PENGGUNAAN
METODE CERITA
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
oleh
Yani
Nuraeni
Abstrak
Pemilihan atau penempatan metode dalam
kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan, tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga kondisi siswa. Hal ini
juga dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh, karena penggunaan
variatif metode akan menimbulkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Dan
pada pelaksanaannya metode bercerita yang diterapkan ternyata sangat
mendapatkan perhatian yang baik dari peserta didik atau siswa – siswi. Hal ini akanterlihat
dari perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode bercerita tersebut. Dalam proses penerapannya metode bercerita meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dan ternyata setelah diuji coba metode
bercerita yang pernah dilakukan sudah cukup baik dan mendapat respon yang cukup
baik pula dari peserta didik.Metode bercerita cukup membantu secara efektif,
hal ini dapat kita lihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang menunjukkan
cukup bagus.
Kata kunci: Metode cerita, pembelajaran, pendidikan agama Islam
A. Pendahuluan
Salah satu problematika dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitupada aspek metodologi pembelajaran,
guru masih bersifat normatif, teoritis dankognitif yang mana kurang mampu
mengaitkan serta berinteraksi dengan materi-materi pelajaran yang lainnya. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Furchan (1993) menjelaskan bahwa
"Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolah masih banyak menggunakan
cara-cara pembelaja-ran tradisional, yaitu ceramah monoton dan statis – kontekstual,
cenderung normatif, monolitik, lepas dari sejarah, dan semakin akademis (Muhaimin,
2006: 163.).
Proses belajar mengajar yang
diselenggarakan di sekolah sebagai pusatpendidikan formal sebagai upaya untuk
mengarahkan peruba-han pada diri individu secara terencana baik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotorik dalam interaksi belajar sangat dipengaruhi
oleh beberapa komponen antara lain adalah pendidik, peserta didik, materi
pelajaran, metode pembela-jaran, saran prasarana, lingkungan, dan beberapa
komponen lain yang mendukung dalam proses pembela-jaran serta berbagai usaha
yang harus dilakukan untuk menumbuh-kan daya tarik dan semangat belajar bagi
peserta didik.
Perkembangan mental peserta didik di
sekolah antara lain, meliputikemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju
konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang
bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Proses pembelajaran juga
harus memper-hatikan minat dan kemampuan peserta didik.
Dalam proses pendidikan Islam, metode
mempunyai kedudu-kan yangsangat penting untuk pencapaian tujuan karena ia men-jadi
sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa
metode, suatu materi pelajaran tidak dapat terproses secara efektif dan efisien
dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.
Penggunaan metode yang tepat akan
sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu
dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode lain yang berpusat pada
guru, serta lebih menekankan pada interaksi dengan peserta didik. Penggunaan
metode yang berva-riasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak
kaku, serta perlu menekankan padakreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan
pengarahan ke arah kedewasaan (E. Mulyasa, 2008: 107). Metode pendidikan yang
tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar
sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang
diterapkan seorang guru akan berhasil jika mampu dipergunakan dalam mencapai
tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan Islam, metode
yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan
dengan materi pelajarandan secara fungsional dapat dipergunakan untuk merealisasikan
nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode,
kurikulum, dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional
dalam proses pembela-jaran. Oleh karena itu, proses pendidikan mengandung makna
internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia didik
sebagai upaya untuk membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa, dan
berilmu pengetahuan.
Sebagai salah satu komponen
operasional ilmu pengetahuan Islam, metode harus bersifat mengarahkan materi
pelajaran kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap
demi tahap, baik dalam kelembagaan formal maupun non formal. Dengan demikian
menurut ilmu pendidikan Islam, suatu metode yang baik harus memiliki karakter
dan relevansi yang senada dengan tujuan pendidikan Islam.
Ada tiga aspek nilai yang terkandung
dalam tujuan pendidi-kan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang
mengandung karakter dan relevansi tersebut. Pertama, membentuk peserta
didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya semata. Kedua, bernilai
edukatif yang mengacu kepada petunjuk al- Qur'an. Ketiga, berkaitan
dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran al-Qur'an yang disebut pahala
dan siksaan (M. Arifin, 2003: 144).
B. Pengertian Metode cerita
Dalam kaidah ushuliyah dijelaskan bahwa perintah melaku-kan suatu perkara (termasuk di dalamnya adalah pendidikan) maka juga
diperintahkan untuk mencari mediumnya (metodenya), dan medium tersebut hukumnya sama dengan apa yang
dituju (Muhaemin dan Abdul Mujib: 229).
