengan menebak apa yang akan terjadi, dalam waktu antara adegan yang sudah lewat dan antara adegan yang akan dating itu.
Cara ini dapat ditelusuri dalam kisah al-Qur’an dan bisa juga anda telusuri dalam kisah-kisah yang telah dipaparkan sebelumnya. Misalnya, kisah Yusuf sebagaimana berikut:
$£Jn=sù (#qÝ¡t«øŠtFó$# çm÷YÏB (#qÝÁn=yz $wŠÅgwU ( tA$s% öNèd玍Î7Ÿ2 öNs9r& (#þqßJn=÷ès? žcr& öNä.$t/r& ôs% xyzr& Nä3øn=tæ $Z)ÏOöq¨B z`ÏiB «!$# `ÏBur ã@ö6s% $tB óOçFÛ§sù Îû y#ßqム( ô`n=sù yytö/r& uÚöF{$# 4Ó®Lym tbsŒù'tƒ þÍ< þÎ1r& ÷rr& zNä3øts ª!$# Í< ( uqèdur çŽöyz tûüÏJÅ3»ptø:$# ÇÑÉÈ   (#þqãèÅ_ö$# #n<Î) öNä3Î/r& (#qä9qà)sù !$tR$t/r'¯»tƒ žcÎ) y7uZö/$# s-ty $tBur !$tRôÍky­ žwÎ) $yJÎ/ $uZôJÎ=tæ $tBur $¨Zà2 É=øtóù=Ï9 tûüÏàÏÿ»ym ÇÑÊÈ   È@t«óur sptƒös)ø9$# ÓÉL©9$# $¨Zà2 $pkŽÏù uŽÏèø9$#ur ûÓÉL©9$# $uZù=t6ø%r& $pkŽÏù ( $¯RÎ)ur šcqè%Ï»|Ás9 ÇÑËÈ  
 “Maka tatkala mereka berputus asa dari pada (putusan) Yusuf mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. berkatalah yang tertua diantara mereka: "Tidakkah kamu ketahui bahwa Sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya". Kembalilah kepada ayahmu dan Katakanlah: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan Kami hanya menyaksikan apa yang Kami ketahui, dan sekali-kali Kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang Kami berada disitu, dan kafilah yang Kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang benar".
Tirai diturunkan untuk kembali bertemu bersama mereka dalam adegan Iain, bukan di Mesir dan bukan pula di jalan, tetapi di hadapan bapak mereka. Saat itu, mungkin mereka telah menceritakan kepada bapaknya apa yang diminta oleh saudara mereka (Yusuf) tapi kita tidak mendengar apa yang mereka katakan. Namun saat tirai diangkat kembali, kita dapati bapaknya berkata kepada mereka,
"Ya'qub berkata: "Kanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Ilustrasi dalam Kisah
Ilustrasi pada adegan-adegan kisah ada beberapa warna. Pertama tampak pada penyajian dan menghidupkan cerita. Kedua, tampak pada pengimajinasian atau pengilustrasian perasaan dan emosional. Ketiga, tampak pelukisan karakter. Ketiga warna ini tidak terpisah satu sama lain, namun bisa salah satunya lebih tampak dan lebih jelas di suatu adegan atau kisah melebihi dua warna lainnya.
Hakikatnya, sentuhan-sentuhan artistik ini semuanya bisa dilihat di adegan-adegan dalam semua kisah. Contohnya kisah Ashabul Kahfi, adegan Ibrahim dan Ismail juga adegan Nuh dan anaknya dalam kisah bencana topan. Semuanya adalah contoh-contoh kekuatan penyajian dan menghidupkan cerita hingga pembaca mengira bahwa adegan itu ada di hadapan. Dapat dia rasakan dan dapat dia lihat.

Menggambarkan Karakter dalam Kisah
Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dalam hal ini penulis akanmenerangkan tujuan pengajaran kisah yang berada dalam kisah itu sendiri,khusunya kisah-kisah Qur'ani. Menurut Abdurahman al-Nahlawi, bahwa tujuan pengajaran kisah yang terpenting antara lain:
1)       Kisah-kisah Qur'ani disajikan untuk mengokohkan wahyu dan risalah Rasulullah. Artinya Nabi Muhammad Saw tidak pernah belajar kepada pendeta Yahudi dan Nasrani ketika beliau harus membacakan kisah-kisah tersebut kepada kaumnya.
2)       Kisah-kisah dalam al-Qur'an merupakan penjelasan bahwa seluruh agama yang dibawa para nabi berasal dari Allah.
