Oleh
Yani Nuraeni
Abstrak
This study is
based on the premise that the motivation to teach teachers have a heavy
reliance on their understanding of teaching As for the hypothesis of the higher
(positive) teachers' understanding of the curriculum will be higher the
motivation of their teaching. Conversely, the lower the teachers' understanding
of the curriculum will be the less motivation they teach. The method used in
this research is descriptive method, because this method is appropriate to
explore, uncover and analyze problems that occur in the present. The sample is
a sample population that as many as 40 elementary school teachers in the
cluster Hanjawar Cibeber District of Cianjur Regency. While data collection
techniques are observation, interview, documentation, questionnaires and tests
were distributed to 40 elementary school teachers in the cluster Hanjawar
Cibeber District of Cianjur Regency as respondents. The study's findings are
that the reality of elementary school teachers understanding of the curriculum
categorized enough. This is evidenced by the average value of their answers to
15 test items are filed, reaching the value of 3.5. The figure is in the
interval value of 2.6 to 3.5. Reality their motivation to teach high category.
This is evidenced by the average value of their answers to the questionnaire
submitted 15 items, reaching the value of 3.9. The figure is in the interval
value 3,6- 4,5. The reality of the relationship between the understanding of
elementary school teachers to teach motivation shown by a correlation
coefficient of 0.46 that has meaning correlation figure, because it is in the
area interval 0,40- 0,70. Then the results of hypothesis testing showed the
price of z count of 2.16 is greater than the z table by 1.69. Means that the
hypothesis (Ho), which states there is no relationship between the two
variables declined, while the degree of relation by 12%. This means there is a
88% other factors associated with motivation factors besides teaching
elementary school teacher elementary school teacher understanding of the
curriculum.
Keywords:
Understanding teachers, curriculum, teaching motivation
Abstrak
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa motivasi
mengajar guru memiliki ketergantungan terhadap pemahaman mereka dalam mengajar Adapun hipotesisnya semakin
tinggi (positif) pemahaman guru terhadap kurikulum akan semakin tinggi pula motivasi mengajar
mereka. Sebaliknya, semakin rendah pemahaman guru terhadap kurikulum akan semakin rendah pula motivasi mengajar
mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
karena metode ini tepat untuk menggali, mengungkap dan menganalisis masalah
yang terjadi pada masa sekarang. Sampel dalam penelitian adalah sampel populasi
yakni sebanyak 40 Guru SD
di Gugus Hanjawar Kecamatan Cibeber
Kabupaten Cianjur. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan tes yang disebarkan kepada 40
Guru SD di Gugus Hanjawar Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur sebagai
responden. Temuan penelitian yaitu bahwa realitas pemahaman Guru SD terhadap
kurikulum berkategori cukup. Hal
ini ditunjukan oleh nilai rata-rata jawaban mereka terhadap 15 item tes yang diajukan,
mencapai nilai 3,5. Angka tersebut berada pada interval nilai 2,6 – 3,5.
Realitas motivasi mengajar mereka berkategori tinggi. Hal ini ditunjukan oleh
nilai rata-rata jawaban mereka terhadap 15 item angket yang diajukan, mencapai
nilai 3,9. Angka tersebut berada pada interval nilai 3,6- 4,5. Realitas
hubungan antara pemahaman Guru SD
dengan motivasi mengajar ditunjukan oleh harga koefisien korelasi sebesar 0,46
Angka tersebut mempunyai arti korelasi, karena berada dalam daerah interval 0,40– 0,70. Kemudian
hasil uji hipotesis menunjukan harga z hitung sebesar 2,16 lebih
besar dari pada z tabel sebesar 1,69. Berarti hipotesis (Ho) yang
menyatakan tidak ada hubungan antara kedua variabel ditolak, sedangkan derajat hubunganya
sebesar 12 %. Hal ini berarti terdapat 88% faktor lain yang berhubungan
dengan motivasi mengajar Guru SD selain faktor pemahaman Guru SD
terhadap kurikulum.
