flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Kamis, 13 Juli 2017

TINJAUAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

TINJAUAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


A.    Pengertian dan Fungsi Tujuan
Dalam terminologi bahasa Inggris, istilah “tujuan”, “sasaran” dan “maksud” disebut “goal”, “aim”, “objective” atau purpose”. Dalam terminologi bahasa Arab, istilah tersebut dikinal dengan “ghoyah”, “ghord”, ahdaaf” atau “maqashid” (Abdullah, 1990:133-135; Arifin, 1993:222). Menurut para ahli pendidikan, istilah-istilah tersebut dibedakan kegunaannya, terutama istilah “tujuan” (goal, aim, ghoyah, ghord) dan sasaran (objective, ahdaf). Tujuan mengandung makna yang menunjukkan pengertian “hasil” (outcome) umum pendidikan. Hal ini memberi penjelasan bahwa tujuan mengandung konotasi kepada generalisasi (umum) sedangkan sasaran mengandung pengertian yang lebih khusus (spesifik), serta mengandung konotasi operasional dan real, bukan dalam bentuk ideal (Arifin, 1993:223).
Dalam hal ini penulis menggunakan istilah tujuan dan sasaran. Tujuan yang dimaksud berorientasi untuk dikerjakan atau dicapai. Namun istilah maksud ini mengandung arti yang sama dengan istilah tujuan dan sasaran seperti yang tersebut di atas (Arifin, 1993:233).
Dalam hal ini penulis menggunakan istilah tujuan dan sasaran. Tujuan yang dimaksud berorientasi pada tujuan ideal sebagai tujuan umum dan tujuan akhir. Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah tujuan khusus yang operasional/real.
Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa “al-umur bi maqashidiha” adalah setiap tindakan dan aktivits harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktivitas manusia. Karena setiap aktivitas manusia mesti mempunyai tujuan yang jelas. Sebab aktivitas tanpa tujuan adalah pekerjaan yang sia-sia. Begitu juga halnya dengan pendidikan, yang mendandung makna sebagai proses aktivitas menuju ke arah tujuannya. Aktivitas tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu ketidak-menentuan (indeterminisme) dalam prosesnya.
Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapaioleh pendidikan, pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi yang diinginkan.
Karena yang dibicarakan adalah tentang tujuan pendidikan Islam, maka yang yang dimaksud nilai-nilai ideal itu adalah nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini mengandung arti bahwa tujuan Pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas islami. Dengan demikian yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam (Arifin, 1993:224). Pengertian ini berorientasi pada misi dari proses pendidikan Islam.
Dengan pengertian di atas, lalu apa fungsi tujuan itu dalam proses pendidikan Islam?
Syahmini Zaini (1986:35) berpendapat bahwa fungsi tujuan dalam pendidikan Islam adalah untuk mengarahkanm mengontrol, dan memudahkan evaluasi suatu aktivitas. Sedangkan Ahmad D. Marimba (1989:45-46) menyatakan bahwa fungsi tujuan dalam pendidikan Islam adalah sebagai standar untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat juga membatasi ruang gerak usaha kita agar kegiatan yang dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting lagi tujuan dapat memberikan penilaian pada usaha-usahanya.
B.     Prinsip-prinsip dalam Formulasi tujuan Pendidikan Islam
Dalam formulasi tujuan pendidikan Islam, ada beberapa prinsip tertentu yang dimiliki guna menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Omar Muhammad Al-Toumy Asy-Syaibany, prinsip-prinsip umum dalam formulasi tujuan pendidikan Islam adalah:
1.    Pendidikan menyeluruh (syumuliyah, universal), yakni prinsip yang memandang keseluruhan aspek agama, manusia, masyarakat dan kehidupan serta adanya wujud jagad raya dan hidup, aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah
2.    Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun wa iqtishodiyah) yakni prindip kesembangan antara aspek-aspek kehidupan pada pribadi seseorang, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebusayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah dan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan masa depan.
