MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
Oleh
Deviana
Abstract
Total Quality Management in the
context of philosophy of education is a methodology of continuous improvement,
which can provide a set of practical tools to every educational institution in
meeting the needs, desires, and expectations of customers, current and future.
Total Quality Management is a management system which held up as a quality
oriented business strategies on customer satisfaction by involving all members
of the organization. Total Quality Management is an approach of doing
business that tries to maximize the organization’s competitiveness through
continuous improvement of products, services, people, labor, processes, and the
environment. The goal of Total Quality Management is a responsibility or
obligation to achieve or pursue customer satisfaction. In other words, the
integrated quality is “people oriented” which begins and ends at the people.
Integrated quality of education is to make everyone promise to serve others by
any educational demands. Application of Total Quality Management is also a
freedom to think. Freedom of speech will create a climate of dialogue between
students with teachers, between students with the head of the Institute of
Islamic Education the teachers and leaders, in short is the freedom of speech
and openness among all people in the Institute of Islamic Education. Transfer
of knowledge is no longer one way communication, but a multiple way
communication. This is related to the academic culture.
ABSTRAK
Total Quality Management dalam
konteks filsafat pendidikan merupakan metodologi perbaikan terus menerus, yang
dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, terkini dan masa
depan. Total Quality Management adalah sistem manajemen yang merupakan strategi
bisnis yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi. Total Quality Management adalah sebuah pendekatan dalam
melakukan bisnis yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui
peningkatan produk, layanan, orang, tenaga kerja, proses, dan lingkungan secara
berkesinambungan. Tujuan Total Quality Management adalah tanggung jawab atau
kewajiban untuk mencapai atau mengejar kepuasan pelanggan. Dengan kata lain,
kualitas terpadu adalah "people oriented" yang dimulai dan berakhir
pada masyarakat. Kualitas pendidikan yang terintegrasi adalah membuat setiap
orang berjanji untuk melayani orang lain dengan tuntutan pendidikan. Penerapan
Total Quality Management juga merupakan kebebasan berfikir. Kebebasan berbicara
akan menciptakan iklim dialog antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
kepala Institut Pendidikan Islam para guru dan pemimpin, singkatnya adalah
kebebasan berbicara dan keterbukaan di antara semua orang di Institut
Pendidikan Islam. Pengalihan pengetahuan bukan lagi komunikasi satu arah, tapi
juga komunikasi multipel. Hal ini terkait dengan budaya akademik
Keyword: manajemen, total
quality management, pendidikan Islam.
A. Pendahuluan
Salah satu permasalahan pendidikan
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui
pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang
berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Secara fungsional, pendidikan pada
dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup
lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga
masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup
kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia (Umaedi,
2004: 1).
Namun saat ini dunia pendidikan kita
belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari
rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak sampai
tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi proyek.
Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika
kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan
kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik
industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya
yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui
pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat
dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.
Hal tersebut masing sangat
kontradiktif dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistim Pendidikan Nasional (sisdiknas) bab II pasal 3 disebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Dan pada bab III pasal 4 ayat 6 disebutkan bahwa prinsip
penyelenggaraan pendidikan adalah dengan memper-dayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
Akibat dari kontradiksi tersebut
menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan
bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan mobilitas sosial mereka secara
vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sekolah kurang
menjamin masa depan anak yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan di muka,
perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality
oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai
pembinaan keunggulan pribadi anak (Syafaruddin, 2002: 19).
Berbicara mengenai kualitas
sumberdaya manusia. Islam memandang bahwa pembinaan sumberdaya manusia tidak
dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian
Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai
pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk
diaplikasikan sepanjang zaman
Reformasi bidang politik di
Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada
kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua
paradigma baru yang otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 tahun
1999 tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah
satu yang diotomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis
kedaerahan lainnya seperti kehutanan, pertanian, koperasi dan pariwisata.
