flash compugraphics

Segala sesuatu yang berhubungan dengan karya ilmiah

Kamis, 13 Juli 2017

PENAFSIRAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 132-133 SERTA IMPLIKASI PAEDAGOGISNYA TENTANG MATERI PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

PENAFSIRAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 132-133 SERTA IMPLIKASI PAEDAGOGISNYA TENTANG MATERI PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

 A.     Tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133

1.      Lafadz dan Terjemahan Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.

"Dan Ibrahim telah mawasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyang-mu, Ibrahim, Isma'il dan Ishaq, (Yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (Soenarjo, dkk, 1990:34).

2.      Asbab Al-Nuzul
Mengenai asbab al-Nuzul ayat ini, Musthafa Hasan al-Manshuri (1996:159) mengungkapkan bahwa ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulullah: “Apakah engkau tdak tahu, bahwasannya Ya’qub telah berwasiat kepada para putranya untuk beryahudi”. Kemudian Muhammad Abdul Mun’im al-Jamali (tt:118) mengungkapkan pula bahwa : ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi saw: “Sesungguhnya Ya’qub menjelang hari kematiannya telah berwasiat kepada para putranya untuk beryahudi”. Kemudian Allah menurunkan ayat ini dalam rangka membohongkan/ menyangkal (perkataan/pengakuan) Yahudi.
Pada ayat 132 Allah swt menggambarkan Nabi Ibrahim dan Ya’qub telah berwasiat kepada para putranya masing-masing agar memeluk Islam, bertauhid dan beribadah kepada Allah swt. Sedangkan pada ayat ini (ayat 133), Allah menggambarkan tentang pengujian Ya’qub kepada para putranya atas wasiat yang telah diberikan sebelumnya, dengan mengajukan sebuah pertanyaan : “Apa yang kamu sembah setelah aku meninggal? kemudian para putranya menjawab: Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan Bapak, Bapakmu yaitu Tuhan YME dan kami berserah diri (Tunduk dan taat) kepada-Nya.
Menurut para mufassir pertanyaan ini dimaksudkan untuk menguji kejujuran hati para putra Yaqub, dan sebagiannya lagi menyatakan untuk menetapkan mereka akan Islam dan Tauhid.
3.      Tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133 Menurut Para Mufassri
a.       Aisar Al-Tafasir
اصطفى لكم الدين
Allah memilih Islam sebagai agama kalian, dan Dia ridla dengan agama itu. Oleh karena itu, kalian meninggal harus dalam keadaan beragama Islam.
Yang dimaksud يعقوب pada ayat ini adalah Israil bin Ishak bin Ibrahim dan anak-anaknya yaitu Yusuf dan saudara-saudaranya.

Penjelasan:
Pada ayat 132, Allah menunjukkan bukti kepada orang-orang musyrik dan ahli kitab, bahwa Islam yang mengajarkan tauhid kepada Allah adalah agama yang diwasiatkan nabi Ibrahim kepada anak-anaknya. Hal ini seperti juga dilakukan oleh nabi Ya'kub kepada anak-anaknya. Dia berwasiat kepada mereka: "Hendaklah kalian meninggal dalam keadaan Islam, karena berhala-berhala Arab, Yahudi dan Nasrani bukanlah ajaran Ibrahim. Ingatlah bahwa hanya orang-orang yang berakal yang bisa mengikuti petunjuknya.