3)       Melalui kisah-kisah Qur'ani kita memperoleh kejelasan bahwa Allah adalah penolong para rasul dan penoJong orang-orang beriman lainnnya serta mengasihi dan menyelamatkan mereka dari berbagai bencana, mulai zaman nabi Adam a.s. hingga zaman Nabi Muhammad Saw.
4)       Kisah-kisah Qur'ani mampu menghibur kaum mukminin yang sedang bingung, sedih atau tertimpa musibah melalui penggambaran kokohnya keimanan Rasulullah Saw. dan pengikutnya serta mampu memberikan sugesti besar kepada orang-orang yang cenderung pada keimanan.
5)       Kisah-kisah dalam al-Qur'an pun mengingatkan manusia pada bahaya yang datang dari sepak terjang setan melalui penonjolan permusuhan abadi anatara setan dengan manusia.
6)       Kisah-kisah al-Qur'an mampu memberikan penjelasan rinci tentang kekuasaan Allah dan melalui itu kita dapat menyajikan penjelasan yang dapat mempengaruhi emosi kedahsyatan dan ketakutan terhadap Allah, sehingga kekhusyukan, ketundukan, serta kepasrahan terhadap-Nya dapat terbina.
Panduan materi berkisah yang dikemukakan penuiis antara lain mengenai; Kisah (cerita) dalam pendidikan, daya tarik cerita (kisah), jenis-jenis kisah cerita), etika berkisah (bercerita), bahasa dalam berkisah (bercerita), cara al-Qur'an berkisah (bercerita), perencanaan berkisah (bercerita), media dan metode penyampaian kisah (cerita), panduan pengajaran kisah (cerita), dan penanaman nilai moral dalam berkisah (bercerita). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.
a)      Kisah (cerita) dalam Pendidikan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa cerita Islami dinamakan kisah. Oleh Karena itu penuiis berpendapat bahwa pebedaan antara cerita dengan kisah secara umum duihat dari sumbernya bahwa, cerita adalah bersumber dari seorang sastrawan (pengarang) yang isinya hasil karangan namun tetap isinya mengandung pesan-pesan sesuai dengan tujuan pengarangnya walaupun alur kisahnya hasil pemikiran manusia (pengarang), sedangkan kisah adalah bersumber dari al-Qur'an ataupun Hadits yang isinya mengandung kebenaran mutlak sehingga alur kisahnya pun benar-benar terjadi (nyata). Dalam pembahasan mengenai kisah (cerita) ini rasanya antara kisah dan cerita adalah hal yang sama dalam bentuknya, yaitu dengan melalui penceritaan (narasi) atau dengan menggunakan metode ceramah, atau melalui metode lain.
Bercerita merupakan salah satu bentuk cara dalam pendidikan, dan cara yang paling baik awal-awal kegiatan mendidik adalah dengan melalui cerita. Centa adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak mampu membaca. Perhatikanlah ketika anak telah sedikitnya memahami dan imengenali lingkungannya, sebab anak mulai dapat mendengarkan cerita (kisah) sejak ia dapat memahami dan mengenali apa yang terjadi di sekelilingnya, dan mampu mengingat apa yang disampaikan orang kepadanya. Oleh karena itu yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak biasanya diawali dengan bercerita yang sesederhana mungkin, sebab bercerita yang sederhana itu merupakan cara yang paling mudah diserap anak untuk pengembangan imajinasinya, seperti cerita dunia binatang, cerita seorang raja, dan lain-lain.
Seorang anak biasanya mulai bisa memahami cerita pada akhir usia tiga tahun. Pada usia ini anak bisa mampu mendengarkan dengan baik dan cermat ceritapendek yang sesuai, yang diceritakan kepadanya. Bahkan ia meminta cerita tambahan sebagai ungkapan kepenasarannya atau keasikannya dalam mendengar-kan cerita.
Abdul Aziz Abdul Majid menyebutkan bahwa seni adalah sumber dari rasa keindahan dan bagian dari pendidikan. Seni juga mempunyai pengaruh kepada jiwaorang dewasa ataupun anak-anak, karena ia dapat mengasah rasa dan akal. la juga menyebutkan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan cerita yang tidak bisa dipisah-pisahkan, yaitu karangan, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, penyimakan, dan penyimak.