Otonomisasi sektor pendidikan kemudian didorong pada sekolah, agar kepala
sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam peningkatan kualitas
proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar (Dede Rosyada,
2005: 37). Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung
jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi
berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana prasarana, ketenagaan, maupun
berbagai program pembelajaran yang direncanakan sekolah untuk menghasilkan SDM
yang berkualitas.
Untuk menciptakan sebuah lembaga
pendidikan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau
masyarakat bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan
tanggungjawab dari semua pihak termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha
sebagai customer internal dan eksternal dari sebuah lembaga pendidikan.Arcaro S Jerome menyampaikan bahwa terdapat lima
karakteristik sekolah yang bermutu yaitu: 1) Fokus pada pelanggan. 2)
Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan berkelanjutan. Mutu
produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola
seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik,
proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya
dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu
merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas
yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Suryadi Poerwanegara menyampai-kan ada
enam ungsur dasar yang mempengarui suatu produk : 1) Manusia 2) Metode 3) Mesin
4) Bahan 5) Ukuran 6) Evaluasi Berkelanjutan (Suryadi Prawirosentono, 2002: 12).
Untuk itu perlu mengantisipasi
keadaan ini dengan memperkuat kemampuan bersaing diberbagai bidang dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia. Sayangnya SDM kita saat ini memprihatinkan.
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan
pendidikan sangat signifikan. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional
untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan
diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan
SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan peningkatan mutu
bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh
sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien
mungkin. Salah satu bentuk manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia
industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah TQM (Total Quality Management)
pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Manage-ment in Education (TQME).
Total Quality Manajement merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan
lingkungannya (MN Nasution, 2000: 28).
Manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen
adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”
–pengelolaan–, sedangkan pelaksananya disebut dengan manager atau pengelola (George R. Terry dan Leslie
W. Rue, 2000: 1).
Manajemen juga merupakan ilmu
pengetahuan atau seni. Dikatakan sebagai seni adalah suatu pengetahuan
bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dengan kata lain seni merupakan
kecakapan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Pada awalnya istilah manajemen
cenderung ditempatkan pada dunia bisnis dan perusahaan. Mengingat pentingnya
peranan manajemen dalam usaha pengelolaan dunia pendidikan maka istilah
manajemen diadaptasikan dalam dunia pendidikan. Dengan kata lain pendidikan
memposisikan istilah menajemen dalam dunia pendidikan dan memunculkan istilah
yang disebut dengan manajemen pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumya, agar efektif dan efisien (Sulistyorini,
2009: 13).
Tak dapat disangkal lagi bahwa
manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan
merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia layaknya darah dan raga. Juga
telah dimengerti bahwa dengan manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya
berikut kelebihannya dan kekurangannya. Begitu juga dalam dimensi pendidikan
Islam manajemen telah menjadi sebuah istilah yang tak dapat dihindari demi
tercapainya suatu tujuan. Untuk mencapai tujuannya, maka pendidikan Islam mesti
dan harus memiliki manajemen yang baik dan terarah.
Adapun pengertian manajemen pendidikan
Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang
melibatkan sumber daya manusia muslim dan non muslim dalam menggerakkannya
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien (Sulistyorini,
2009: 14).
Berbeda berbeda redaksi dengan
Ramayulis, menurutnya manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan
semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya)
baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama
dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat (Ramayulis, 2008:
260).
Ramayulis menyatakan bahwa
pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalahal-tadbir (pengaturan)
(Ramayulis, 2008: 362). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam al-Qur’an
seperti firman Allah Swt:
يُدَبِّرُ
اْلأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ
كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Artinya: Dia mengatur urusan
dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang
kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al-Sajdah : 05) (Soenarjo R.A.H., dkk., 2001: 815).
Dari isi kandungan ayat di atas
dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan
alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini.
Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah
di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala
sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh dilakukan secara
asal-asalan (Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, 2003: 1). Mulai dari
urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan
terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan
yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang
hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
B. Manajemen Peningkatan Mutu
Pengertian mengenai mutu pendidikan
mengandung makna yang berlainan. Namun, perlu ada suatu pengertian yang
operasional sebagi suatu pedoman dalam pengelolaan pendidikan untuk sampai pada
pengertian mutu pendidikan, kita lihat terlebih dahulu pengertian mutu
pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau
derajad (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya) (W.J.S. Poerwadarminta, dkk.,
1999: 677).
Menurut Oemar Hamalik, Pengertian
mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif.
Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria)
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik, mutu pendidikan
merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar
ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk
mendidik, tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan
berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar (Oemar Hamalik, 1990: 33).
Korelasi mutu dengan pendidikan,
sebagaimana pengertian yang dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad, .Mutu pendidikan
adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional an efisien
tehadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/ standar yang berlaku (Dzaujak
Ahmad, 1996: 8).
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa bicara pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu
kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan
perubahan jaman. Oleh karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya
perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntunan kehidupan masyarakat.
Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini
merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah
berjalan di Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality
Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan dengan model yang
dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model
peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP
Yogyakarta.
Manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada
pendidikan di sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,
mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan
pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan
kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta
didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingkat MPM,
terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik
kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses
tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua
fihak: Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat
difahami bahwa Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip:
1.
Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2.
Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya
kepemimpinan yang baik
3.
Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik
bersifat kualitatif maupun kuantitatif
4.
Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua
unsur yang ada di sekolah
5.
Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat
memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan
6.
masyarakat.
C. Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Islam
Pendidikan sebenarnya memiliki
peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban Islam dan mencapai
kejayaan umat Islam. Dilihat dari objek formalnya, pendidikan menjadi sarana
kemampuan manusia untuk dibahas dan dikembangkan. Dalam pengalaman historis,
tidak ada satu negara manapun yang mampu mencapai kemajuan yang hakiki tanpa
didukung penyempurnaan pendidikan. Negara-negara Eropa yang terkenal sebagai
kawasan negara-negara yang maju itu sebenarnya sebagai akibat dari pembangunan
pendidikannya. Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan
bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan “Manusia” yang berkwalitas lahir batin. Otomatis
bangsa tersebut akan maju, damai dan tetram. Sebaliknya jika pendidikan suatu
bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang.
Berbicara mengenai kualitas
sumberdaya manusia. Islam memandang bahwa pembianaan sumberdaya manusia tidak
dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian
Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai
pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk
diaplikasikan sepanjang zaman.
Mutu produk pendidikan akan
dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara
optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran,
sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada
kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru
pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi
didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Globalisasi menuntut adanya
perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Untuk melakukan hal tersebut,
peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah atau
madrasah yang bermutu.
Lulusan bermutu marupakan SDM yang
kita harapkan bersumber dari sekolah atau madrasah yang bermutu (efektif).
Sudah siapkah sistem pendidikan kita untuk menetaskan mutu SDM yang mampu
berkompetisi secara profesional dengan bangsa lain? Sebelum kita melangkah
kesana dunia pendidikan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1.
Perbaikan manejemen pendidikan sekolah atau madrasah
2.
Persediaan tenaga kependidikan yang profesional
3.
Perubahan budaya sekolah/madrasah (visi, misi, tujuan dan
nilai)
4.
Peningkatan pembiayaan pendidikan
5.
pengoptimalan dukungan masyarakat terhadap pendidikan (Syafaruddin,
15-16).
Selain itu untuk menjawab berbagai
permasalahan yang ada di lingkungan pendidikan khususnya pendidikan Islam
terletak pada Manajemen Mutu Terpadu yang akan memberi solusi para professional
pendidikan untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Karena Manajemen
Mutu Terpadu dapat digunakan untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis
dan pemerintah. Manajemen Mutu Terpadu dapat membentuk masyarakat responsive
terhadap perubahan tuntutan masyarakat di era globalisasi ini. Manajemen Mutu
Terpadu juga dapat membentuk sekolah yang tanggap dan mampu merespon perubahan
yang terjadi dalam bidang pendidikan demi memberikan kepuasan pada stakeholder.