Pada ayat selanjutnya (133) Allah menghinakan orang-orang Yahudi yang berkata dusta dan melampaui batas kepada Nabi SAW dengan ucapan "Bukankah engkau tahu bahwa Ya'kub memberi nasehat kepada anak-anaknya mengenai ajaran Yahudi. Maka Allah berfirman (أم كنتم شهدا), yaitu bukankah kalian ada ketika menjelang kematian Ya'kub dan dia berkata kepada anak-anaknya dengan perkataan yang hanya bisa dipahami oleh mereka: "Apakah yang akan kalian sembah setelah aku meninggal?" Maka mereka menjawa dengan serempak (نعبد إلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحق إلها واحدا ونحن له مسلمون), kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, Ishak. Tuhan yang Maha Esa, dan kami berserah diri kepada-Nya. Jika orang-orang Yahudi hadir ketika itu, maka perkataan di atas membuktikan bahwa mereka berbohong, mengada-ada dan mereka dilaknat. Dan jika mereka mengaku bahwa hadir ketika itu, maka pengakuan mereka yang menyebutkan bahwa Ya'kub memberi wasiat kepada anak-anaknya dengan ajaran Yahudi itu tidaklah benar. Jadi yang benar adalah bahwa wasiat yang disampaikan oleh Ya'kub kepada anak-anaknya adalah tentang ajaran Islam, bukan ajaran Yahudi.
b.       Tafsir Al-Mawardi
ووصى بها إبراهيم بنيه
Dlamir ha (هـ) pada ayat di atas menunjukkan kata ملة (agama), karena ayat ini diawali dengan ayat ومن يرغب عن ملة إبراهيم . Kata وصى yang digunakan pada ayat di atas menunjukkan adanya penekanan dibandingkan dengan kata أوصى, karena kata أوصى bisa berarti wasiat yang hanya dilakukan satu kali saja, dan وصى menunjukkan bahwa perbuatan itu (wasiat) sering dilakukan.
ويعقوب يا بني إنالله اصطفى لكم الدين
Artinya bahwa setelah nabi Ibrahim memberi nasehat kepada anak-anaknya, kemudian dilakukan juga oleh nabi Ya'kub kepada anak-anaknya dengan wasiat yang sama, yaitu :
يا بني الله إن الله اصطفى لكم الدين
Bahwa Allah telah memilih satu agama buat kalian, yakni agama Islam.
فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Jika ada yang bertanya, "Bagaimana mereka bisa dicegah dari kematian, karena kematian bukanlah urusan mereka? Dan mereka itu hanyalah dimatikan?" Maka jawabannya adalah bahwasanya ayat ini menunjukkan kekayaan bahasa yang digunakan dalam al-Quran yang hanya bisa dipahami dari segi maknanya saja. Yang dimaksud dengan larangan dalam ayat itu adalah larangan keluar dari Islam, bukan larangan menghindari kematian. Jadi maknanya adalah berpeganglah kepada ajaran agama Islam dan janganlah kalian keluar dari agama itu hingga ajal menjemput kalian.
c.       Tafsir Al-Maraghi
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ
Artinya, Nabi Ibrahim mewasiatkan agamanya yang disebutkan oleh ayat:
وَمَنْ يَرْغَب عَنْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ اِلاَّ مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ.
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri …”. (Al-Baqarah, 2:130).
Nabi Ya’qubpun setelah Nabi Ibrahim juga mewasiatkan agama kepada anak-anaknya. Nabi Ya’qub mengatakan kepada anak-anakanya, “Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam untuk kalian, Allah tidak akan menerima agama selainnya.
فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Artinya peliharalah agama Islam ini demi Allah dan janganlah sekejap pun kalian meninggalkannya. Karena, mungkin, kalian akan meninggal tiba-tiba sedangkan kalian berbeda dalam agama yang telah dipilih Allah untuk kalian.
Di dalam larangan ini terselip pengertian bahwa seseorang yang menyeleweng dari jalan yang benar janganlah merasa putus asa. Ia harus melakukan secara segera untuk kembali kepada jalan Allah dan perpegang teguh kepada agama-Nya. Sebab, dikhawatirkan ia akan mati dalam keadaan tersesat.
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan tanda-tanda maut …”.
Artinya, apakah kalian (Yahudi) dan Nasrani tidak percaya kepada Muhammad. Dan yang mengingkari kenabiannya adalah orang-orang yang pernah menghadiri Ya’qub ketika ia menjelang ajal. Kemudian kalian menyangka bahwa Ya’qub adalah Yahudi atau Nasrani.