Kata Kunci : Pemahaman guru, kurikulum, motivasi mengajar
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dengan harapan
supaya menjadi manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UUSPN No. 20
tahun 2003 yaitu:
“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”
Secara umum, proses pendidikan di Indonesia dapat
dilaksanakan tiga jalur, yaitu pendidikan formal, jalur pendidikan nonformal,
dan jalur pendidikan informal. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan
diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. (UUSPN
No. 20 tahun 2003).
Jenis pendidikan luar sekolah, menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, mencakup pendidikan umum,
pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan kejuruan (Djudju Sudjana, 2006:4-5).
Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. Pertama, pendidikan
formal di sekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya
berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kedua, pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan
yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Ketiga, karena memiliki
rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah
dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan lebih disadari.
Komponen-komponen dasar pendidikan
diantaranya terdiri dari pendidik, peserta didik, lingkungan, isi, poses,
evaluasi pendidikan dan kurikulum (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004:2-3).
Kurikulum akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun keberhasilan dalam memperoleh tujuan
pendidikan bergantung pada pelaksana kurikulum yaitu guru. Karena bagaimanapun
bagusnya suatu kurikulum hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004:194).
Guru di dalam kelas akan mengajar secara optimal manakala
mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mengajar. Menurut Uzer Usman
(1995:28) yang dimaksud motivasi adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pemahaman (comprehension). Menurut Sardiman A.M (2006:42-43)
adalah memahami sesuatu dengan pikiran, karena itu belajar harus mengerti
secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasinya serta
aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan individu memahami suatu situasi.
Pemahaman ini sangat penting dalam proses belajar mengajar,
sebab tanpa memahami materi yang dipelajari atau yang diajarkan, seseorang
tidak akan mampu menginterprestasikan pemaha-mannya, baik dalam kata-kata
maupun dalam perbuatan.
Demikian pula halnya dengan motivasi mengajar Guru SD akan
dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap Kurikulum sebagai petunjuk proses
pengajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, jika pemahaman Guru SD
positif terhadap Kurikulum maka akan memunculkan motivasi mengajar. Dan
sebaliknya jika pemahamannya negatif maka akan mengurangi motivasi mengajar
mereka.
Namun, pada kenyataannya masih ada guru yang kurang
termotivasi dalam mengajarnya, terbukti dengan kedisiplinan mereka dalam segi
kehadiran, ketepatan waktu masuk kelas, materi yang disampaikan kurang
dimengerti serta metode yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.
Dari kenyataan tersebut, penulis menyimpulkan adanya
fenomena yang menarik untuk diteliti, yaitu di satu sisi guru memiliki
pemahaman positif terhadap kurikulum di sisi lain kurangnya motivasi guru untuk
mengajar.
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
a.
Pemahaman
Pengertian
pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel
dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa Pemahaman yaitu kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Sementara
Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa: Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi.
Menurut
Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan : Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya
mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan
dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal
lain. .
Menurut
Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu:
a)
Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain.
Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik
untuk mempermudah orang mempelajarinya.
b)
Menginterpretasi (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini
adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.
c)
Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan,
tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih
tinggi.
B.
Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat/ sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.
sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang
terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan.
b.
Fungsi
Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu
berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di ruma. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
c.
Komponen
Kurikulum
Ada 4 unsur komponen kurikulum yaitu: tujuan,
isi (bahan pelajaran), strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan
penilaian (evaluasi).
C. Langkah-langkah
Penelitian
Langkah- langkah
yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Menurut M. Subana (2000:20-21)
bahwa data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (angka), sedangkan data
kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, tidak dapat diolah dengan
statistik. Data kualitatif disini adalah data tentang gambaran umum lokasi
penelitian, mulai dari keadaan, sarana, dan prasarana sekolah, fasilitas
belajar yang dimiliki dan
proses belajar mengajar di sekolah, sedangkan data kuantitatif ialah data hasil
pengukuran, persentase, rata-rata atau perhitungan lainnya.
