FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SEMANGAT GURU DALAM PEMBELAJARAN
oleh
Reni
Hermayati
Abstrak
Pendidik yang
profesional sangatlah didambakan oleh setiap orang, pendidik yang penuh semangat
dan berorientasi untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh,
berdaya guna sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, adakalanya realita
tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tidak profesionalnya guru, kurang
semangat, dan tidak punya orientasi pendidikan yang lebih baik ke depan adalah
suatu peristiwa yang pasti ada sebab dan akibatnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat
guru dalam Pembelajaran di sekolah yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern diantaranya: tuntutan kewajiban; faktor kesehatan; kemampuan mengajar
guru (SDM) yang memadai; usia; gangguan rumah tangga (keluarga); dan minat.
Sedangkan Faktor ekstern diantaranya : kesejahteraan/ ekonomi; jarak ke
sekolah; kondisi jalan menuju sekolah; anak didik; sarana dan prasarana;
lokasi/tempat kerja; keharmonisan antara kepala sekolah, guru, dan siswa;
lingkungan sekitar/masyarakat; dan penghargaan.
Kata Kunci : Guru, Pembelajaran
A. Pendahuluan
Dewasa ini kinerja guru di sekolah sedang disorot
oleh berbagai pihak, baik oleh masya-rakat, pemerintah, maupun orang tua siswa,
karena dianggap kurang mampu memberikan landasan pendidikan yang bermutu pada
siswa melalui pembelajaran di sekolah. Di lain pihak guru sekolah dasar
itu sendiri dipandang sangat berjasa kepada kita.
Kita tahu
bahwa pendidik (orang yang berilmu dan mengajarkannya) sangatlah dihargai kedu-dukannya
dalam ajaran Islam. Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah Swt dan sabda
Rasul-Nya.
Yang artinya:
“Allah meningkatkan derajat orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. A-Mujadalah: 11).
Yang artinya :
“Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhori)
Firman Allah
dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai
ilmu pendidikan/ilmu pengetahuan (pendidik) dan mengamalkannya.
Pendidik yang
profesional sangatlah
didambakan oleh setiap orang, pendidik yang penuh semangat dan berorientasi
untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, berdaya guna sesuai
dengan yang diharapkan.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian &
Peranan Guru
a.
Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab, guru disebut mu’alim,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut teacher. Akan tetapi pengertianny
sama, yaitu orang yang pekerjaannya mengajar.
Dalam
undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, BAB I Pasal I, yang
dimaksud dengan “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru adalah
orang yang tugasnya mengajar yang berarti mentransfer ilmu pengetahuan berarti
guru harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dari semua bidang kehidupan.
Sebagai manusia super diharapkan kelak tidak ada kata tidak tahu dalam kamusnya
atau kata kesalahan karena kalau berbuat kesalahan dampaknya akan sangat luas
dan akan menjadi aib yang sangat besar. Dengan demikian guru sebagai pendidik
harus dapat membuat keseimbangan dalam bertingkah laku dan berfikir. (Lim
Imanudin, 2003:31).
A Tabrani Rusyan
(1993:241) Guru pendidikan dasar dimata masyarakat pada umumnya dan dimata
orang tua peserta didik pada khususnya merupakan panutan dan anutan yang
diperlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru
merupakan figure atau tipe makhluk yang berlaku.
Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat (2)
menyatakan bahwa: “pendidik merupakan tenaga profe-sional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembela-jaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembim-bingan dan pelatihan, serta melaku-kan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Guru adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Setiap guru
kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka
menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang jelas-jelas tidak bisa
dikesamping-kan dalam member-kan ketela-danan dalam berprilaku mengantar-kan
anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepri-badian mulia. Dari
kepribadian itulah mempengaruhi pola prilaku yang guru perlihatkan ketika
melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Pendidik atau
guru bisa diartikan sebagai orang-orang yang bertang-gung jawab dalam
menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang
memiliki pola piker ilmiah dan probadi yang sempurna.