Ada sesuatu riwayat yang menceritakan bahwa orang-orang Yahudi, pernah mengatakan kepada Nabi saw. “Tidaklah anda mengetahui bahwa Nabi Ya’qub itu mewasiatkan anak-anaknya agama Yahudi?”.
Ringkasnya, kalian tidak menghadiri peristiwa tersebut. Janganlah kalian menuduh dengan masalah-masalah yang batil dengan menghubungkannya kepada agama Yahudi atau Nasrani. Allah hanya mengutus Ibrahim dengan membawa agama yang hanif (Islam) yang diwasiatkan kepada anak-anaknya setelah ia mengakhiri masa hidupnya.
إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي
Artinya, apakah kalian menyaksikan ketika Nabi Ya’qub berkata kepada anak-anaknya, “Apakah yang kalian sembah sesudahku?” Maksudnya pertanyaan Ya’qub ini hendaknya membaiat anak-anaknya agar mereka tetap teguh pada pendiriannya di dalam Islam, ajaran tauhid dan segala perbuatan hanya karena Allah, dan untuk mencari rida-Nya. Juga menjauhkan kemusyrikan, seperti menyembah berhala dan lain-lain selain Tuhan. Hal inilah yang dikehendaki Ya’qub kepada putra-putrinya, sebagaimana yang tersebut di dalam ayat berikut ini:
... وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَ اَنْ نَعْبُدَ اْلاَصْنَامَ.
“… dan jauhkanlah aku dan anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”. (Ibrahim, 14:35).
قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
Artinya anak-anak Ya’qub menjawab, “Kami akan menyembah Tuhan yang telah kami ketahui keberadaan-Nya melalui bukti-bukti yang rasional, dan sekali-kali kami tidak akan berbuat musyrik terhadap-Nya. Kami selalu menyembah-Nya dan kami akan taat, merendahkan diri dan berbakti kepada-Nya dan menghadap kepada-Nya dalam keadaan sebagaimana pun juga”. Mereka hidup pada suatu periode yang masih menyembah berhala, patung, bintang, margasatwa dan lain-lain selain Allah.
Di sini Nabi Ismail disejajarkan dengan ayah, yakni Ya’qub, padahal Ismail adalah pamannya, bukan ayah mereka. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits Nabi yang mengatakan:
عَمُّ الرَّجُلِ صِنْوُاَبِيْهِ
“Paman seseorang sama (hukumnya) dengan ayahnya (sendiri)”.
Ayat ini memberikan petunjuk bahwa agama Allah itu tetap satu. Dan di dalam ajaran Nabi manapun, intinya adalah tauhid atau mengesakan Allah, di samping menyerahkan diri kepada-Nya dan taat terhadap petunjuk para Nabi. Karenanya, banyak kita jumpai para Nabi selalu mewasiatkan kepada umatnya seperti yang tersebut di dalam ayat berikut:
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدَّيْنِ مَاوَصَّى بِه نُوْحًا وَّالَّذِي اَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَابِه اِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسى وَعِيْسى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلاَتَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ.
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu, Tegakanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya …”. (Asy-Syura, 42:13).
Al-Quran memerintahkan kepada umat manusia agar sepakat dalam suatu agama yang ajaran pokoknya:
1)      Men-tauhid-kan Allah dan mensucikan diri dari kemusyrikan dengan aneka ragam bentuknya.
2)      Menyerahkan diri kepada Allah dan taat dalam segala amal perbuatan.
Barang siapa yang tidak berpendirian demikian, ia tidak bisa dikatakan sebagai muslim. Dengan kata lain, ia bukanlah orang yang berbeda pada agama yang benar yang diajarkan oleh para Nabi.
Sekarang orang-orang mengistilahkan Islam itu ditujukan pada pengertian kelompok tertentu yang mempunyai ciri keagamaan tersendiri dan mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan agama lain. Dengan kata lain mereka mempunyai predikat keagamaan tersendiri. Terkadang kenyataannya, sebagian mereka bukan orang-orang yang taslim (Islam) dan ikhlas karena Allah dalam perbuatannya. Bahkan kemungkinannya, mereka termasuk ahli bid’ah yang menyebarkan ajaran yang tidak sebenarnya. Terkadang mereka adalah orang-orang fasik yang menjadikan bahwa nafsu sebagai Tuhannya.