b)      Daya Tarik Cerita (Kisah)
Dunia anak adalah dunia yang kaya dengan fantasi penuh dengan berbagai khayalan-khayalan. Tidaklah mengherankan apabila anak-anak sangat menggemari segala bacaan atau tontonan yang dapat membangkitkan gaya imajinasinya. Hal ini juga dapat kita perhatikan pada usia anak-anak sampai orang dewasabanyak mendatangi tempat-tempat hiburan dan media-media lainnya, seperti nonton film cerita anak, membaca buku-buku komik, dan lain-lain. Ini menandakan bahwa mereka masih butuh untuk mengembangkan imajinasinya, terkadang usia laja yang masih senang melakukan hal-hal yang dilakukan anak kecil, sehingga disebut "'masa kecil yang kurang bahagia", sebab memang anak kecillah yang suka imajinasi yang tinggi, dan sudah menginjak usia dewasa sudah bukan saatnya lagi, malahan melangkah pada tataran imajinasi yang dapat dirasionalkan. Cerita memang memiliki daya tarik tersendiri, baik dikalangan anak-anak ataupun dewasa bahkan orangtua punmasih tertarik dengan berbagai cerita-cerita. Namun perbedaan antara anak kecil dengan orang dewasa dan orangtua terletak pada bobot ceritanya, seperti halnya anak suka sekali dengan cerita yang berimajinasi tinggi,-sedangkan orang dewasa dan orangtua lebih kepada imajinasi yang rasional.

c)      Jenis-jenis Kisah (cerita)
Menurut Manna' Khalil al-Qathan bahwa kisah-kisah dalam al-Quran terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Qishash al-anbiya' (kisah-kisah para nabi). yang tersebar banyak dalam al-Qur'an, seperti kisah Nabi Adam, Nuh, Hud, Isa (alahim al-salam) dan lainnya.Pengulangan kisah dalam al-Qur'an sering terjadi Nabi Adam, Nuh, dan Musa (alaihim at-salam), disamping itu kisah yang diceritakan terkadang jarang bahkan hanya sekali seperti kisah Nabi Yusuf as. Kisah tersebut menerangkan tentang dakwah dan mu'jizat para nabi dan rasul, serta sikap-sikap umatnya baik yang beriman maupun inkar, serta akibat-akibat yang mereka terima berupa pahala dan adzab.
2)      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Kisah ini ada hubungan dengan kisah-kisah para nabi, seperti kisah Maryam dengan Nabi Isa as., kisah Thalut dan Jalut dengan Nabi dawud, dan kisah Qarun dengan Nabi Musa a.s.kisah-kisah lainnya seperti Ashhab al-Kahfi, Ashhab al-Ukhdud, serta Dzul Qarnain dan lainnya.
3)      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pa Rasulullah S.a.w., seperti perang Badar, Uhud, Hunain, tabuk, serta peristiwa Hijrah, peristiwa Isra' dan lainnya.

d)     Etika Berkisah (Bercerita)
Etika dalam berkisah menyangkut beberapa prinsip praktis, yaitu:
1)      Prinsip pentahapan. Hal ini sejalan pada tahap-tahap perkembangan kepribadian para nabi pada masa bayi, anak-anak, remaja, serta dewasa, terutama menyangkut faktor tugas perkembangan. Misalnya apabila yang ingin diubah itu adalah prilaku remaja agar sesuai dengan tuntutan nilai standar al-Qur'an, pilihlah beberapa episode kisah nabi dalam usia remaja pula, misalkan sikap kritis seorang remaja versi Nabi Ibrahim a.s. atau cara mengendalikan nafsu biologis versi Nabi Yusuf.
2)      Prinsip pengalaman. Yang merupakan prinsip umpan balik adanya dialog dan penghayatan menuju perubahan prilaku secara nyata. Secara umum, sebagai seorang anak, sang nabi pun mengalami kondisi psikologi yang sama seperti halnya anak anak disekitar kita.
3)      Prinsip penentuan sikap praktis. Tujuan utama pendidikan berkisah adalah agarprilaku anak-anak selaras dengan figur para nabi dalam tahap-tahap perkembangan individualnya. Dalam berkisah pendidik dituntut menentukan dan menunjukan sikap-sikap praktis apa yang harus diteladani.
4)      Prinsip pelatihan. Sikap dan prilaku praktis anak setelah mengikuti aktivitas berkisah harus terus dipelihara. Hal ini dapat diupayakan dengan menjalankan prinsip pelatihan pada anak, diantaranya, mengisahkan kembali kisah tersebut, mengisahkan kembali dengan sudut pandang lain, membacakan kisah yang berbentuk prosa liris ataupun puitis, melatih mengucapkan teks dialog, memerankan tokoh dalam kisah, pementasan kisah nabi.