Senada dengan hal tersebut terdapat
firman Allah Swt. dalam al-Qur’an surat al-Maidah, ayat 35:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilahjalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 35).
Implikasi kaidah
ushuliyah dan ayat tersebut dalam
pendidikan Islam adalah bahwa proses pelaksanaan pendidikan Islam membutuhkan
adanya metode yang tepat, sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang
dicita-citakan.
Penggunaan
metode dalam pendidikan Islam, yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang
pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi beriman yang senantiasa siap sedia
mengabdi kepada Allah Swt. Di samping itu, pendidik juga perlu memahami metode-metode
instruksional yang aktual sebagaimana yang ditunjukkan dalam al-Qur’an atau
yang disarikan dari al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi serta disiplin atau
dalam istilah al-Qur’an disebut dengan penghargaan (tsawab) dan hukuman (’iqab).
Selain kedua hal
tersebut, sebagai seorang pendidik juga harus bisa memberikan dorongan kepada
peserta didik agar menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari
gejala kehidupan dan alam sekitarnya, memotivasi peserta didik untuk
mengamalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasi-kan keimanan dan ketakwaannya
dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga sebagai seorang pendidik juga harus mendorong
peserta didiknya untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam merupakan kebenaran
yang hakiki, serta memberi bimbingan kepada mereka tentang praktik ‘amaliah
yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.
Tujuan adanya
metode pembela-jaran dalam pendidikan Islam adalah menjadikan proses dan hasil
pembelajaran agama Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna serta menimbulkan
kesadaran kepada peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui
tekhnik motivasi yang menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Sedangkan
fungsi dari metode pembelajaran
pendidikan Islam
adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik agar belajar berdasarkan minat,
serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan
pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik.
Tugas utama dari
metode dalam pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip
psikologis dan paedagogik dalam proses pembelajaran melalui penyampaian
keterangan dan pengetahuan agar peserta didik dapat mengetahui, memahami,
menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan
olah pikir. Selain itu tugas dari metode pembelajaran ini adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat
serta penanaman nilai dan
norma yang
berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi parapeserta didik.
Pendidikan agama
Islam adalah usaha sadar dalam kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak
dicapai.
Seorang pendidik
yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar, apabila menginginkan
tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka tidak
cukup hanya menguasai materi, tetapi juga harus menguasai berbagai tekhnik atau
metode penyampaian materi yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan
materi yang akan diajarkan dan kemampuan peserta didik dalam menerima
pelajaran.
Istilah metode
mengajar terdiri atas dua kata yaitu, metode dan mengajar. Metode atau methode berasal dari bahasa
Yunani yaitu metha dan hodos, Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan istilah mengajar berasal dari kata ajar diberi awalan ’me’ menjadi mengajar yang berarti menyajikan atau
menyampaikan. Dari penjelasan
di atas dapat
disimpul-kan bahwa pengertian metode
mengajar adalah suatu cara
yang harus dilalui untuk menyampaikan
bahan pengajaran agar dapat mencapai
tujuan
pengajaran.
Para ahli
merumuskan beberapa ta’rif tentang metode pembelajaran, di
antaranya sebagai berikut:
a. Abdurrahman Ghunaimah mengartikan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
b. Muhammad Athiyah
al-Abrasyi
menjelaskan bahwa metode
pembelajaran
adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang berbagai
macam materi pelajaran.
c. Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama merumuskan bahwa metode pembelajaran adalah suatu tekhnik
penyam-paian bahan pelajaran kepada peserta didik yang dimaksud-kan agar mereka
dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Dalam menerapkam
metode pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
yaitu:
a. Sifat-sifat
metode dan kepentingan yang berkenaan dengantujuan utama pendidikan agama
Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin
yang mengaku sebagai hamba Allah Swt.
b. Berkenaan dengan
metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam al-Qur’an atau
disimpulkan daripadanya.
c. Membangkitkan
motivasi dan adanya kedisiplinan atau dalam istilah al-Qur’an disebut
ganjaran (tsawab) dan hukuman (’iqab).
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran antara lain:
1)
Tujuan yang hendak dicapai
Setiap pendidik
yang pekerjaan pokoknya mendidik harus mengerti dengan jelas tentang tujuan
pendidikan, karena hal tersebut akan
menjadi sasaran dan pengarah tindakan-tindakannya dalam menja-lankan
fungsinya
sebagai pendidik.
2)
Peserta didik
Peserta didik
yang akan menerima dan mempelajari materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru juga harus
memperhatikan
pemilihan metode mengajar, karena metode mengajar itu ada
yang menuntut pengetahuan dan kecekatan tertentu.
