oleh :
Reni
Hermayati
ABSTRACT
In managing a
quality school is needed to implement the right strategy in the school program.
Principal as leaders and managers can use the ICOM. cultured in managing
schools. ICOM strategy is a strategy Interpersonal Communica-tion. Interpersonal
Communication is a good interpersonal communication skills and effective, it is
so required by the Principal in order to run the program and all its activities
smoothly and achieve the expected goals especially Cultural Management School
program. School culture can create a more comfortable atmosphere, boost
performance, foster a competitive spirit and other spirits that have an impact
on the educational process in the school culture sekolah.Manajemen implemented
through habituation program for the creation of Learning PAIKEM which aims to
improve student achievement.
Keywords: ICOM Strategy,
Management, Culture School
ABSTRAK
Dalam mengelola Sekolah yang bermutu sangat
dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengimplementasikan program sekolah.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin dan manajer dapat menggunakan ICOM. dalam mengelola sekolah yang berbudaya. Strategi ICOM yaitu strategi Interpersonal
Communication. Interpersonal
Communication merupakan Kemampuan
berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif , hal tersebut sangat
diperlukan oleh Kepala Sekolah agar dapat menjalankan program dan semua
aktivitasnya dengan lancar dan tercapainya tujuan yang diharapkan terutama
program Manajemen Budaya Sekolah. Budaya Sekolah dapat
menciptakan suasana yang lebih nyaman, memacu prestasi, menumbuhkan jiwa
kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap proses pendidikan
di sekolah.Manajemen
Budaya Sekolah dilaksanakan melalui program Pembiasaan agar terciptanya
Pembelajaran PAIKEM yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa.
Kata Kunci : Strategi
ICOM, Manajemen, Budaya Sekolah
PENDAHULUAN
Keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan tidak hanya didukung oleh lengkapnya sarana dan prasarana, guru yang
berkualitas ataupun input siswa yang baik, tetapi budaya sekolah pun sangat
berperan terhadap peningkatan keefektifan sekolah. Menurut Mayer dan Rowen
dalam Jamaluddin (2008:24) budaya sekolah merupakan jiwa (spirit) sebuah
sekolah yang memberikan makna terhadap kegiatan kependidikan sekolah tersebut,
jika budaya sekolah lemah, maka ia tidak kondusif bagi pembentukan sekolah
efektif. Sebaliknya budaya sekolah kuat maka akan menjadi fasilitator bagi
peningkatan sekolah efektif.
Menurut Bears,et.al (2002:172) setiap
lembaga pendidikan, sebagaimana setiap individu dalam sebuah lembaga pendidikan
berbeda antara satu sama lain. Seperti layaknya manusia,
sebuah sekolah memiliki getaran dan jiwa sendiri. Masing-masing mengespresikan
rasa sendiri yang penting berbeda satu sama lainnya. Getaran tersebut berasal
dari lingkungan sekolah yang gilirannya menciptakan budaya sebuah lembaga
pendidikan.
Sekolah sebagai sebuah organisasi memiliki nilai dan adab
yang selanjutnya menjadi budaya sekolah, budaya sekolah tercipta sebagai hasil
akulturasi nilai dari proses sosialisasi personil sekolah dengan sesama
perangkat lainnya, personil sekolah dengan masyarakat, serta proses asimilasi
dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Budaya sekolah tersebut
selanjutnya akan menciptakan suasana sekolah yang berlainan dibandingkan dengan
sekolah lainnya. Suasana yang tercipta bisa lebih nyaman, memacu prestasi, menumbuhkan
jiwa kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap proses
pendidikan di sekolah.
Mengingat budaya itu dapat diciptakan dan dikembangkan
maka sudah selayaknya apabila budaya yang selama ini dirasakan memiliki
kekurangan dilakukan perubahan atau mungkin diciptakan budaya baru agar kondisi
sekolah menjadi lebih baik. Penciptaan budaya baru harus dilakukan secara
cermat dan melalui kajian yang mendalam, perubahan yang terjadi tidak bersifat
instan melainkan berproses dari tahapan yang sederhana hingga fundamen-tal. Perubahan budaya baru harus memiliki implikasi
positif dan mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi di masa depan,
sehingga organisasi seko-lah akan lebih siap
menghadapi tantangan yang akan datang di masa depan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Strategi ICOM
Salah satu Strategi yang dapat digunakan dalam mengelola
sekolah yang berbudaya adalah dengan menggunakan strategi ICOM yaitu strategy Interpersonal Communication, Interperso-nal Communication
merupakan Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif , hal tersebut sangat
diperlukan oleh Kepala Sekolah agar dapat menjalankan program dan semua
aktivitasnya dengan lancar dan tercapainya tujuan yang diharapkan.