Jadi
kesimpulannya, guru atau pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang lebih baik, sehingga terangkat derajat kemanusiaanya sesuai
dengan kemampuan dasar yang dimiliki manusia.
b.
Peranan Guru
Pada masa
lalu, peranan guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan
kebudayaan manusia masa lalu yang dianggap berguna, sehingga harus diwariskan.
Dengan demikian guru berperan sebagai sumber belajar (Learning Resourcer) bagi siswa. Jadi, siswa akan belajar terhadap
ucapan yang keluar dari mulut gurunya.
Maka dari itu,
ada pepatah yang mengatakan; sepintar-pintarnya siswa, tidak akan mengalahkan
pintarnya guru. Apakah masih relevan, pepatah tersebut dalam kondisi sekarang
yang serba modern dalam kemajuan teknologi?
Sesuai dengan
kemajuan jaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat, bahwa pepatah tersebut di atas sudah tidak relevan lagi terhadap siswa
masa kini.Sekarang siswa bisa belajar atau mendapatkan informasi tidak hanya
dari mulut guru, tetapi bisa mempelajarinya dari berbagai sumber media baik
cetak maupun elektronik.
Namun
demikian, peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Bagaimanapun
hebatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta guru akan tetap
diperlukan. Untuk kondisi masa kini, peran guru tidak hanya satu-satunya
sebagai sumber belajar, akan tetapi banyak peran-peran yang lain dalam usaha
membelajarkan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Maka sepesat
apapun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta guru tetap
dibutuhkan sesuai dengan kemampuan dan disiplin ilmunya masing-masing. Apalagi
tidak setiap siswa mampu memecahkan rumus-rumus, atau konsep yang tertulis
dalam buku dan sebagainya.
Bahwa masih
tetap dibutuh-kannnya peran serta guru diisyarat-kan oleh penulis buku bernama
Wina Sanjaya.
Menurut Wina
Sanjaya (2005:147), peran guru yaitu: mengajar, fasilitator, demonstrator, organisator, evaluator, motivator, administrator dan sumber belajar. Jadi peran
guru itu ada delapan yang terangkum menjadi empat, dimana peran tersebut sangat
penting dalam pembelajaran masa kini.
1)
Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator,
guru ber-peran untuk mempermudah siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar
peran tersebut dapat terlaksana, ada beberapa hal yang berhubungan dengan peman-faatan
berbagai media, maka guru dituntut untuk:
a)
Memahami berbagai jenis media dan
sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut.
b)
Memiliki keterampilan dalam
merancang suatu media
c)
Dapat mengoperasikan berbagai
jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar
d) Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
baik.
2)
Guru sebagai Manager
Sebagai
pengelola pembela-jaran (Learning Manager),
guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang membuat siswa belajar secara
nyaman, sehingga kelas tetap kondusif.
3)
Guru sebagai Demonstrator
Sebagai
demonstrator dapat diartikan bahwa guru harus menjadi teladan bagi siswa.
4)
Guru sebagai Evaluator
Evaluasi
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu rangkaian pembela-jaran.
Melalui
evaluasi bukan saja guru dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya, juga dapat melihat sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran.
2.
Pengertian dan
Karakteristik Kegiatan Belajar Mengajar
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar itu
sering dianggap sama dengan menghafal, kemudian ada juga yang berpandangan
bahwa belajar itu dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan.
Belajar adalah
proses yang dirancang dan sengaja supaya berpikir untuk memecahkan suatu
masalah, sedangkan manager itu pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan
seluruh potensi yang ada melalui penataan lingku-ngan sebaik-baiknya dan menghu-bungkannya
kepada siswa agar terjadi proses belajar.
b.
Karakteristik Kegiatan Belajar
Mengajar
1)
Karakteristik belajar menurut Wina
Sanjaya. (2005:89):
-
belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan.