3) Bahan yang akan
diajarkan
Pada hakikatnya
metode mengajar di samping sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan juga
merupakan media untuk menyampaikan bahan atau materi yang pada akhirnya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan sifat, isi dan bobot materi yang akan
disampaikan sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik dan kemampuannya
dalam menerima materi pelajaran tersebut.
4) Fasilitas
Termasuk dalam
faktor fasilitas antara lain adalah alatperaga, ruang, waktu, kesempatan,
tempat dan alat-alat praktikum,
buku-buku, perpustakaan dan sebagainya.
5) Guru
Setiap guru
harus menguasai setiap metode yang
digunakannya
dalam menyampaikan materi pelajaran, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta
didik dalam menerima materi pelajaran
tersebut.
6) Situasi
Termasuk dalam
situasi adalah keadaan para peserta didik (termasuk kelelahan dan semangat
mereka), keadaan suasana, keadaan guru (kelelahan dan semangat guru), keadaan
kelaslain yang berdekatan dengan kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode
tertentu dan sebagainya.
7) Partisipasi
Apabila guru
menginginkan para peserta didik turut aktif secara merata dalam suatu kegiatan yang berhubungan
denganmateri pelajaran maka harus menggunakan metode kerjakelompok, metode unit
atau metode seminar dan lain-lain.
8) Kebaikan dan
Kelemahan Metode Tertentu
Setiap metode
mempunyai kelemahan dan kelebihan, dengan sifatnya yang variatif, guru perlu mengetahui
kapan suatu metode tepat digunakan dan kapan dia menggunakan kombinasi dari
metode-metode tersebut, guru harus memilih metode yang paling banyak memberikan
hasil.
C. Pengertian Kisah
Qishah berasal dari kata al-qashashu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qashash menurut bahasa berasal dari bentuk mashdar yaitu kata al-qishah yang mempunyai arti berita dan
keadaan (Manna’ Khalil Qatthan, tth.: 305-310). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt.
surat al-Kahfi, ayat 64:
“Musa berkata: "Itulah
(tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,mengikuti jejak mereka
semula.” (QS al-Kahfi
ayat 64)
Dan dalam surat
Al-Qashash, ayat 11:
وَقَالَتْ
لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada
saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya
Musa dari jauh, sedang merekatidak mengetahuinya” (QS
Al-Qashash: 11).
Qashash juga berarti berita yang berurutan, sebagaimana
dalam firman Allah surat Ali Imran, ayat 62:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya:
“Sesungguhnya ini adalah kisah
yang benar, dan tak ada Tuhan (yangberhak disembah) selain Allah; dan
Sesungguhnya Allah, Dialah yangMaha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran: 62).
Dan dalam surat Yusuf, ayat 111:
لَقَدْ كَانَ فِي
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ
تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagiorang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yangdibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya danmenjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS
Yusuf, ayat 111).
D. Macam-macam Kisah.
Dalam al-Qur'an terdapat
berbagai macam kisah yang dijelaskandalam ayat-ayatnya, antara
lain:
1. Kisah para Nabi,
yaitu mengandung cerita tentang dakwah paraNabi, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, akhlaq orang-orang yang menentang Nabi, tahapan-tahapan
dakwah dan perkemba-ngannya serta akibat-akibat yang diterima olehmereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan.
2. Misalnya kisah
tentang Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, dan lain-lain. Kisah-kisah tersebut terdapat dalam surat al-An'am, al-Kahfi, Maryam
dan surat-surat lainnya.
3. Kisah al-Qur’an
yang berhubungan dengan kejadian masa laludan figur-figur orang yang belum
jelas kenabiannya, seperti kisah Thalut
dan Jalut, Dzul Qarnain, Ashhabul
Kahfi, Maryam, Ashhab al-Fiil, Ashhab al-Ukhdud, dan lain-lain.
4. Kisah-kisah tersebut antara lain terdapat dalam surat al-Fiil,
al-Buruj, al-Baqarah, al-Kahfi, dan lain sebagainya.
5. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah saw. seperti
peristiwa perang Badar dan perang Uhud,
sebagaimana terdapat dalam surat Ali
Imron, perang Hunain dan perang Tabuk,
sebagaimana yang terdapat
dalam surat at-Taubah, dan lain-lain.