3.    Prinsip kejelasan, yakni prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap jiwa dan akal manusia pada segala hukum dan masalah dan tantangan yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum dan metode pendidikan.
4.    Prinsip tak bertentangan, yakni ketiadaan pertentangan antara berbagai unsurnya, dan antara unsur-unsur itu dengan cara-cara pelaksanaannya.
5.    Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, yakni prinsip yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan materi, tidak berlebih-lebihan, praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah, sejalan dengan suasana., dan kesanggupan yang dimiliki oleh individu dan masyarakat.
6.    Prinsip perubahan yang diingini, yakni prinsip perubahan tingkah laku jasmaniyah, akal, psikologis, sosial, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai dan sikap pelajar, sejalan dengan proses perubahan pada tingkat kesempurnaan.
7.    Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu, yakni prinsip yang memperhatikan perbedaan ciri-ciri, kebutuhan, tahap kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap kematangan jasmani, akal, emosi, sosial segala aspeknya.
8.    Prinsip dinamis dan menerima perubahan dan perkembangan dalam rangka metode-metode keseluruhan yang terdapat dalam agama (Asy-Syaibany, 1970:436-443).
Menurut  Hilda Taba yang dikutip oleh Muhaimin (1993:24), prinsip-prinsip pokok dalam perumusan tujuan pendidikan (Islam) adalah sebagai berikut:
1.    Rumusan tujuan hendaknya meliputi aspek bentuk kelakuan yang diharapkan (proses mental) dan bahan yang berkaitan dengannya (produk)
2.    Tujuan-tujuan yang kompleks harus ditata secara cukup analistis dan spesifik, sehingga jelas bentuk-bentuk kelakukan yang diharapkan.
3.    Dalam perumusan tujuan pendidikan harus diformulasikan dengan jelas bentuk dan tingkah laku yang diinginkan dengan kegiatan belajar tertentu.
4.    Tujuan tersebut pada dasarnya bersifat development.
5.    Formulasi tujuan harus realistis dan hendaknya memasukkan apa yang dapat diterjemahkan ke dalam kurikulum dan pengalaman belajar.
6.    Tujuan harus mencakup segala aspek perkembangan peserta didik yang bertanggung jawab di sekolah.
C.    Formulasi Tujuan Umum (akhir) Pendidikan Islam
Tujuan umum biasa diidentikann dengan tujuan akhir dan berdasarkan pandangan hidup (philosophy of life), yaitu Islam yang telah digariskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah (Ahmad Tafsir, 1992:46), yang bersifat general dan ideal.
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan umum atau tujuan tertinggi yang hendak dicapai (Arifin, 1993:125). Oleh karena itu dalam proses pendidikan Islam, penetapan tujuan umum/akhir mutlak diprlukan dalam rangka mengarahkan segala daya upaya, baik yan berupa rencana atau program maupun pelaksanannya, agar tetap konsisten dan tidak mengalami deviasi (penyimpangan).
Sisi lain, dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakam kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. oleh karena itu tujuan akhir harus komprehensif, mencakup ideal yang bulat dan utuh. Hal ini menyebabkan pencapaian tujuan tidak musah, bahkan sangat komplek dan mengandung resiko mental-spiritual, lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai islami, yang di dalamnya terdapat iman Islam, dan taqwa serta ilmu pengetahuuan yang menjadi alat vitalnya (Arifin, 1993: 126).
Secara teoritis, tujuan akhir dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Tujuan Normatif
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan, misalnya:
a.     Tujuan formatif yang bersifat memberikan persiapan dasar yang korektif.
b.     Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan salah.
c.     Tujuan determinatif, yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan diri kepada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
d.    Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir pendidikan.
e.     Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2.      Tujuan Fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan kepada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasi pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi:
a.     Tujuan individual yang sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam peibadi berupa moral, intelektual dan skill.
b.     Tujuan sosial yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengalaman nilai-nilai sosial kedalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.     Tujuan moral yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis) dorongan sosial (sosiogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis).
d.    Tujuan peofesional yang berdasarkan pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan kompotensi.