Dilihat dari data yang diangkatnya, sealur dengan
permasalahan yang dihadapi, maka data kuantitatif disini akan diarahkan pada
hubungan pemahaman guru atas Kurikulum
terhadap motivasi mengajar mereka, diangkat melalui teknik angket yang
disebarkan kepada sejumlah responden yang telah ditetapkan sebagai sampel.
2.
Menentukan
Sumber Data
a.
Lokasi
Penelitian
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Gugus
Hanjawar Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
b.
Menentukan
Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Guru
SD se Gugus Hanjawar Kecamatan Cibeber.
Tujuan penetapan sampel adalah untuk memperoleh keterangan
mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian populasi,
sedangkan dalam menentukan jumlah sampel penulis berpedoman pada pendapat
Suharsimi Arikunto (2002:120-121) bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua sehingga penelitian ini berjumlah 40 orang Guru SD.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan
Kecamatan Cibeber bahwa terdapat 40 orang Guru SD di gugus Hanjawar tersebut.
Karena jumlah populasinya kurang dari 100, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi.
3.
Menentukan
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu
metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau
menggambarkan apa yang terjadi pada situasi sekarang. Alasan penulis
menggunakan metode ini, karena dipandang tepat mengingat masalah yang diteliti
merupakan masalah yang sedang dihadapi atau sedang berlangsung pada situasi
sekarang.
b.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, penulis akan menggunakan beberapa teknik antara lain sebagai berikut;
1)
Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (S.Margono, 2004:158). Pengamatan
disini berarti pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek
penelitian.
2)
Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara si pemerika dan orang
yang diperiksa (Ahmad Fauzi, 1999:35). Alasan penulis menggunakan teknik ini
mengingat: (a) Teknik ini dapat dilakukan secara langsung kepada guru yang
bersangkutan sehingga informasi dapat diperoleh dengan jelas, (b) Teknik ini
dapat melengkapi data yang dihasilkan dari teknik obsrevasi, yakni keberadan
sarana lokasi penelitian.
3)
Angket
Angket atau kuesioner adalah suatu alat untuk pengumpul
informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis (S.Margono, 2004: 167).
4)
Studi
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
informasi dalam bidang ilmu pengetahuan yang dikumpulkan, dipilih, diolah dan
akhirnya disimpan sebagai bukti keterangan (Mas’ud Khasan Abdul
Qadir,1998:100).
Studi dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat sesuai dengan
data-data yang ada di sekolah tersebut, selain itu studi dokumentasi pun
digunakan apabila data yang disodorkan dari sekolah berupa dokumen-dokumen.
5)
Studi
Kepustakaan
Untuk menjunjung dan memper-kuat hasil penelitian,
dipergunakan buku-buku dan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan hasil yang
diteliti. Studi kepustakaan yang dimaksud disini adalah mendayagunakan
informasi yang terdapat dalam pelbagai leteratur untuk menggali konsep dasar
yang ditemukan para ahli untuk membantu memecahkan masalah dalam penelitian
ini.
6)
Tes
Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Suharsimi Arikunto, 1998:139) yang diberikan kepada guru. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman Guru SD terhadap . Jika benar
jawabannya diberi nilai lima sedangkan salah maka diberi nilai nol (kosong)
7)
Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya pengolahan data.
Bagi data yang bersifat kuantitatif diolah dengan statistik, sedangkan data
kualitatif diolah dengan pendekatan logika, yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a)
Mereduksi data,
yaitu memilih dan memilah data yang sudah dimasukkan dalam satuan dengan jalan
membaca satuan yang sama.
b)
Koding, yaitu
memberi nama atau judul pada satuan yang telah mewakili entri pertama dari
kategorisasi.
c)
Menelaah
kembali seluruh kategorisasi.
d)
Melengkapi
data-data yang terkumpul, kemudian ditelaah dan dianalisis.
D.