E. Faedah-faedah Kisah
Dalam Metode
cerita terdapat beberapa faedah, yaitu:
a) Penjelasan
tentang dasar-dasar berdakwah dan penjelasan tentang dasar-dasar syari’at
bagi para Nabi, sebagaimana yang
dijelaskan dalam
Q.S. Al-Anbiya’: 25
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
"Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa-sannya
tidak ada Tuhan (yang hak)melainkan Aku, Maka sembah-lah olehmu sekalian akan
aku" (Q.S. Al-Anbiya’: 25)
b) Untuk meneguhkan
hati rasul dan hati umat Islam agar tetapberada pada agama Allah, mengokohkan
kepercayaan orangmukmin akan pertolongan Allah terhadap golongan yang benardan
kehancuran umat yang salah, hal ini terdapat dalamQ.S. Hud: 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ
الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
"Dan semua kisah dari Rasul-rasul
Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisahyang dengannya Kami teguhkan hatimu;
dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orangorangyang beriman” (QS
Q.S. Hud: 120).
c) Membenarkan para
Nabi terdahulu, menghidupkan kenanganterhadap mereka serta mengabadikan jejak
dan peninggalannya.
d) Menampakkan
kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwahnyadengan berita yang disampaikannya
tentang hal ihwal orang–orangterdahulu disepanjang masa dan generasi.
e) Menampakkan
kebohongan ahli kitab terhadap petunjuk danpenjelasan yang mereka sembunyikan
serta menantang ahlikitab dengan keterangan dalam kitab mereka sebelum
terjadipenyelewengan. Hal ini terdapat dalam Q.S. Ali-’Imron: 93
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي
إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ
تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
Artinya:
"Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yangdiharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taura tditurunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan
yangdiharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia
jika kamu orang-orang yang benar" (Q.S.
Ali-’Imron: 93).
f) Qashash atau
cerita merupakan bentuk dari sastra yang menarikuntuk didengarkan dan mudah
meresap ke dalam jiwa sehinggamenjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga.
Sebagaimanayang terdapat dalam Q.S. Yusuf: 111
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا
كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ
كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
"Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Adapun
hikmah-hikmah dalam Metode cerita adalah:
1. Menjelaskan
betapa tingginya kandungan balaghah dalam Al-Qur’an (Salah satu karakteristik
balaghah, menjelaskan satu makna dalam bentuk yang berbeda, satu cerita
diulang-ulangdalam beberapa tempat dengan uslub yang berbeda, hal
inimenunjukkan bahwa manusia tidak mudah merasa bosan, akantetapi akan
menunjukkan makna-makna baru dalam jiwa, yangmana hal itu tidak dapat ditemukan
dalam satu ayat pada ayatyang lain.
2. Menunjukkan hebatnya
kemuk-jizatan al-Quran, bahkan para sastrawan Arab tidak mampu menandingi salah satu
bentuk pun dalam al-Qur’an. Hal
ini membuktikan bahwa Al-Qur’an
benar-benar
mukjizat yang datang dari Allah swt.
3. Memberikan
perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa.
Hal ini karena pengulangan merupakan salah
satu cara pengukuhan dan indikasi
betapa besarnya penga-ruh dari perhatian. Misalnya kisah Musa dan Fir’aun, kisah ini
menggambarkan pergulatan
sengit antara
kebenaran dan kebatilan, walaupun kisah itu sering diulang-ulang tetapi
tidak pernah terjadi dalam satu
surat.
4. Adanya beberapa
perbedaan tujuan dari berbagai bentuk makna yang terdapat dalam setiap pengulangan kisah-kisah tersebut.
F. Pengaruh Metode cerita dalam Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana
telah diketahui bahwa kisah yang baik akan banyak diminati dan dapat menembus relung jiwa manusia
dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa
jenuh, begitu juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dicerna oleh
akal, diserap ke dalam hati untuk direalisasikan dalam tingkah laku.
Dengan adanya
Fenomena kejiwaan ini seharusnya para pendidik dapat mengambil pelajaran dari Metode cerita tersebut
dalam proses pembelajaran
lebih-lebih
dalam pendidikan agama Islam. Seorang pendidik harus bisa memilihdan memilah
kisah-kisah yang harus disampaikan menurut masing-masing tingkatan pendidikan dan tingkat pemahaman atau
karakteristik peserta didik.
Dalam
kisah-kisah Qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para
pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali peserta didik dengan bekal
kependidikan berupa peri kehidupan paraNabi, berita-berita tentang umat
terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa,
semua itu dikatakan dengan benar danjujur. Para pendidik hendaknya mampu
menyampaikan kisah-kisah Qur’ani
tersebut dengan
susunan bahasa yang sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik dan harus sesuai dengan
tingkatan pendidikan-nya masing-masing.