3.      Tujuan Operasional
Tujuan yang mempunyai sasaran teknis manajerial yang meliputi :
a.     Tujuan umum atau tertinggi yang bersasaran pada pencapaian kemampuan optimal yang menyeluruh (integral) sesuai idealias yang diinginkan.
b.     Tujuan khusus yang bersasaran pada faktor-faktor khusus tertentu yang menjadi salah satu aspek penting dari tujuan umum yaitu memberikan dan mengembangkan kemampuan atau skil, khusus pada anak didik sehingga mampu bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu yang berkaitan erat dengan tujuan umum.
c.     Tujuan intermedair yang bersifat sementara untuk dijadikan sasaran mencapai tujuan tertinggi.
d.    Tujuan partial yang bersasaran pada suatu bagian dari keseluruhan aspek dari tujuan umum, yang berfungsi untuk memudahkan pencapaian tujuan umum.
e.     Tujuan insidental (tujuan seketika) yang bersasaran pada hal-hal yang tidak direncanakan, akan tetapi hal-hal tersebut mempunyai kaitan dengan pencapaian tujuan umum. Tujuan ini bersifat lebih memperlancar pencapaian tujuan umum. (Arifin, 1993:127-128).
Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan pendidikan Islam diformulasikan pada beberapan komponen-komponen tujuan yang berkaitan erat dengan fungsi tujuan dalam proses pendidikan. Tujuan itu disusun sesuai dengan orientasinya, dari tujuan yang bersifat umum sampai pada tujuan yang bersifat khusus (spesifik).
Lalu bagaimam fomulasi tujuan pendidikan Islam itu menurut para ahli pendidikan Islam?
Secara umum, formulasi tujuan pendidikan Islam menurut Al-Ghazali tercermin dalam dua segi, yaitu: (1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah. (2) Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagian hidup dunia dan akhitar (Sulaiman, 1986:31 dan Zainuddin dkk., 1991:46).
Ibnu Khaldun berpendapat, tujuan umum pendidikan Islam adalah :
1.     Tujuan keagamaan, yang berorientasi ukhrowi; yaitu yang membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah.
2.     Tujuan ilmiah, yang berorientasi duniawi; yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih bermanfaat bagi orang lain dalam hidupnya. (Ramayulis, 1994:25; lihat pula Sulaiman. 1987:48-50).
Rumusan tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun tersebut berpijak pada firman Allah dalam surat Al-Qhoshos ayat 77:
وابتغ فيمآ اتك الله الدّار الأخرة ولاتنس نصيبك من الدّنيا.
“Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu lupa kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi”. (Depag RI, 1993:623),
            Sedangkan menurut Al-Abrasyi (1993:1-5) tujuan pendidikan Islam secara umum adalah:
1.      Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia (fadhilah).
2.      Menyiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3.      Penguasaan ilmu dan segi-segi pemanfaatannya.
4.      Menumbuhkan roh ilmiah dan kesanggupan mengkaji ilmu untuk ilmu.
5.      Mempersiapkan peserta didik untuk suatu profesi dan keterampilan kerja tertentu.
Formulasi lain tentang tujuan pendidikan Islam sebagai tujuan tertinggi, seperti menurut An-nahlawy (1992:162) tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Abdul Fatah Jalal (1988:119) senada dengan An-Nahlawy, yakni menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai abdi dan hamba Allah. Ahmad D. Marimba (1986:19) menghendaki tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Al-Djamali (1993:87) dan Al-Abrasyi (1993:103) sependapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.
Pendapat lain diungkapkan oleh Muhammad Quthb yang dikutip Ahmad Tafsir (1992:87), mengatakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang taqwa. Al-Attas (1994:10) menyatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan manusia yang baik. Sedangkan Ali Ashraf (1989:2) menawarkan tujuan akhir pendidikan Islam dengan terwujudnya penyerahan mutalk kepada Allah , pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusia pada umumnya.