Realitas Pemahaman Guru SD terhadap Kurikulum
Untuk mengetahui data mengenai pemahaman Guru SD terhadap
Kuriku-lum, penulis melaksanakan penelitian langsung terhadap lokasi
penelitian.
Sebagai pelengkap untuk mem-buktikan data mengenai fenomena
tersebut, penulis menyebarkan sejumlah tes. Tes yang disebarkan itu memperma-salahkan
indikator-indiaktor motivasi mengajar mereka yaitu : 1) makna, 2) aspek
filosofis, 3) maksud, 4) implikasi, 5) aplikasi, 6) situasi, 7) fakta, dan 8)
menafsirkan. Untuk mengetahui variasi skor yang diperoleh, berdasarkan skala
penilaian sebagai berikut :
Rata-rata
antara 0,5 – 1,5 berarti sangat rendah
Rata-rata
antara 1,6 – 2,5 berarti rendah
Rata-rata
antara 2,6 – 3,5 berarti cukup
Rata-rata
antara 3,6– 4,5 berarti tinggi
Rata-rata
antara 4,6 – 5,5 berarti sangat tinggi
Pada 15 item pertanyaan yang diajukan kepada responden
tersebut hasilnya termasuk
kualifikasi rendah Karena variabel Pemahaman Guru SD terhadap Kurkulum berasal dari populasi
berdistribusi
tidak normal.
E. Realitas
Motivasi Guru SD dalam Mengajar
Untuk mengetahui data mengenai motivasi mengajar mereka,
penulis melaksanakan penelitian langsung terhadap lokasi penelitian.
Sebagai pelengkap untuk membuktikan data mengenai fenomena
tersebut, penulis menyebarkan sejumlah angket. Angket yang disebarkan itu
mempermasalahkan indikator-indiaktor motivasi mengajar mereka yaitu: 1) lebih
senang bekerja mandiri, 2) tabah menghadapi rintangan, 3) durasi kegiatan, 4)
frekuensi kegiatan, 5) devosi (Pengorbanan), 6) tingkat aspirasi, dan 7) Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan. Untuk mengetahui variasi skor yang diperoleh,
berdasarkan skala penilaian sebagai berikut :
Rata-rata
antara 0,5 – 1,5 berarti sangat rendah
Rata-rata
antara 1,6 – 2,5 berarti rendah
Rata-rata
antara 2,6 – 3,5 berarti cukup
Rata-rata
antara 3,6– 4,5 berarti tinggi
Rata-rata
antara 4,6 – 5,5 berarti sangat tinggi
Pada 15 item pertanyaan yang diajukan kepada responden
tersebut hasilnya variabel
Motivasi Mengajar berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
F. Hubungan
antara Pemahaman Guru SD terhadap (Kurikulum)
dengan Motivasi Mengajar
Setelah diketahui
masing-masing variabel penelitian secara terpisah, proses selanjutnya adalah
mengukur hubungan antara pemahaman Guru SD terhadap
Kurikulum dengan motivasi mengajar
. Data dianalisis
untuk Variabel X dan Variabel Y diperoleh dari penyebaran tes dan angket.
Uji normalitas
terhadap kedua variabel yang diteliti, ternyata keduanya berdistribusi tidak
normal, maka analisis korelasinya menggunakan statistik non parametrik yang
lazim dikenal dengan rumus rank spearman. Adapun langkah yang ditempuh dengan
menggunakan rumus tersebut adalah langsung menghitung harga koefisien korelasi
tanpa harus menganalisis linieritas regresinya.
1. Analisis
Korelasi
Analisis korelasi
ini dimaksudkan untuk mengukur derajat hubungan Pemahaman Guru SD terhadap
Kurikulum dengan motivasi mengajar . Untuk menghitung koefisien korelasi kedua variabel, penulis
menggunakan rumus rank Spearman, karena kedua variabel berdistribusi tidak
normal.