Agama Islam yang dianjurkan al-Quran yaitu ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. jadi, bukan yang dibawa oleh orang-orang ahli bid’ah tersebut.
d.      Tafsir Fathur Rahman
ووصى بها إبراهيم بنيه ويعقوب يا بني إن الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Nabi Ibrahim selalu berjanji kepada anak-anaknya. Demikian juga nabi Yakub selalu berjanji kepada anak-anaknya, bahwa "Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih sebuah agama yang terbaik dan Dia ridla agama itu sebagai agama kalian dan agama itu adalah agama Islam. Maka tetaplah kalian dalam ajaran agama Islam, sehingga walaupun kalian meninggal, kalian tetap ada dalam jalan dan petunjuknya dengan selalu menjalankan syariatnya dan tidak pernah sedikitpun berpaling darinya. Ya'kub adalah anak Ishak bin Ibrahim as. Jadi, dia adalah cucunya Ibrahim. Dia mengikuti apa yang dilakukan ayahnya dalam memberi wasiat kepada anak-anaknya, yaitu dengan selalu berpegang teguh kepada ajaran agama Islam hingga mereka meninggal dunia. Dengan demikian Allah akan meridlai mereka.
ووصى بها إبراهيم بنيه
Ayat ini merupakan pujian yang diberikan kepada nabi Ibrahim as. karena dia telah berusaha menyempurnakan jati diri orang lain dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Ayat ini juga menunjukkan adanya penguatan terhadap orang-orang yang mencintai ajaran agama Ibrahim. Yang dimaksud dengan tausiah adalah menyampaikan sesuatu yang harus dikerjakan oleh orang lain yang berisi tentang kebaikan dan pendekatan diri kepada Allah, baik itu dilakukan pada saat orang lain itu ada di sampingnya ataupun tidak. Dan yang disampaikan itu bisa berupa perkataan atau hanya dengan petunjuk, tetapi biasanya tausiah itu disampaikan dengan bahasa khusus pada orang yang ada ketika itu. Demikianlah al-Quran telah menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan diperintah oleh Allah untuk mengikuti mereka, mereka adalah orang-orang yang selalu saling memberi nasehat dan menyuruh kepada keluarganya untuk selalu berpegang kepada petunjuk yang benar. Maka, kita dapat mengambil contoh yang baik dari mereka.
أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلهك وإله آبائك إلها واحدا ونحن له مسلمون
Kata أم kadang dipakai sebagai kata tanya. Tetapi أم  dalam ayat ini maknanya adalah بل yang berarti bahkan. Orang-orang Arab bisanya menggunakan أم sebagai kata tanya ketika ada perkataan yang mendahuluinya, seperti dalam al-Quran:
الم تنزيل الكتاب لا ريب فيه من رب العالمين. أم يقولون افتراه ...
Yang menjadi komunikan dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin. Di sini dipakai makna بل (bahkan) karena sebagai penjelas dari perkataan sebelumnya. Ayat ini menganjurkan kepada orang-orang mukmin untuk mengikuti Nabi Muhammad saw dengan segala kemu'jizatan yang dimilikinya. Ayat ini juga menjelaskan tentang keadaan para nabi terdahulu tanpa diketahui sebelumnya baik dari perkataan orang ataupun catatan-catatan dalam buku. Dalam ayat itu, seolah-olah Allah berpaling kepada orang-orang mukmin setelah menjelaskan satu keterangan sebelumnya, "Apakah kalian menyaksikan apa yang terjadi?" Jika kalian mengetahui hal itu baik dalam wahyu maupun hadits rasul, maka kalian harus mengikutinya.

Ada juga yang menyatakan bahwa kata tanya yang dipakai pada ayat ini bermakna wajib dan menghinakan orang-orang Yahudi yang mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Ibrahim dan Yakub as.