Dari penrnyataan para ahli di atas, dapat dilihat bahwa para ahli sepakat mengenai tujuan kahir pendidikan Islam adalah terciptanya manusia yang baik, beriman dan bertaqwa dalam mengabdikan diri kepada Allah. Pernyataan-pernyataan dalam formulasi tujuan akhir tersebut hanya berbeda dalam redaksinya, tetapi esensi yang dikandungnya sama. Rumusan tujuan umum/akhir menurut para ahli di atas, bersifat ideal dan general. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sosial yang menghamba kepada Khaliknya, yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan secara seimbang akan keperibadian yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan, penalaran dan inderanya.
Tujuan pendidikan Islam pada akhirnya mengarahkan dan membimbing manusia melalui pendidikan, sehingga menjadi manusia dewasa yang berkepribadian muslim yang taqwa, berilmu pengetahuan dan berketerampilan melaksanakan ibadah kepada Tuhannya sesuai dengan niai-nilai ajaran Islam secara mutlak dan menyeluruh kepada Allah.
Dari berbagai formulasi (rumusan) tujuan akhir/umum pendidikan Islam dari para ahli di atas, dapatlah kita tarik kesimpulan, bahwa pada hakikatnya tujuan akhir pendidikan Islam terfokus kepada empat aspek, yaitu:
Terbentuknya “insan kamil” (manusia yang sempurna, manusia universal) manusia taqwa dan beriman kepada Allah serta memiliki wajah-wajah qur’ani (Ahmad Tafsir, 1992:51; Muhaimin dan Abd Mujib, 1993:164).
Terciptanya insan “kaffah” yang memiliki dimensi-dimensi religius, budaya dan ilmiah (Muhaimin, 1993:165).
Penyadaran fungsi dan tugas manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dan sebagai waratsatul anbiya dan memberi bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut (Muhaimin dan Abd. Mujib, 1993:166).
Hal ini sebagai firman Allah dalam surat az-Zariaat ayat 56 dan surat al-Baqarah ayat 30:
وما خلقت الجنّ والإنس إلاّ ليعبدون.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereke beribadah kepada-Ku” (Depag RI, 1983:862).
وإذ قال ربّك للملئكة إنىّ جاعل فى الأرض خليفة.
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu erfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (Depag RI, 1983:13).
Realisasi dan sikap penyerahan diri secara total kepada Allah Swt. sebagaimana tercermin dalam firman Allah dalam surat al-An’am ayat 162:
قل إنّ صلاتى ونسكي ومحياي ومماتى لله ربّ العالمين.
“Katakanlah sesungguhny shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya bagi Allah Pendidik sekalian alam” (Depag RI, 1993:157).
D.    Formulasi Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Tujuan khusus pendidikan Islam bersifat spesifik dan operasional. Kaernanya, biasa disebut dengan sasaran pendidikan Islam. sasaran biasanya bersifat real dan bukan mengarah ke[ada pengertian yang ideal.
Tujuan khusus pendidikan Islam merupakan kristalisasi (uraian) dari tujuan umum atau tujuan akhir pendidikan Islam. Asy-Syaibany (1979:399) merumuskan tujuan khusus pendidikan Islam atau disebut “trilogi tujuan pendidikan Islam” yaitu:
1.     Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
2.     Tujuan Sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
3.     Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.

Dalam proses pendidikan, ketiga tujuan di atas dicapai secara integral, tidak terpisah satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia praipurna seperti yang dikehendaki oleh tujuan akhir dari pendidikan Islam dengan berdasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam.
Dalam pelaksanaannya tujuan tersebut dapat dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu:
1.     Tujuan Operasional, yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan/ditetapkan dalam kurikulum.
2.     Tujuan Fungsional, yaitu yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis, meskupun kurikulum secara operasional belum tercapai (Arifin, 1993:43).
