ADMINISTRASI,
MANAJEMEN DAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN MADRASAH
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang
berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. [1]Administrasi
dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi : catat-mencatat,
surat-menyurat, pembukuan ringan ketik-mengetikm agenda dan sebagainya yang
bersifat teknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh
proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.[2]
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur."[3] Manajemen
belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.[4] Mary
Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.[5] Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[6]
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara
universal manajemen adl penggunaan sumberdaya organisasi utk mencapai sasaran dan kinerja yg
tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa
Italia (1561) maneggiare
yang berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan
kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan".[7] Bahasa
Prancis lalu mengadopsi kata
ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement,
yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Fungsi
manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali
diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal
abad ke-20. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi tiga, yaitu:
1.
Perencanaan
(planning) adalah
memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan
dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara
terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana
alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang
dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2.
Pengorganisasian
(organizing) dilakukan
dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.
Pengarahan
(directing) adalah suatu
tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
Perbedaan antara manajemen dan administrasi
Administrasi berasal dari Bahasa
Latin Administrare yang berarti membantu atau melayani. Dalam arti sempit
sebagai keseluruhan pencatatan secara tertulis dan penyusunan sistematis dari
keterangan-keterangan yang ada agar mempermudah memperoleh ikhtisar keterangan.
Kegiatan dalam hal ini yaitu serangkaian aktivitas menghimpun, mencatat,
mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang
diperlukan dalam setiap kerja sama.
Dalam arti luas, administrasi
merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
rangka mencapaiu tujuan secara efektif dan efisien. Dengan tiga ciri pokok :
1.
Administrasi merupakan proses yang berarti terdiri
atas serangkaian kegiatan, yang dimulai sejak adanya dua orang atau lebih bersepakat
melakukan kerjsama dalam bidang tertentu. Dalam hal ini adalah bidang
pendidikan mengelola sekolah dan segala aspek lainnya.
2.
Terdapat dua orang atau lebih yang bekerja sama.
3.
Setiap kerjasama dalam adminsitrasi dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dan efisiensi. Tujuan itu ditetapkan sebelumnya berdasar
kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang bekerja sama.
Manajemen Pendidikan Madrasah
Kehadiran madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam di Indonesia merupakan simbiosis mutualistis antara masyarakat
Muslim dan madrasah itu sendiri. Secara historis kelahiran madrasah tidak bisa
dilepaskan dari peran / partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan.
Pendidikan madrasah di Indonesia yang lahir pada awal abad ke-20 dengan
munculnya Madrasah Mambaul Ulum di Keraton Surakarta tahun 1905 dan Sekolah
Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat tahun 1909
(Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan Islam yang
telah ada, yakni antara pengaruh pembaharuan Islam di Timur Tengah, pendidikan
Barat dan tradisi pendidikan Islam di Indonesia (baca pesantren). Pembaharuan
tersebut meliputi tiga hal, yaitu : usaha penyempurnaan sistem pendidikan
pesantren, penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, dan menjembatani antara
sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem pendidikan Barat.
Dengan kata lain, munculnya sistem
pendidikan madrasah juga merupakan respon atas kebijakan dan politik pendidikan
Hindia Belanda pada saat itu. Politik pendidikan Hindia Belanda yakni dengan
membuka lebih luas kesempatan pendidikan bagi penduduk pribumi, yang semula
hanya terbatas pada kaum bangsawan, disamping merupakan politik etik, balas
budi, juga merupakan salah satu usaha pemerintah Hindia Belanda untuk
menundukkan masyarakat pribumi melalui jalur pendidikan
Problematika
dalam manajemen pengelolaan
·
Praktek manajemen di madrasah sering menunjukkan model
manajemen tradisional, yakni model manajemen paternalistik atau feodalistik.
Dominasi senioritas semacam ini terkadang mengganggu perkembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan. Munculnya kreativitas inovatif dari kalangan
muda terkadang dipahami sebagai sikap yang tidak menghargai senior. Kondisi
yang demikian ini mengarah pada ujung ekstrem negatif, hingga muncul kesan
bahwa meluruskan langkah atau mengoreksi kekeliruan langkah senior dianggap
tabiat su’ul adab.
·
Tidak optimalnya peran serta pengelola madrasah dalam
menjalankan prinsip-prinsip manajemen dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, pengambilan keputusan, pelaksanaan kurikulum dan aktivitas kurikuler
lainnya. Prinsip manajemen seperti bagaimana penerpan planning,
organizing, controlling dan evaluating belum dijalankan sepenuhnya.
·
Pola kepemimpinan sebagai bagian dari manjemen
pengelolaan madrasah masih bersifat sentralistik, dimana kebanyakan kepala
madrasah masih dominan dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Tentu hal ini, sangat mengambat pengembangan madrasah untuk mampu bersaing
dengan sekolah formal lainnya atau paling tidak menjadi pilihan bagi masyarakat
untuk mempercayakan pendidikan anknya kepada madrasah.2. Pembaharuan Manajemen
Pendidikan Pesantren
Persepsi masyarakat terhadap
madrasah di era modern belakangan semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga
pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat,
di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan dan di saat
perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan madrasah
tampak makin dibutuhkan orang.