e)      Bahasa dalam Berkisah (Bercerita)
Bahasa yang digunakan dalam berkisah harus sesederhana mungkin, yang sekiranya anak didik itu paham akan bahasa yang dipakai. Atau bisa saja  menggunakan bahasa yang sedikitnya agak tinggi sekedar memberikan kosa kata baru pada anak, tetapi perlu sekali penerangan arti bahasa yang dipakai, sehingga anak itu merasa paham akan maksud ucapan gurunya dalam berkisah. Sebaliknya  bahasa yang tinggi yang diterapkan pada anak tanpa penerangan akan artinya atau  maksudnya, akan membuat anak kabur dalam memahami kisah. Oleh karena itu pandai-pandailah pendidik (guru) dalam berkisah dengan menggunakan bahasa yang sederhana ditambah lagi bahasanya yang indah maka akan lebih mudah diserap olehanak didiknya.

f)       Cara al-Qur'an Berkisah (Bercerita)
Al-Qur'an banyak mengandung berbagai ayat kisah, tetapi ingat al-Qur'an bukanlah buku kisah. Apabila ingin meagetahui nama-nama nabi mulai dari awal sampai akhir, maka harus menelaah dengan anak, maksudnya bahwa al-Qur'an itu memberi peluang kepada pembacanya untuk memilih episode kisah tentang apa yang ingi'n diketahuiuya, dan yang dipetik dalam al-Qur'an bukanlah ketuntasan alur kisahnya, tetapi pesan-pesan moral mana yang relevan dengan kondisi psikologis sang pembaca itu.
g)      Perencanaan Bercerita (Berkisah)
Melakukan pengajaran bercerita atau kisah, meliputi tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap progaram pengajaran tersebut. Dalam berkisah pun seorang pendidik harus mengikuti ketiga Iangkah tersebut.
Pendidik dalam melakukan perencanaan pengajaran dalam berkisah tentunya harus melakukan perencanaan yang matang sebab akan menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Oleh karena itu dibuatlah sebuah satuan pelajaran (Satpel) untuk merencanakan pelaksanaan dan evaluasi, yang mana dalam hal ini pendidik (guru) mempunyai kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perubahan dalampelaksanaannya, akan tetapi jika program pengajarannya itu terdapat dalam pengajaran dengan kaset video/audio/ komputer serta pelajaran berprogram, maka dalam hal ini apa yang dilakukan pendidik (guru) harus sesuai dengan apa yang telafa direncanakan.
Menurut Nunu Achdiyat bahwa agar ektifitas berkisah memiliki nilai edukatif sebagai persiapan dengan beberapa langkah, yaitu:
1)      Menentukan tujuan dan fokus pengisahan, apakah dengan pribadinya. Misalnya, Ibrahim sebagai ayah. Adapun tujuannya menentukan kira-kira prilaku apa yang diharapkan terjadi pada diri anak sesudah mengikuti kisah tersebut.
2)      Menentukan episode mana dari kisah nabi yang akan anda misahkan. Misalnya untuk konsumsi anak-anak, episode nabi kala nak-anak lebih menarik dan mudah dicerna oleh mereka. Demikian seterusnya.
3)      Jika memungkinkan, persiapkan alat bantu berkisah. Misalnya dalam bentuk buku,gambar, foto, slide, video, atau boneka-boneka untuk menarik minat anakmenyimak kisah anda.
4)      Pada peserta yang telah berusia remaja dan dewasa, metode berkish ini tidak perlu sepenuhnya digunakan, cukup sebagai ilustrasi. Selebihnya, ajaklahmelakukan dialog tanya jawab yang bersifat reflektif (Nunu Ahdiyat, 10 dan R. Ibrahim dan Nana Saodih, 55).


Media dan Metode dalam Berkisah (Bercerita)
Media menurut T. Handayu yaitu perantara yang diperlukan dalam suatu aktifitas tertentu, agar berjalan dengan efektif dan efesien. Sedangkan media pengajaran menurut Muhammad Ali merupakan bagian integral dalam system pengajaran. Penggunaan media juga harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses belajar mengajar.
Menurut Gegne dan Briggs yang dikutip Muhammad Ali menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Biasanya dalam melakukan pengajaran kisah, media yang digunakan itu antara lain buku/majalah, radio/tape, VCD player, Komputer, dan Iain-lain yang sifatnya visual, audio, atau audio-visual. Kesemuanya ini merupakan sarana untuk penyampaian kisah.
Setelah adanya media, maka langkah selanjutnya yaitu metode (cara) untuk menyampaikan kisah. T. Handayu menyebutkan dua cara dalam penyampaian kisah, yaitu bercerita secara langsung diluar kepala, dan membacakan buku cerita kepada anak. Dari dua cara tadi merupakan aktivitas yang mempergunakan kata-kata dalam berkisah yang dapat didengarkan dan disaksikan oleh anak didik dalam proses berkisah.