Penjelasan dari ayat di atas adalah :
Bukankah kalian wahai orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mendustakan Muhammad dan mengingkari kenabiannya hadir ketika dan menyaksikan Yakub menjelang kematiannya? Sesungguhnya engkau tidak ada ketika nabi Yakub akan meninggal, maka janganlah kalian berbuat kebatilan terhadap pada rasul dan nabi-Ku, dengan mengaku bahwa mereka itu adalah Yahudi dan Nasrani. Karena sesungguhnya Aku mengutus kekasih-Ku Ibrahim dan anak-anaknya yaitu Ishak dan Yusuf juga keturunannya dengan ajaran agama yang lurus dan selamat. Mereka saling memberi wasiat akan kebaikan yang terus mereka lakukan pada keturunan mereka. Jika kalian ada ketika itu, maka kalian akan mendengar bahwa mereka tidaklah berpegang pada agama yang kalian sangka.
شهداء adalah bentuk plural dari شاهد, artinya hadir (ada).
إذ حضر يعقوب الموت
Kata إذ dalam ayat ini sangat berkaitan dengan makna شهادة (menyaksikan) dan menghadiri kematian, yaitu menjelang kematian. Karena jika pada waktu meninggal, maka ia tidak akan bisa berbicara sedikitpun. Ayat ini juga menggunakan ما  untuk menunjukkan dzat yang disembah, tidak dengan من, karena Yakub ingin menguji keimanan anak-anaknya.
قالوا نعبد إلهك وإله آبائك إلها واحدا ونحن له مسلمون
Dalam ayat ini Allah menyebut paman dan kakek sebagai bapak.
إلها واحدا adalah penjelas dari إلهك وإله آبائك. Isim nakirah bisa menjadi badal dari isim makrifat selama isim nakirah itu diberi sifat. Para mufassir menjelaskan bahwa penyebutan kata إلها واحدا sebagai penjelas dari إلهك وإله آبائك adalah untuk menghindari adanya sangkaan beberapa Tuhan setelah sebelumnya Tuhan disebut dua kali.
ونحن له مسلمون
Yaitu masuk Islam dan tetap dalam ajarannya, mengakui dan taat dalam menjalankan ibadah.
e.       Tafsir Al-Bayan
ووصى setelah Nabi ibrahim as sempurna dirinya, beliau menyempurnakan orang lain dengan jalan wasiat. Wasiat adalah memberikan sesuatu kepada orang lain, yang di dalamnya terdapat kebaikan dan kemaslahatan, baik perkataan ataupun perbuatan. Hal tersebut dilakukan dengan alasana penghormatan dan kebaikan semata, baik yang berhubungan dengan urusan duniawai maupun ukhrowi. بها maksudnya adalah agama, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat : ومن يرغب عن ملة ابراهيم ( ابراهيم بنيه ) menurut sebagai ulama yang dimaksud adalah putra-putranya yang berjumlah delapan orang. Ismail yang beribu Hajaj al-Qibtiyah, Ishak yang beribu Sarah. Adapun yang enam orang ibunya Qintharan binti Yaqtin al-Kinanah. Nabi Ibrahim menikahinya setelah Siti Sarah meninggal, mereka itu adalah Madin, Madayan, Zamran, Yawsan, Basiq dan Nuh.
(إن الله اصطفى لكم الدين) Maksudnya adalah agama Islam yang merupakan agama terbersih, dan tidak ada agama disisi Allah selain agama Islam. (فلا تموتن) maksudnya janganlan mau menimpamu (وأنتم مسلمون) maksudnya, kalian dalam keadaan ikhlas bertauhid, berprasangka baik kepada Tuhan kalian. Ini merupakan larangan untuk mati dengan meninggalkan Islam, baik mati dhohir maupun mati yang hakiki, karena kematian itu bukan di tangan mereka. Kejadian itu lahir ketika Nabi Ya’kub datang ke Mesir, kemudian beliau melihat penduduknya menyembah berhala, maka beliau berwasiat kepada keturunannya agar mereka teguh dalam Islam. kematian mereka dalam keadaan tidak teguh pada agama Islam adalah kematian yang tidak ada kebaikan, dan juga bukan merupakan kematian orang-orang yang selamat.