Terlepas dari berbagai problema yang
dihadapi, baik yang berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen,
kualitas input dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti
persyaratan akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang menimbulkan kesan
madrasah sebagai ‘sapi perah’, madrasah yang memiliki karakteristik khas yang
tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu menjadi salah satu tumpuan
harapan bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa
keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi
yang semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban teknologi dan materi.
Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model pendidikan
sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan dalam berbagai
lingkungan. Di lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang yang asing,
karena memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan pesantren.
Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah mengetahui sampai
di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari. Dengan metode pengajaran
modern yang disertai audio visual aids, kesan kumuh, jorok, ortodok, dan
exclusive yang selama itu melekat pada pesantren sedikit demi sedikit terkikis.
Masyarakat metropolit makin tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan
putra-putrinya ke pesantren dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang
sekedar berniat menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis)
hingga yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren tersebut,
orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana. Pondok Pesantren
Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan putra putri konglomerat, sekali
daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah fasilitas didapat. Ma’had Al-Zaitun
yang berlokasi di daerah Haurgelis (sekitar 30 KM dari pusat kota Indramayu),
yang baru berdiri pada tahun 1994, juga telah menjadi incaran masyarakat modern
kelas menengah ke atas, bahkan sebagian muridnya berasal dari negara-negara
sahabat, seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian,
model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya tawar
yang cukup tinggi.
Penerapan
Manajemen Pendidikan Madrasah
Dengan ciri khas madrasah yang berbeda dengan
pendidikan formal lainnya yang bawah naungan Depdiknas, sesungguhnya membawa
angin segar bagi perubahan di berbagai aspek dan tidak justru minder dan takun
untuk melakukan perubahan. Sehingga tujuan didiraknnya madrasah sebagai
penguatan nilai-nilai akhlak bagi siswa dan penerapnnya di masyarakat dapat
terealisasi dengan baik. setidaknya ada beberapa agenda pembaharuan pendidikan
madrasah ke depan, diantaranya:
1. Kurikulum. Untuk memenuhi tuntutan
siswa dan masyarakat, perlu dilakukan pembaharuan kurikulum pada tiga aspek
penting, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum
harus didahului dengan kegiatan kajian kebutuhan (need assessment) secara
akurat. Kajian kebutuhan tersebut dikaitkan dengan tuntutan era global, utamnya
pendidikan yang berbasis pada kecakapan life skill. Pelaksanaan
kurikulumnya menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple
Intelegence) dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning). Sedangkan evaluasinya hendaknya menerapkan penilainnya
menyeluruh terhadap semua kompetensi siswa(authentic assessment)
2. Manajemen Sarana Prasarana
Pendidikan. Untuk mendukung pelaksanaan kurikulum di atas, madrasah hendaknya
mengupayakan tersedianya sumber belajar dan media pendidikan berbasis
teknologi. Misalnya penggunaan literature digital dan berbagai ilmu agama dan
umum. Perlu diketahui bahwa saat ini, banyak kitab-kitab dan hadis mu`tabar
telah di CD- kan, sehingga memudahkan guru dan siswa dam mempelajarinya. Di
samping itu juga, perlu dikenalkan teknologi informasi on-line,
yaitu internet dimana saat ini menjadi sumber rujukan bagi masyarakat.
3. Menajemen Pembelajaran. Di era
demokaratisasi dan desentralisasi saat ini, maka proses pembelajaran sudah
seharusnya berpusat pada siswa, dimana siswa bukan lagi dianggap obyek,
melainkan subyek partisipasi pendidikan dan guru di posisi ini adalah sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa, sehingga tentu proses ini harus didukung
dengan metode mengajar yang menciptakan iklim demokratis dan harmonisasi siswa
dengan guru. Percepatan dan kompetitif siswa merupakan wujud dari
pengelolaan pembelajaran, yaitu quantum teaching dan learning.
Melihat gambaran umum, eksistensi madrasah dalam
pendidikan nasional masih dipertanyakan berbagai kalangan dengan berbagai
problematikanya, tentu hal ini tidak menjadikan pesimistis bagi civitas
madrasah, melainkan menjadi stimulant untuk melakukan upaya pembaharuan dalam
manajemen pengelolaan pesantren, agar tujuan pendidikan madrasah dan nasional
tercapai dengan baik. Pembenahan harus dilakukan diantaranya adalah leadership,
manajemen kurikulum, pembelajaran, dan sarana prasarana. Banyak konsep yang
diatawarkan sebagai sebuah alternatif dan tanpa harus menghilangkan cirri khas
madrasah sebagai elan vital penguatan nilai-nilai relegius yang muara akhirnaya
adalah menciptakan pribadi muslim yang intelektual dan survive untuk segala
tantangan zaman. Akhirnya harapan pembaharuan segera terwujud dan tentu saja
partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan.
Manajemen merupakan suatu proses sosial yang direncanakan
untuk menjamin kerjasama, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam
mencapai sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif.Manajemen
juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua
tipe organisasi termasuk Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal.