Memaknai pengertian
komunikasi, secara spesipik dikemukakan oleh Emerson Reck (1993: 25) dalam
Manajemen Pendidikan bahwa :
Public relation is the continued process of keying
policies, service and action to the best interest ot those individual and group
whose confidence and goodwill and individual or institution covets, and
secondly, it is the interpretation of these policies, services and action
toassure complete understanding and appreciation.
Public Relation dimaknai sebagai
sebuah proses penetapan kebijakan, pelayanan serta tindakan-tindakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan
orang banyak agar orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki
kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Logikanya jika lembaga tersebut tidak melakukan kegiatan dalam hal ini
komunikasi inter personal maka akan kesulitan bagi masyarakat untuk mengenal
lembaga tersebut.
Kemampuan berkomunikasi
interper-sonal yang baik dan
efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua
aktivitasnya dengan lancar. Terutama
ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam
lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah
berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya
merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communi-cation
skill. Ada 5 kemampuan yang harus
dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam Interpersonal Communication, yaitu sebagai berikut:
1)
Confidence (percaya diri)
maksudnya adalah para pelaku komunikasi interpersonal harus memilki rasa
percaya diri secara sosial (social confidence).
2)
Immediacy merujuk pada
situasi adanya perasaan kebersamaan antara pembicara dan pendengar (oneness). Immediacy ditunjukan
dengan sikap memperhatikan, menyenangi, dan tertarik pada lawan bicara
3)
Interaction management
maksudnya adalah kemampuan untuk mengontrol interaksi demi memuaskan kedua
belah pihak pelaku komunikasi.
4)
Expressiveness maksudnya
adalah kemampuan untuk secara sungguh sungguh
terlibat dalam proses komunikasi.
5)
Other orientation
maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain selama proses
komunikasi interpersonal berlangsung.
Butir-butir tersebut di atas menjelas-kan kemampuan yang harus dimiliki
agar suatu proses komunikasi interpersonal efektif dan Program yang sudah
dibuat dapat terlaksana dan tercapai tujuannya.
B. Manajemen
Budaya Sekolah
1.
Pengertian Manajemen
Menurut Stoner, manajemen adalah proses
dalam membuat perencanaan,
pengorganisasian, mengendalikan dan memimpin berbagai usaha dari anggota
organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran. Sedangkan Mary Parker Follet berpendapat bahwa manajemen adalah sebuah seni (management is an art).
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan melalui orang lain. Selanjutnya George R. Terry Mengemukakan bahwa Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni. Manajemen
merupakan suatu wadah dalam ilmu pengetahuan, sehingga dapat dibuktikan
kebenarannya secara umum.
Di lain
pihak Manajemen menurut Koontz ialah seni yang paling
produktif selalu didasarkan pada pemahaman akan ilmu yang mendasarinya. Oleh
karena itu, seni dan ilmu bukannya saling berten-tangan satu sama lain, akan
tetapi saling melengkapi.
Selain itu, Wilson Bangun mengemukakan
bahwa manaje-men ialah rangkaian aktivitas-aktivitas yang
dikerja-kan oleh anggota-anggota organisasi untuk mencapai tujuannya. Proses
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis.
Berdasarkan penjelasan
pengertian manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Manajemen adalah
suatu seni, ilmu dan proses dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, pengorganisasian, seperti
perencanaan, penyusunan personalia dan pengawasan dengan
memanfaatkan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.
Pengerti Budaya Sekolah
Secara etimologis
kata “budaya” berasal dari bahasa Sankskerta ”buddhayah”,
merupakan bentuk jamak dari buddi
yang berarti ”budi” atau ”akal” dan dalam bahasa Latin colere yang berarti “mengolah atau mengerjakan”, yang diartikan
sebagai keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere kemudian
berkembang menjadi culture dan diartikan sebagai
“segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Sedangkan Ki Hajar Dewantoro (1967) mengemukakan konsep
budaya sebagai ”buah budi” manusia baik yang bersifat lahir maupun batin,
selalu mengandung sifat-sifat ”keluhuran” dan kehalusan/keindahan, ethis dan esthetis, yang ada pada hidup manusia pada umumnya. Lebih lanjut
Parson (dalam Hindaryatiningsih, 2013) menyebutkan bahwa budaya terdiri dari
pola-pola yang berhubungan dengan perilaku, hasil tindakan manusia yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan terlepas dari
faktor-faktor genetik secara biologis. Tinjauan lain menyatakan bahwa budaya
atau culture memiliki arti penanaman
jiwa atau pikiran (Wikipedia, 2012).