Panduan Pengajaran Kisah (Cerita)
Melakukan pengajaran kisah berarti anda sedang melakukan proses berkisah, berarti pula tengah berkisah untuk melakukan tujuan-tujuan tertentu yang digali dari bahan-bahan dan materi yang dikisahkan. Dalam hal ini seorang guru telah melakukan perencanaan yang matang untuk berkisah, tentunya mempunyai :ujuan-tujuan tertentu setelah selesai proses belajar mengajar. Tujuan umum dalam berkisah pada semua lingkatan dengan perbedaan keluasan dan kedalaman mengacu pada aspek-aspek: keimanan, kecintaan, kebiasaan, dan hapalan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam berkisah yaitu sebagaimana yang diamanatkan oleh al-Qur'an yang diarahkan kepada proses pembelajaran reflektif yang menekankan fungsi akal dan intelektual.

Penanaman Nilai Moral dalam Berkisah (Bercerita)
Seorang pendidik (guru) setelah berkisah di depan anak didiknya tentunya mempunyai sasaran-sasaran tertentu, dalam hal ini sasaran-sasaran yang dilakukan seorang pendidik itu berbeda-beda tergantung tingkatan usia anak didiknya. Sepert1 sasaran pada anak seusia SD berbeda dengan sasaran anak seusia SMP, hingga seterusnya sampai ketingakatan usia selanjutnya. Secara umum sasaran moral sebagi tujuan akhir dari tingkatan-tingkatan mulai dan" anak-anak hingga dewasa dalam pengajaran kisah adalah agar mereka menjadi pelaku sejarah yang sadar sebagai penerus risalah para nabi tersebut untuk diikuti jejaknya, khususnya risalah Nabi Muhammad Saw.
Sasaran moral pada anak tingkat dasar lebih ditekankan pada aspek kognitifnya, seperti menghapal para nabi, mengenal jalannya cerita para nabi dan keluarganya, serta dapat menyebutkan beberapa rujukan ayat-ayat al-Qur'an yang berkenaan dengan kisah para nabi tersebut. Sehingga anak itu mampu menghayati kepribadian para nabi sebagai pemimpin keluarga dan diharapkan mereka akan belajar berakhalakul karimah terhadap keluarganya, yang selanjutnya mengamalkan prilaku para nabi dalam praktek kesehariannya. Kemudian sasaran moral pada tingkat anjutan yaitu pemahaman kognitif yang diisyaratkan adalah pengenalannya terhadap segi-segi keberhasilan nabi dalam masyarakat, aspek-aspek yang berkenaan dengan pembangunan masyarakat. Selanjutnya sasaran moral pada anak tingkat pengemba--gan yaitu anak diharapkan sudah mampu memahami 'ibroh dan hikmah dalam kisahpara nabi tersebut. Sehingga yang ditekankan itu selain kognitif, juga reflektif dan filosofis atau peran sejarah nabi yang merupakan persyaratan mutlak.
Pendekatan Pengajaran Kisah (cerita)
Nunu Achdiyat menyebuikan bahwa ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam berkisah, yaitu:
a.       Studi al-Qur'an
Studi al-Qur'an meliputi bacaan (qira 'ah), hafalan (hqfizh), tulisan (khot), dan pemahaman (tafsir). Berita mengenai kisah para nabi dan rasul dalam ayat-ayat al-Qur'an tersebut dapat diajarkan sebagai materi bacaan dan hapalan pada tingkat dasar, dan sebagai materi kajian pemahaman pada tingkat selanjutnya.
b.      Studi sejarah
Banyak sekali peristiwa sejarah yang terdapat dalam al-Qur'an. Mengenai pengajaran kisah para nabi dan rasul dalam studi sejarah menyangkut pengetahuan tentang asal-usul dan sebab musabab binasanya, ataupun sejahteranya suatu kaum, terutama yang diakibatkan oleh kemorosotan moral ataupun penyimpangan dan penentang akan hukum-hukum Allah.
c.       Apresiasi sastra
Sastra merupakan bagian dari karya seni, yang mana di dalamnya mengandung keindahan-keindahan gaya bahasa yang dipakai seorang sastrawan. Dalam pengajaran kisah sebagai studi dan apresiasi sastra menyangkut keterlibatan emosi dan kognitif ialam pengalaman keagamaan seorang anak secara utuh, yang diintegrasikan untuk dinikmati, dihayati dan diterapkannya, bukan sekedar untuk dikhotbahkan belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.