Dari perhitungan
koefisien korelasi tersebut diperoleh angka 0,21 angka korelasi ini ternyata
signifikan pada taraf signifikansi 5% yang diajukan oleh nilai z hitung sebesar
1,98 yang lebih besar dari z tabel sebesar 1,69. Hal ini berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara Variabel X dan Variabel Y, ini juga menunjukkan bahwa
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Angka koefisien
korelasi 0,21 termasuk kategori korelasi rendah. Karena berada pada angka
interval 0,20 – 0,40 dilihat dari arahnya koefisien korelasinya positif, maka
dapat diinterpretasikan semakin baik pemahaman Guru SD terhadap Kurikuum semakin baik pula motivasi mengajar
mereka..
2. Penelitian
Besarnya Hubungan
Sementara itu
derajat pengaruh variabel X terhadap variabel Y diketahui 3% ini berarti
Pemahaman Guru SD terhadap Kurikulum
dengan motivasi mengajar mereka.masih terdapat sekitar 97 % lagi faktor
lain yang dapat mempengaruhi perilaku siswa sehari-hari yang perlu diteliti
lebih lanjut.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tdi atas, dapat
ditarik sebuah simpulan dari penelitian sebagai berikut:
1.
Realitas
pemahaman Guru SD terhadap Kurikulum berkategori cukup. Hal ini didasarkan pada
hasil pengisian tes oleh 40 responden yang menunjukkan nilai rata-rata sebesar
3,5. Dalam skala penilaian angka tersebut berada pada interval 2,6-3,5 termasuk
kategori cukup.
2.
Realitas
motivasi mengajar mereka berkategori tinggi. Hal ini di dasarkan atas hasil
pengisian tes oleh 40 responden yang menunjukan nilai rata-rata sebesar 3,9.
Dalam skala penilaian angka tersebut berada pada interval 3,6-4,5 termasuk
kategori tinggi.
3.
Hubungan antara
pemahaman Guru SD terhadap Kurikulum dengan
motivasi mengajar Hal ini dapat dilihat
dari besarnya koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y sebesar
0,21. Angka tersebut mempunyai arti korelasi rendah karena berada dalam daerah
interval 0,20-0,40. Sedangkan derajat pengaruhnya sebesar 3 %. Hal ini berarti
sebesar ada 97 % faktor lain yang mempengaruhi motivasi mengajar mereka selain
faktor pemahaman Guru SD terhadap Kurikulum .
Referensi:
Abin Syamsudin M. 1995 Psikologi Pendidikan,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Ahmad
Fauzi. 1999 Psikologi Umum, Bandung, CV. Pustaka Sejati.
Anas
Sudijono.1999 Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta, Raja Grafindo.
Depdikbud.1999
Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka.
Djudju
Sudjana. 2006 Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Pendidikan
Nonformal dan Pengembangan SDM. Bandung, PT. Rosdakarya.
E
Mulyasa. 2006 Kurikulum. Bandung,
PT. Rosdakarya.
Hasan
Gaos. 1983 Dasar-dasar Statistik Pendidikan, Bandung,
IAIN SGD.
Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru
Profesional, Bandung,PT. Rosdakarya.
M Subana. 2000 Statistik Pendidikan, CV.
Bandung, Pustaka Setia.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Nana Sudjana. 1998. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo.
Nana Syaodih. 2004 Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
S. Margono. 2004 Metodologi Penelitian
Pendidikan, Bandung, PT. Rineka Cipta.
S. Nasution 1989 Kurikulum
dan Pengajaran, Jakarta, Bina Aksara.
Sardiman AM. 2006 Interaksi & Motivasi Mengajar,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana.
2002. Metode Statistika, Bandung, Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, , Yogyakarta, Rineka Cipta.
Akadum.
1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni
2001). Hlm. 1-2.
Arifin,
I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam
Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah
Malang, 25-26 Juli 2001.
Dahrin,
D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi Pendidikan. Komunitas,
Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Degeng,
N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan
Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
Galbreath,
J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Anda komentari tulisan-tulisan ini!
Komentar yang masuk dapat dijadikan pertimbangan untuk menampilkan tulisan-tulisan selanjutnya.
Terima kasih.