-
tujuan belajar adalah perilaku secara utuh
-
belajar bukan hanyasebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses
-
belajar adalah proses pemecahan masalah.”
Belajar merupakan
proses yang dirancang dan disengajauntuk mencapai suatu tujuan yang bermanfaat
bagi kehidupan. Dengan mengembangkan kemam-puan kognitif, sikap, emosi,
kebiasaan dan lain-lain secara stimulan.
Keberhasilan
belajar tidak hanya diukur atau dievaluasi dari sisi hasil, tetapi bagaimana
proses keberhasilan itu. Sehingga masalah dapat terpecahkan dan terjadinya pola
perubahan perilaku secara utuh.
2)
Karakteristik Pembelajaran menurut
Wina Sanjaya (2005: 79):
-
“pembelajaran berarti membelajarkan siswa
-
proses pembelajaran berlangsung dimana saja
-
pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.”
3.
Faktor-faktor yang Mempe-ngeruhi
Semangat Guru dalam KBM
Guru merupakan
faktor penting dan sangat dominan dalam proses pembelajaran. Karena disuatu
kelas pada saat jam pelajaran berlangsung, jika tidak ada guru di kelas maka
dapat diperkirakan kegiatan apa yang dilakukan siswa. Kelas akan menjadi ribut,
antar siswa akan saling meledek, kadang-kadang siswa mulai keluar kelas tanpa
aktivitas yang jelas dan yang lebih parah siswa keluyuran ke jalan dan membuat
kekacauan atau bahkan memicu terjadinya tawuran antar kelas atau antar sekolah
yang tidak jarang merugikan orang lain yang tak berdosa. Harapan positif
berakibat negatif.
Mengapa guru
tidak masuk kelas dan tidak mengajar? Ada beberapa kemungkinan alasan yang menye-babkan
hal tersebut terjadi pada seorang guru. Di antaranya faktor intern dan faktor
ekstern.
a. Faktor intern misalnya:
1)
Gangguan rumah tangga
Apabila
seorang guru sedang mengajar, sementara psikologisnya terganggu karena masalah
rumah tangga atau keluarga, maka ia tidak akan konsentrasi dalam mengajar.
2)
Kesehatan
Dalam pribahasa
dikatakan bahwa dalam tubuh sehat terdapat jiwa yang kuat. Terkait dengan
pribahasa tersebut, maka apabila kesehatan guru kurang baik, jelas aktivitasnya
guru tersebut dalam mengajar sedikit menurun. Begitu juga pengaruhnya akan
dirasakan oleh siswa yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.
3)
Minat
Niat menjadi
seorang guru sangat penting, karena minat itu merupakan salah satu unsur kepribadian
guru yang memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Minat menjadi
seorang guru akan mengarahkan tindakan guru tersebut terhadap suatu objek atas
dasar senang, sehingga menimbulkan gairah dan dorongan / motivasi kerja dari
diri sendiri.
Minat menjadi
guru dapat diketahui dari kecendrungannya terikat atau terkait terhadap proses
pembelajarannya dan pengamalan-nya, tentunya dengan maksud yang baik dan itu
berarti akan menciptakan siswa yang berpres-tasi.
Sedang apabila
seorang guru merasa terikat oleh peraturan yang ada, berarti dia tidak
mempunyai minat menjadi guru. Hal tersebut bisa terpaksa karena keinginan
keluarga atau keinginan orang lain, yang jelas bukan karena keinginan diri
sendiri. Maka akan sangat berpengaruh terhadap proses pembe-lajaran yang
akibatnya berdampak kurang baik terhadap anak didik (perubahan tingkah laku
anak).
b. Faktor Ekstern misalnya:
1)
Motivasi
Agar setiap
jam pelajaran guru ada di dalam kelas (sekolah) khususnya guru sekolah dasar
dan dapat melaksanakan aktivitasnya dalam proses belajar mengajar, perlu adanya
dorongan atau motivasi.