Para ahli
Qiro'ah dalam kitab Qashashul Qur'an karya Ibnu Katsir ad-Dimasyqi menjelaskan
bahwa: al-Qur'an tidak hanya berupa kalam yang dibaca, tetapi al-Qur'an juga
berisi undang-undang amaliyah dalam kehidupan dan pendidikan serta pengalaman-pengalaman
nafsiyah yang bertujuan untuk
mendidik umat manusia, mengajak kepada kebaikan dan menjauhi dari keburukan. Di
dalamnya terdapat pendidikan tentang akhlak yang
mulia yang wajib dipelajari (Ibnu
Katsir, 2004: 5-6).
Relevansi Metode
cerita di lingkungan sekolah seolah-olah seperti benar-benar terjadi,
kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam
menyampaikan informasi tentang materi pelajaran, maka kewajiban pendidik muslim
adalah memiliki kemauan yang kuat dalam merealisasikan peranannya untuk
membentuk peserta didik agar memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an
karena hal itu merupakan bagianintegral dari tujuan pendidikan Islam (Abdurrahman
Saleh Abdullah, 1994: 2009).
G. Simpulan
Dengan adanya Fenomena
kejiwaan ini seharusnya para pendidik dapat mengambil pelajaran dari Metode
cerita tersebut dalam proses pembelajaran lebih-lebih dalam pendidikan agama
Islam. Seorang pendidik harus bisa memilih dan memilah kisah-kisah yang harus
disampaikan menurut masing-masing tingkatan pendidikan dan tingkat pemahaman
atau karakteristik peserta didik.
Dalam
kisah-kisah Qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para
pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali peserta didik dengan bekal kependidikan
berupa peri kehidupan para Nabi, berita-berita tentang umat terdahulu,
sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa, semua itu
dikatakan dengan benar dan jujur. Para pendidik hendaknya mampu menyampaikan
kisah-kisah Qur’ani tersebut dengan susunan bahasa yang sesuai dengan tingkat
penalaran peserta didik dan harus sesuai dengan tingkatan pendidi-kannya masing-masing.
Para ahli
Qiro'ah dalam kitab Qashashul Qur'an karya Ibnu Katsir ad-Dimasyqi menjelaskan
bahwa: Al-Qur'an tidak hanya berupa kalam yang dibaca, tetapi Al-Qur'an juga
berisi undang-undang amaliyah dalam kehidupan dan pendidikan serta
pengalaman-pengalaman nafsiyah yang bertujuan untuk mendidik umat manusia,
mengajak kepada kebaikan dan menjauhi dari keburukan. Di dalamnya terdapat
pendidikan tentang akhlak yang mulia yang wajib dipelajari.
Relevansi Metode cerita di lingkungan sekolah
seolah-olah seperti benar-benar terjadi, kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan
metode yang sangat bermanfaat dalam menyampaikan informasi tentang materi
pelajaran, maka kewajiban pendidik muslim adalah memiliki kemauan yang kuat
dalam merealisasikan peranannya untuk membentuk peserta didik agar memiliki
sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an karena
hal itu merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Karim dan Terjemahnya. 1990. Semarang: Menara Kudus.
Al-Dimasyqi, Ibnu Katsir. 2004. Qashasul Qur’an.
Beirut-Libanon: Darul KutubIlmiyah.
Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoritis
dan Praktis BerdasarkanPendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Athiyah, Moh. 1984. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan
Islam. Jakarta: BulanBintang.
Isma'il ibn Katsir, Abilfida'. 1986. Tafsir Ibn
Katsir. Lebanon: Beirut.
Muhaimin (dkk.). 1996. Strategi Belajar Mengajar
(Penerapannya dalamPembelajaran Pendidikan Agama). Surabaya: CV. Citra
Media.
______ 1993. Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian
Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya). Bandung: Trigenda Karya.
______ 2001. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.81
______ 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam :
(Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan). Jakarta: Raja Grafindo.
Mulyasa, E. 2008.Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatifdan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya:
Al-Ikhlas.
Quthb, Muhammad. 1993. Sistem Pendidikan Islam. Terj.
Harun, Salman.Bandung: PT Al-Ma’arif.
Qatthan, Manna’ Khalil. tanpa tahun. Mabahits fi
‘ulumil Qur’an. Cet.III.
_______1973.Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj.Mudzakir.
Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa.
Shihab, Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan
dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Tadjab (dkk). 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam.
Surabaya: Karya Abditama
UU RI No. 20 Tahun 2003.2006. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.Bandung:Citra Umbara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.