Secara definitif, budaya merupakan (1) sekumpulan norma (ukuran)
yang diterima oleh anggota organisasi, dipahami, dan menjadi pedoman bagi
dirinya dalam bertindak; dan (2) dalam konteks lingkungan budaya dimaknai
sebagai suatu nilai-nilai (hal-hal yang mendasar/penting), moral (baik buruk
suatu perbuatan), kebiasaan, dan hukum dalam suatu organisasi (Robbins &
Decenzo, 2004). Jadi budaya merupakan suatu ide, gagasan, nilai-nilai,
peraturan-peraturan, norma-norma, cara berfikir, perilaku, sikap dan tindakan
yang dibenarkan dan diterima masyarakat yang dapat dipelajari dari tradisi atau
kebiasaan-kebiasaan dan perilaku masyarakat sebelumnya, serta diwariskan secara
turun temurun baik dalam wujud fisik/material ataupun non material.
Sedangkan pemahaman terhadap Budaya Sekolah dapat
dilakukan berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya. Budaya sekolah diartikan
sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma yang diterima bersama dan
dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh
lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh sivita sekolah
(Ditjen PMPTK, 2007).
Budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni
budaya positif dan negatif. Budaya yang positif dapat mengembangkan perilaku
positif dan kondusif, sebaliknya budaya negatif dapat
mengembangkan/mempengaruhi perilaku peserta didik yang negatif pula, maka
budaya positiflah yang harus dikembang-kan di sekolah.
Jika digabungkan antara budaya dan organisasi (sekolah) menjadi budaya
sekolah memiliki makna (1) Sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik,
dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter
atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Deal dan Peterson,
1999); (2) Sejumlah pemahaman penting,
seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota
organisasi (Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr., 1996:182); (3) Kepribadian organsasi (personality of an organization)
atau bagaimana sesuatu bekerja di sekitar organisasi, pedoman pegawai untuk
berpikir, bertindak, dan merasakan, terkandung nilai-nilai utama, kepercayaan,
etika, dan aturan perilaku dalam organisasi (Hansen, 2005); (4) Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau
falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen
sekolah termasuk stakeholders
pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau
kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah” (Depdiknas, 2007: 1).
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa
budaya organisasi (sekolah) merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh hati
dan pikiran sehingga dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku
(individu/kelompok) dalam satuan pendidikan pada khususnya dan lingkungan
sekolah pada umumnya. Namun demikian, budaya sekolah yang diharapkan dalam
konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma
yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai
perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang
sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah,
guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat.
3.
Implementasi Manajemen Budaya Sekolah
Manajemen budaya dan lingkungan
sekolah melalui beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan program, (2) sosialisasi
program, (3) pelaksanaan program, dan (4) evaluasi program.
a.
Perencanaan Program
Dalam perencanaan penyemaian budaya dan pengaturan
lingkungan sekolah perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau sasarannya.
Kemudian menyusun program dan menentukan strategi mencapai tujuan/target.
Profil budaya dan lingkungan sekolah yang diharapkan perlu dinyatakan dengan
tegas. Program yang dibuat digolongkan menjadi dua (2) besar, yaitu program
penataan lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan program pengembangan
lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.
b.
Sosialisasi Program
Sosialisasi program budaya dan lingkungan sekolah dapat
dilakukan melalui beberapa cara berikut.
1)
Sosialisasi program kepada pendidik. Ini dimaksudkan agar
budaya dan lingkungan sekolah diketahui oleh pendidik sebagai pedoman
berperilaku dan pemberian teladan kepada peserta didik. Guru adalah pelaku
utama pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Melalui
pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan guru, penyemaian budaya dan penciptaan
lingkungan yang kondusif di sekolah dapat terealisasi.
2)
Sosialisasi kepada peserta didik. Bertujuan menumbuhkan
kesadaran tentang pentingnya peran peserta didik dalam implementasi pembinaan
dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Dengan disosialisasikannya
program tersebut, maka peserta didik diharapkan lebih aktif dalam
mengimplementasikannya.
3)
Sosialisasi melalui pemasangan poster, baliho, dan
spanduk. Pemasangan dilakukan di tempat strategis.