Motivasi/dorongan
untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, yang lebih penting muncul
dari dalam guru itu sendiri. Namun walaupun demikian, doro-ngan itu bisa
dirangsang dari luar diri guru itu sendiri.
Adanya upaya
untuk meningkatkan proses pembelajaran, guru-guru perlu mendapatkan suatu
penghargaan atas kreatifitasnya, baik dari kepala sekolah atau dari pemerintah.
“Dorongan atau motivasi untuk melaksanakan
proses pembelajaran akan muncul, bila kegiatan yang dilakukan-nya dirasakan
mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi guru itu sendiri.” (Tabrani
Rusyan; 2000: 6).
Hal itu sudah
barang tentu berkaitan dengan pemenuhan kebu-tuhan sehari-hari, terlebih
kebutuhan pokok di jaman sekarang ini sangat tinggi, sedangkan penghasilan tiap
bulannya tidak sesuai lagi dengan harga beli.
Tuntutan
kebutuhan itu tumbuh secara bertahap, namun pada akhirnya merupakan kebutuhan
yang terpadu. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan
tenaga yang mendorong untuk bertingkah laku. Tingkah laku seorang guru bisa
diartikan mencari penghasilan tambahan di luar, baik yang sesuai dengan bidang
yang dimilikinya atau bahkan ada yang mencari tambahan penghasilan di luar
bidangnya.
Fenomena di
atas membuat kurangnya motivasi mengajar dengan baik bagi seorang guru, alhasil
tidak akan memuaskan khalayak. Bagi guru yang memiliki motivasi kerja yang
kurang baik, sudah barang tentu guru sering malas bekerja dan sering bolos.
2)
Kesejahteraan/Ekonomi
Semangat guru
dalam mengajar akan menurun manakala tingkat kesejahteraannya belum tercukupi.
Fenomena yang
terjadi seka-rang ini adalah gaji seorang guru yang diperolehnya setiap bulan
dirasakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi biaya hidup di kota
besar, betapa berat mengatur biaya hidup sehari-hari.
Demi menutupi
kekurangan tersebut, khususnya guru sekolah dasar terpaksa mencari tambahan
penghasilan di luar pekerjaannya sebagai guru, selama tidak meng-ganggu tugas
utamanya mengajar. Sesuai Pasal 35 PP 38/1992.akan tetapi hal tersebut
berdampak kurang baik terhadap proses belajar mengajar.
Jika kesejahteraan
guru khususnya guru sekolah dasar terjamin, sudah barang tentu guru akan lebih
termotivasi tanpa diganggu oleh pikiran soal dapur. Perhatian guru hanya
berpikir bagaimana cara meningkatkan motivasi siswa dan bagaimana cara mendidik
siswa agar menjadi orang yang berguna di kemudian hari.
3)
Kemampuan Mengajar
Dalam rangka
meningkatkan kualitas siswa sekolah, maka sekarang ini guru tidak lagi bekerja
borongan. Tetapi dikenal dengan istilah guru bidang studi yang berarti setiap
guru memegang satu mata pelajaran/bidang studi. Walaupun pada kenyataannya
masih banyak guru sekolah dasar sebagai guru borongan, artinya semua mata
pelajaran ia yang memegang dan menyampaikannya.
Kemudian
kenyataan di lapangan juga ternyata masih banyak guru sekolah dasar yang tidak
mempunyai latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya,
sehingga kemampuan mengajarnya kurang memuaskan serta proses pembelajaran
terkesan asal-asalan. Jadi jelas motivasi untuk mengajarnya itu tidak ada
(tidak bersemangat).
4)
Keharmonisan antara Guru, Siswa,
dan Kepala Sekolah
Untuk memperoleh
hasil yang memuaskan dari proses pembe-lajaran, maka yang terlibat dalam proses
pembelajaran itu (guru dan siswa) harus ulet, gigih, berdaya saing tinggi,
bersufat mandiri, berani menghadapi realita hidup, rajin dan bekerja keras.