Adapun digunakannya lafad (abna) secara khusus dalam wasiat ini memberikan arti bahwa ajakan beliau ini bersifat untuk umum dan selamanya agar memegang Islam. selain itu untuk  menunjukkan bahwa permasalahan Islam adalah permasalahan yang mesti diutamakan. Beliau berwasiat kepada orang-orang yang dekat kepadanya, dan orang-orang yang diharapkan untuk berkasih sayang  dan saling mencintai . Keinginan agar putra-putranya baik, padahal putra-putranya tersebut sudah baik, merupakan faktor agar baiknya umat ini. Karena yang diikuti jika baik dalam segala bidang, maka akan baik pula pengikutnya.
(أم كنتم شهداء) ayat ini ditujukan kepada ahli kitab yang tidak menyukai agama Ibrahim. Pertanyaan disini dimaksudkan “inkari” yang bermaksud kalian tidak mengetahui.
(إذ حضر يعقوب الموت) tanda kematian dan sebab-sebab kematian serta telah dekatnya keluarnya beliau dari dunia. Ayat ini turun ketika orang yahudi berkata kepada Nabi sa. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Ya’kub telah berwasiat kepada anak-anaknya untuk ber”Yahudi” dihari kematiannya. Maka Allah berfirman “Kalian tidaklah menghadiri ketika maut mendatangi Ya’kub. (ما تعبدون من بعد) maksudnya apa yang engkau sembah setelah sepeninggalku. Maksud dari perkataan ini adalah untuk meneguhkan mereka kepada tauhid (mengesakan Tuhan), dalam keislaman, dan mengambil janji mereka secara teguh. Al-Raghib berkata : perkataan tersebut tidak dimaksudkan hanya untuk ibadah syariat saja, melainkan segala amal perbuatan mereka harus dimaksudkan karena Allah dan mencari ridha-Nya, dan agar mereka menjauhi segala apa yang tidak ada dalam Islam. Seakan-akan Ibrahim mengajak mereka agar tidak mengharapkan kecuali hanya kepada Allah.

f.        Tafsir Ibnu Katsir
(ووصى) Wasiat adalah menyuguhkan kepada yang lain suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat kemaslahatan dan persaudaraan.
(إن الله اصطفى لكم الدين) Maksudnya adalah agama Islam yang merupakan agama terbersih, dan tidak ada agama disisi Allah selain agama Islam. (فلا تموتن) maksudnya janganlan mau menimpamu (وأنتم مسلمون) maksudnya, kalian dalam keadaan ikhlas bertauhid, berprasangka baik kepada Tuhan kalian. Ini merupakan larangan untuk mati dengan meninggalkan Islam, baik mati dhohir maupun mati yang hakiki, karena kematian itu bukan di tangan mereka. Kejadian itu lahir ketika Nabi Ya’kub datang ke Mesir, kemudian beliau melihat penduduknya menyembah berhala, maka beliau berwasiat kepada keturunannya agar mereka teguh dalam Islam. kematian mereka dalam keadaan tidak teguh pada agama Islam adalah kematian yang tidak ada kebaikan, dan juga bukan merupakan kematian orang-orang yang selamat.
Adapun digunakannya lafad (abna) secara khusus dalam wasiat ini memberikan arti bahwa ajakan beliau ini bersifat untuk umum dan selamanya agar memegang Islam. selain itu untuk  menunjukkan bahwa permasalahan Islam adalah permasalahan yang mesti diutamakan. Beliau berwasiat kepada orang-orang yang dekat kepadanya, dan orang-orang yang diharapkan untuk berkasih sayang  dan saling mencintai . Keinginan agar putra-putranya baik, padahal putra-putranya tersebut sudah baik, merupakan faktor agar baiknya umat ini. Karena yang diikuti jika baik dalam segala bidang, maka akan baik pula pengikutnya.