Di
dalam praktek, manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja bersama
(organisasi) untuk mencapai tujuan bersama. Madrasah merupakan bagian integral
dari lembaga pendidikan dalam systempendidikan nasional dengan jenjang mulai
dari pendidikan dasar (MI dan MTs) hingga pendidikan menengah (MA). Proses
penyelenggaraan pendidikan di Madrasah pada dasarnya sama dengan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, karena Madrasah tidak terpisahkan dari system
pendidikan nasional yang diharapkan mampu mewujudkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup
untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi ataupun untuk terjun kedalam
masyarakat.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, dan pendidikan
merupakan salah satu aspek pembangunan dan sekaligus merupakan syarat mutlak
untuk mewujudkan pembangunan nasional; oleh karena itu, pendidikan memiliki
posisi strategis dalam segala segi pembangunan bangsa khususnya pada upaya
pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan
dengan maksud untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh,
cerdas dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras,
produktif dan inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
diselaraskan dengan persyaratan keterampilan, keahlian dan profesi yang
dibutuhkan dalam semua sector pembangunan.
Dalam upaya melaksanakan sumber daya manusia, masalah
peningkatan mutu pendidikan merupakan factor utama yang harus diperhatikan.
Pidarta (2000:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan
pendidikan bukan pada aspek keuangan, tetapi berada pada aspek manajemen.
Manajemen merupakan suatu kekuatan utama dalam organisasi untuk mengatur atau
mengkoordinasikan kegiatan sub sistem dan hubungannya dengan sistem.
Manajemen
sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh
Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai
profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi manajern dan para professional dituntut oleh suatu kode etik.
Meskipun
cenderung mengarah pada suatu focus tertentu, para pakar mengemukakan
pendapatnya tentang pengertian manajemen antara lain adalah Siagian (2002:2)
mengemukakan bahwa defenisi yang paling sederhana dan kalsik tentang manajemen
adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain. Terry (2003:9) mengemukakan bahwa manajemen mencakup kegiatan untuk
mencapai tujuan , dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya
yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari
beberapa batasan yang dikemukakan oleh para pakar tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen adalah suatu usaha manajer dalam melakukan kegiatan-kegiatan
manajerial dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya organisasi dengan
bekerjasama dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada suatu lembaga pendidikan formal termasuk Madrasah, Manajer dimaksud adalah
Kepala Madrasah yang dibantu dengan staf tata usaha, guru-guru, peserta didik
dengan masyarakat dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dalam
menyelenggarakan pendidikan pada madrasah.
Penerapan
fungsi-fungsi manajemen pada Madrasah dalam pengelolaan pendidikan sangat
tergantung pada leader dan manajemen madrasah itu, dalam hal ini adalah kepala
madrasah . Keberhasilan seorang manajer diukur berdasarkan kemampuannya
menyelenggarakan fungsi-fungsi manajemen tersebut . (Siagian 2002:44). Seorang
kepala sekolah pada hakekatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin
dan seorang pengendali (Wahjosumidjo 2002: 96).
Dari uraian yang
telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Manajemen adalah suatu proses sosial yang direncanakan
untuk menjamin kerjasama, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam
menjacapai sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif.
Manajemen mengandung unsure bimbingan , pengarahan sekelompok orang terhadap
pencapaian sasaran umum. Diamana manajemen meletakkan fungsinya pada interaksi
orang-orang, baik yang berada didalam maupun diluar lembaga formal, atau yang
berada di bawah maupun diatas posisi operasional seseorang dalam suatu
organisasi
2.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, merupakan
prata social yang mengalami perkembangan dari masa-kemasa yang biasanya
diselenggarakan secara masal untuk umum dengan stadar kurikulum tertentu pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan
pranata social, maka keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan menjadi
mutlak diperlukan sebagaimana tertuang dalam paradigma baru tripusat pendidikan
dimana semua orang tua dalam keluarga, kepala madrasah dan guru dimadrasah
serta masyarakat bekerjasama mendidik anak-anak dengan baik. Untuk itu diperlukan
pembenahan manajemen madrasah antara lain bidang ketenagaan, bidang keuangan,
bidang perlengkapan, bidang keuangan, bidang proses beljar mengajar dan bidang
hubungan masyarakat.
Lembaga pendidikan formal (madrasah) yang memiliki dan
mengaplikasi-kan perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen adalah
madrasah yang memiliki perencanaan yang komprehensif untuk semua komponen yang
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di madrasah itu yang meliputi
perencanaan perlengkapan, keuangan, ketenagaan dan pembela-jaran yang didalam
perencanaan itu diorganisir menjadi perencanaan jangka pendek dalam kurung
waktu satu tahun dan perencanaan jangka panjang yaitu dalam kurung waktu lima
tahun.
[1] Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Tim Reality Publisher,
Surabaya, 2008.
[3] Oxford
English Dictionary
[4] Robbins,
Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
[5]
Vocational
Business: Training, Developing and Motivating People by
Richard Barrett-Business & Economics - 2003. – h. 51.
[6] Griffin,
R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.