Semua itu akan
berhasil dengan baik, apabila keharmonisan antara guru, siswa, dan kepala
sekolah berjalan dengan baik. Apabila keharmonisan sesama guru terbina, maka
akan terbina suasana nyaman, maka akan terjalin kerjasama yang baik.
Sehingga akan
menumbuhkan semangat kerja, yang pada akhirnya akan mendongkrak semangat guru
untuk meningkatkan daya pikir dan bagaimana cara meningkatkan prestasi anak
didiknya.
Keharmonisan
antara guru dan kepala sekolah memang harus terbina, karena di samping akan
berdampak baik terhadap anak didik juga akan meningkatkan citra baik sekolah,
khususnya di mata masyarakat.
5)
Penghargaan
Adalah wajar
dan manusiawi apabila manusia akan sangat senang apabila mendapat pujian atau
mendapat penghargaan, guru juga ingin mendapatkan pujian atau penghargaan
tentunya mempunyai alasan yang jelas. Rasanya mustahil seorang guru
menginginkan suatu penghargaan atau sekedar pujian tanpa prestasi atau hasil
jerih payah yang dapat dibuktikan dengan kerja nyata yang ada.
Maka bagi
pegawai di instansi manapun, begitu pula dengan guru, penghargaan atas prestasi
kerjanya merupakan motivasi atau dorongan yang datang dari luar. Akan tetapi
hal tersebut kurang mendapat perhatian dari pihak terkait.Maka sangatlah wajar
apabila semangat guru dalam mengajar kadang melemah.
6)
Bangunan (fisik)
Salah satu
faktor pendukung proses belajar mengajar adalah bangunan sekolah dengan segala
kebutuhannya.
Proses belajar
mengajar akan dirasakan tenang dan nyaman, apabila sarana dan prasarana yang
tersedia sangat menunjang. Hal tersebut akan sangat mendorong semangat belajar
mengajar. Sebaliknya apabila sarana dan prasarana kurang menunjang terlebih
bangunan yangsudah tidak layak pakai. Tentunya akan berdampak dalam proses
belajar mengajar, kurang termotivasi dan pada akhirnya akan merugikan berbagai
pihak terutama anak didik itu sendiri.
Maka sarana
pendukung khususnya bangunan sangat penting untuk kelancaran proses belajar
mengajar. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara keinginan mencapai suatu
prestasi dengan sarana yang ada.
C. Simpulan
Dari uraian diatas Penulis dapat menyimpulkan
bahwa banyak Faktor yang mempengaruhi semangat guru dalam kegiatan belajar
mengajar di sekola, apabila impulsnya positif, maka hasilnya pun positif. Begitu
pun sebaliknya.
Sumber Daya
Manusia (guru itu sendiri) sangat berpengaruh terhadap motivasi proses belajar
mengajar. Peserta didik akan berprestasi apabila Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tersedia cukup baik, sebaliknya SDM kurang tepat guna akan berpengaruh
kurangnya kualitas anak didik.
Juga sangat manusiawi apabila guru juga
ingin mendapatkan pujian atau penghargaan atas prestasi dalam mengajar. Juga
perlunya motivasi atau dorongan dari berbagai pihak, karena akan berpengaruh
terhadap proses pembelajaran.
Kebijakan
untuk memberikan penghargaan dan konpensasi yang sesuai akan menjadi pendorong
dan semangat bagi guru dalam melaksanakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Al-Naquib Al-Atlas. 1988. Konsep
Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan.
Redja Mudyaharjo, 1995. Dasar-dasar Kependidikan. Modul 1-6 UT.
Jakarta.
Rusyan, Tabrani. 2000. Upaya
Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar. Cianjur: CV. Dinamika Karya
Cipta.
Sanjaya, Wina.2005.Pembelajaran
dalam Implementasi Kuriku-lum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sudjana, Nana, Drs. 2003. Tuntuna Penyusunan Karya Ilmiah Makalah,
Skripsi, Tesis, Desertasi. Bandung: Sinar Baru.
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.