(أم كنتم شهداء) ayat ini ditujukan kepada ahli kitab yang tidak menyukai agama Ibrahim. Pertanyaan disini dimaksudkan “inkari” yang bermaksud kalian tidak mengetahui.
(إذ حضر يعقوب الموت) tanda kematian dan sebab-sebab kematian serta telah dekatnya keluarnya beliau dari dunia. Ayat ini turun ketika orang yahudi berkata kepada Nabi sa. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Ya’kub telah berwasiat kepada anak-anaknya untuk ber”Yahudi” dihari kematiannya. Maka Allah berfirman “Kalian tidaklah menghadiri ketika maut mendatangi Ya’kub. (ما تعبدون من بعد) maksudnya apa yang engkau sembah setelah sepeninggalku. Maksud dari perkataan ini adalah untuk meneguhkan mereka kepada tauhid (mengesakan Tuhan), dalam keislaman, dan mengambil janji mereka secara teguh. Al-Raghib berkata : perkataan tersebut tidak dimaksudkan hanya untuk ibadah syariat saja, melainkan segala amal perbuatan mereka harus dimaksudkan karena Allah dan mencari ridha-Nya, dan agar mereka menjauhi segala apa yang tidak ada dalam Islam. Seakan-akan Ibrahim mengajak mereka agar tidak mengharapkan kecuali hanya kepada Allah.
4.      Essensi Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133
Rasul adalah manusia biasa yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yaitu wahyu. Dan dia diwajibkan berdakwah menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.
Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133, Allah menggambarkan proses dakwah Ibrahim dan Yaqub kepada para puteranya. Mereka berdua telah berwasiat kepada para puteranya agar memeluk Islam dan bertauhid kepada Allah SWT.
Kalau kita melihat dari segi prosesnya, hubungan Nabi Yaqub dengan puteranya bisa dikatakan hubungan guru dengan murid, karena Ya’qub adalah orang dewasa yang membimbing dan mengarahkan anak-anaknya menuju kepada kedewasaan rohani, hingga anak-anaknya tersebut kelak mendapatkan keselamatan. Ya’qub dalam menyampaikan materinya dengan cara memberikan pertanyaan.
Essensi yang bisa diambil dari ayat ini adalah berkenaan dengan materi pendidikan yang harus diterapkan dalam lingkungan keluarga, yakni mengenai penanaman keimanan.

B.     Implikasi Paedagogis Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133 Mengenai Materi Pendidikan Dalam Keluarga
1.      Analisis
Manusia adalah makhluk yang berpikir, dari lahir sampai masuk liang lahat. Hampir semua masalah tidak lepas dari kegiatan berpikir, baik soal paling remeh maupun yang paling asasi. Berpikir pada dasarnya sebuah proses yang membuahkan ilmu pengetahuan. Proses tersebut merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai kepada kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.
Sumber utama ilmu pengetahuan adalah Allah swt. ilmu pengetahuan-Nya tersebut digelarkan pada ayat-ayat-Nya, baik yang bersifat kauni (tak tertulis), maupun bersifat qur’ani (tertulis). Ilmu pengetahuan dapat dicapai manusia setelah melalui interpretasi (iqro) terhadap ayat-ayat kauni dan ayat-ayat qur’ani.
Berkaitan dengan permasalahan bagaimana materi pendidikan dalam keluarga menurut al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 akan diuraikan di bawah ini.
Al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 mengisyaratkan tentang wasiat yang disampaikan oleh Ibrahim dan Ya’qub terhadap anak-anaknya. Isi dari wasiat tersebut berhubungan dengan sesuatu yang sifatnya in material bukan sesuatu yang material (harta benda) yakni mengenai penanaman ketauhidan. Kondisi tersebut (Ibrahim, Ya’qub dan anak-anaknya) berada dalam satu lingkungan keluarga, maka ayat tersebut sangat berhubungan dengan dunia pendidikan. Ibrahim dan Ya’qub bisa dikategorikan sebagai pendidik dan anak-anaknya sebagai anak didik. Adapun wasiat yang disampaikan oleh keduanya berupa penanaman tauhid termasuk pada materi pendidikan, Dilihat dari prosesnya, secara sepintas sudah terlihat bahwa di sini terjadi proses pendidikan, yakni pendidikan yang harus diterapkan dalam lingkungan keluarga.
Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usran, nasl, ‘ali, dan nasb. Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, istri), persusuan dan pemerdekaan. (Drs. Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:289).
Anak merupakan amanat Allah swt. bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, bila ia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan dilatih dengan kontinu, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila ia dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia terbiasa berbuat buruk pula dan menjadikan ia celaka dan rusak. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan, walaupun dalam format yang paling sederhana, karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga mesjid, pondok pesantren dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.
Motivasi pengabdian keluarga (ayah-ibu) dalam mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kondrati, sehingga dalam suasana cinta kasih dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama dalam keluarga. Kewajiban ayah ibu dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi, sehingga tidak hanya orang tua yang beradab dan berilmu tinggi yang dapat melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih dalam taraf yang paling minim, atau bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut karena kewajiban mendidik anak merupakan “Naluri paedagogis” bagi setiap individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik daripada keadaan dirinya, sehingga perilaku pendidik sebagai akibat “naluri” untuk melanjutkan dan mengembangkan keturunannya.
Pendidikan keimanan dimulai dari menjelaskan tujuan tertinggi pendidikan Islam, yakni menjelaskan makna ubudiyah manusia kepada Allah semata serta sifat-sifat Illayiyah yang tidak boleh disandarkan kepada selain Allah.
Pendidikan aqidah Islamiyah di dalam pelajaran tauhid inilah yang mengenalkan anak kepada tujuan tertinggi pendidikan Islam. Tujuan tertinggi pendidikan Islam itu agar si terdidik: (a) ikhlas beribadah kepada Allah semata; (b) memahami makna dan maksud ibadah dan tingkah laku hidup, yang pada gilirannya akan mengantarkan anak kepada tujuan tertinggi itu; (c) menjauhi segala yang harus dijauhinya, seperti segala manifestasi syirik dan aqidahnya, yang mengalihkan, mengaburkan atau menyimpangkan tujuan pendidikan Islam, dalam memahami dan menerapkan Islam.
Aspek dogmatis dari pelajaran Islam ini merupakan aspek penting dan pertama yang wajib diperhatikan, agar buah dan hasil pemahamannya relevan dengan seluruh pelajaran. Diharapkan anak mengetahui, bahwa dia mempelajari al-Quran dan mengagungkannya, karena kalam Illahi dan jalan untuk bermunajat kepada-Nya, mengenal-Nya, tunduk kepada-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya.
2.      Implikasi
Dari hasil analisis di atas, al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 132-133 memiliki beberapa implikasi :
1.      Pendidik (orang tua) hendaknya mengikuti dan meneladani jejak langkah para Rasul, agar dalam mendidik anak-anaknya memperoleh hasil yang maksimal yaitu terwujudnya anak-anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Rasul merupakan teladan yang baik, mereka (rasul) meneladankan bagaimana kehidupan yang dikehendaki Tuhan, karena Rasul itu adalah penafsiran ajaran Tuhan. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh mengambil tokoh yang diteladani selain Rasul Allah.
2.      Pendidikan mengenai ketauhidan harus diterapkan sejak dini oleh orang tua kepada anak-anaknya. Sebagai realisasi dari penerapan pendidikan dalam kelaurga.
3.      Dalam lingkungan keluarga, orang tua harus mengetahui karakteristik dan perkembangan anak-anaknya, baik perkembangan psikis (emosional, Intelektual, Religius) maupun perkembangan biologis. Hal ini diharapkan agar orang tua dapat menjaga dan meminimalisasi kesalahan dalam mendidik anak-anaknya.
4.      Keberhasilan proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari peran serta orang tua dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan rumah tangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.