4)
Sosialisasi melalui kampanye pentingnya pembinaan dan
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Kampanye dapat dilakukan melalui
berbagai media, antara lain televise, parade seni, pameran, zikir bersama,
isighosah, lomba-lomba, dan safari.
c.
Pelaksanaan Program
Langkah-langkah yang dilakukan sekolah kaitannya dengan
pelaksanaan program yaitu:
1)
Membentuk tim pengembang budaya dan lingkungan sekolah
yang terdiri atas kepala sekolah, guru, komite sekolah, wakil orang tua dan
wakil peserta didik;
2)
Menyusun deskripsi tugas tim;
3)
Tim yang dibentuk menyusun target kegiatan, menyusun
program kegiatan, menyusun strategi pelaksanaan program, memilih dan menyusun
alat dan strategi pengawasan.
4)
Melaksanakan program sesuai rambu-rambu yang telah
dirumuskan;
5)
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program secara
bertahap.
Untuk merealisasikan proram, tim pengembang menyusun
program jangka panjang, menengah dan pendek bagi pembinaan dan pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah. Program jangka panjang, menengah dan pendek berisi
jabaran tentang:
1)
Target jangka panjang;
2)
Kegiatan jangka panjang;
3)
Strategi pelaksanaan jangka panjang;
4)
Evaluasi program jangka panjang.d
d.
Evaluasi Program
Implementasi, pembinaan, pengemba-ngan budaya dan lingkungan sekolah dilakukan secara terus
menerus. Implementasinya dimonitor terus menerus untuk diketahui kendalanya dan
faktor pendukungnya. Ini digunakan sebagai upaya untuk lebih memantapkan imple-mentasinya.
Tujuan evaluasi implementasi budaya dan lingkungan
sekolah yaitu: (1) mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2)
mengetahui target yang sudah dan belum tercapai; (3) mengetahui faktor
penghambat ketercapaian target; (4) mengetahui upaya yang sudah dilakukan dalam
rangka mengatas kendala; (5) mengidentifikasi unsur rencana dan pelaksanaan
program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang
lebih optimal untuk saat yang akan datang.
2. Sasaran
Manajemen Budaya Sekolah
a. Bidang Akademik
Untuk mewujudkan budaya sekolah yang
berprestasi kebijakan dalam bidang akademik diorientasikan untuk mening-katkan
kualitas akademik, kepribadian dan kemampuan sosial, guna mencapai keunggulan
kompetitif,
b. Bidang Kesiswaan
Kebijakan dalam bidang
kesiswaan dan hubungan alumni berorientasi pada peningkatan kualitas dan
kuantitas kegiatan kesiswaan untuk mendukung program sekolah guna memperoleh
dan memperkaya kompetensi profesional, kepribadian dan sosial yang mantap,
menuju keunggulan kompetitif.
c. Bidang Sarana atau Fasilitas
Kebijakan ini
difokuskan pada modernisasi sekolah dan fasilitas berstandar dengan menempatkan
realisasi bantuan pemerintah dalam prioritas tinggi serta menggali dukungan
masyarakat dalam pengembangan sekolah.
SIMPULAN
Strategi ICOM sangat dibutuhkan untuk melaksanakan Program Budaya Sekolah agar
program dapat berjalan dengan baik dan berdampak terhadap prestai sekolah. Kemampuan
dalam Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communication) menjadi keharusan
bagi Kepala sekolah terkait dengan Kompetensi manajerial dan Kompetensi Sosial agar
memudahkan dalam sosialisasi program Budaya sekolah sehingga Program dapat
terlaksana sesuai dengan harapan.
Manajemen Budaya Sekolah dilaksa-nakan
melalui program Pembiasaan agar terciptanya Pembelajaran PAIKEM yang bertujuan
untuk meningkatkan prestasi siswa.
Referensi:
Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi.
Bandung : Alfabeta
Deal & Peterson. 1999. Menciptakan budaya
sekolah yang tetap eksis http://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2013
Kurnia, Adi. 2001. Membangun budaya sekolah.
Bandung : Rakatama Media.
Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen dan kepemimpinan
kepala sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahab, Abdul Aziz. 2011, Anatomi organisasi dan
kepemimpinan pendidikan (telaah terhadap organisai dan pengelolaan organsisasi
pendidikan). Bandung : Alfabeta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Wilson, Bangun. 2008. Intisari Manajemen.
Yang Menerbitkkan PT Refika Aditama: Bandung