Secara operasional, tujuan pendidikan Islam dapat mengikuti taksonomi tujuan pendidikan yaang dikembangkan oleh Benjamin S Bloom dan kawan-kawan, yang mendasarkan tujuan pendidikan atas tiga domain/ranah/matra, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) (lihat Sudirman, 1992:554). Dengan alasan, taksonomi tersebut banyak dianut oleh para pakar pendidikan termasuk pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam berpijak kepada ketiga ranah tujuan tersebut, maka orientasi tujuan pendidikan Islam diarahkan pada akal (head), hati (heart) dan jasmani (hand). Menurut Ahmad Tafsir (1992:50) ketiganya akan mengantarkan pada pembentukan muslim yang sempurna menurut Islam ialah yang: (1) Jasmaninya sehat dan kuat, (2) akalnya cerdas serta pandai, dan (3) hatinya iman dan taqwa kepada Allah.
Namun tujuan (khusus) pendidikan Islam bukan hanya mengarah kepada tiga domain/ranah di atas, tetapi ada satu dimensi lain yang lebih pokok, yaitu dimensi iman. Karena itu perlu ditambahkan satu domain lagi dalam formulasi tujuan pendidikan Islam, yaitu domain/ranah iman (Muhaimin, 1993:73). Hal inilah yang dimaksud pula oleh Ahmad Tafsir (seperti tersebut di atas) yang menginterpretasikan ranah afektif menjadi aspek imani, namun Tafsir tidak memisahkan antara keduanya (sikap dan iman) menjadi domain yang mandiri seperti yang ditawarkan oleh Muhaimin itu.
Pendapat di atas cukup beralasan, karena proses pendidikan Islam tujuannya bukan hanya sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai proses alih nilai ajaran Islam (transfer of value).
Abdurrahman Saleh Abdullah dalam bukunya “Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an” mengklasifikasikan tujuan khusus pendidikan Islam menjadi empat macam, yaitu:
1.      Tujuan pendidikan jasmani (ahdaf al-jismiyah).
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui latihan keterampilan-keterampilan fisik.
2.      Tujuan pendidikan rohani (ahdaf ar-ruhaniyah)
Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh Nabi Saw dengan berdasarkan pada cita-cita ideal dalam al-Qur'an.
3.      Tujuan pendidikan akal (ahdaf al-aqliyah)
Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang membawa iman kepada Allah Sang Pencipta. Tahapan pendidikan akal ini adalah:
a.       Pencapaian kebenaran ilmiah (ilmu yaqien)
b.       Pencapaian kebenaran empiris (ainul yaqien)
c.       Pencapaian kebenaran metaempiis atau mungkin lebih tepatnya sebagai kebenaran filosofis (haqqul yaqien).

4.      Tujuan pendidikan sosial (Ahdaf al-ijtimaiyah)
Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh dari rohh, tubuh dan akal. Identitas individu di sini tercermin sebagai “an-naas” yang hidup pada masyarakat plural (majemuk) (Abdullah, 1990:137-148).
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa tujuan khusus pendidikan Islam mencakup empat aspek pembentukan, yaitu:
1.     Pembentukan pola pikir (transfer of knowledge), yaitu diarahkan pada terbentuknya dan berkembangnya daya nalar dan intelektul peserta didik dengan berbagai ilmu untuk persiapan kehidupan di dunia dan akhirat.
2.     Pembentukan pola sikap (transfer of attitude), yaitu yang diarahkan pada peningkatan kualitas mental state ( diantaranya inisiatif, kreativitas, pertisipasi) dan penigkatan kualitas mental attitude (seperti, rasa memiliki, istiqomah, bertanggung jawab, ikhlas, jujur, selektif).
3.     Pembentukan pola tindak (transfer of hand/skill), yaitu diarahkan pada pembentukan (forming) keilmuan melalui latihan keterampilan-keterampilan yang bersifat manual (keterampilan tangan) maupun yang bersifat motorik.
Pembentukan pola nilai (transfer of value), yaitu diarahkan pada usaha pemeliharaan (konservatori), mempertahankan (freservatori), pembentukan (kondervatori), mempertahankan (preservatori), pembentukan (forming), pengembangan (development) nilai-nilai Ilahiyah dan insaniaya, moral, akhlak, dan iman dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.