Abad ke-21 merupakan momentum yang
penuh tantangan bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kita perlu
mencari model baru manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan
sekolah/madrasah. Tak ada salahnya jika mempelajari usaha-usaha di bidang
pendidikan dalam beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti
Amerika, Jepang, dan Inggris. Negera-negera tersebut ketika itu merasa perlu
menerapkan TQM (Total Quality Manajemen) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam
bidang pendidikan, tapi sekaligus sebagai model yang mengutamakan perbaikan
berkelanjutan.
Pengertian Total Quality Manage-ment (TQM) menurut Edward Sallis
adalah; a philoshopy and a methodology which assists institutions to
manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new
external pressure. Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa
Manajemen Mutu Terpadu adalah merupakan suatu filsafat dan metodologi yang
membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan
menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor
eksternal.[19] Jadi dengan kata lain Manajemen Mutu Terpadu
(Total Quality Management) adalah cara yang dapat
digunakan oleh berbagai lembaga pendidikan untuk tujuan peningkatan mutu
pendidikan.
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam konteks pendidikan
merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus,
yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan pelanggan, saat
ini maupun masa yang akan dating (Edward Sallis, 2006: 73). TQM merupakan
suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja,
proses, dan lingkungan (M.N. Nasution, 2004: 18).
Lembaga pendidikan adalah wahana
proses belajar mengajar bagi peserta didik. Untuk meningkatkan mutu
pembelajaran, banyak sekolah yang sudah menerapkan Total Quality Manajement
(TQM) sehingga berhasil pada beberapa dekade terdahulu (Syafaruddin dan Irwan
Nasution, 2005: 150).
Dewasa ini perkembangan pemikiran
manajemen sekolah atau madrasah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM
(Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu.
Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh
anggota organisasi (warga madrasah) terhadap kegiatan madrasah. Penerapan
Manajemen Mutu Terpadu berarti semua warga madrasah bertanggung jawab atas
kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua
pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite madrasah, kepala
madrasah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus benar –
benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap
individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan.
Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan
diterapkan Manajemen Mutu Terpadu.
Dalam ajaran Manajemen Mutu Terpadu,
lembaga pendidikan (madrasah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau
dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara
siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi
madrasah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh
pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan
dengan hakekat pendidikan.
Komponen-komponen dari model
implementasi Total Quality Management dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
2.
Pendekatan fokus terhadap pelanggan
3.
Iklim organisasi
4.
Tim pemecahan masalah
5.
Tersedia data yang bermakna
6.
Metode ilmiah dan alat-alat
7.
Pendidikan dan latihan (Syafarudin dan Irwan Nasution,
150-152)
Pemimpin lembaga pendidikan Islam,
khususnya di lingkungan pesantren dan madrasah merupakan motivator, event Organizer, bahkan
penentu arah kebijakan sekolah dan madrasah yang akan menentukan bagaimana
tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujutkan hal
tersebut maka kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1.
Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan pruduktif
2.
Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan
3.
Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujutkan tujuan
sekolah dan pendidikan
4.
Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pengawai lain di sekolah
5.
Bekerja dengan Tim manajemen.
6.
Berhasil mewujutkan tujuan sekolah secara produktif sesuai
dengan ketentuan yang telah ditentukan (E. Mulyasa, 2002: 126).
Pada hakekatnya tujuan institusi
pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan
dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan
pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua
usaha/manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu
kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak
melahirkan kepuasan pelanggan.
Keberhasilan aplikasi Manajemen Mutu
Terpadu di sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan baik internal maupun
eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sesuai
harapan pelanggan. Dengan kata lain, keberhasilan sekolah atau madrasah
dikemukakan dalam panduan manajemen sekolah sebagai berikut:
1.
Siswa puas dengan layanan sekolah
2.
Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya
3.
Pihak pemakai atau penerima lulusan puas karena menerima
lulusan dengan kualitas tinggi dan sesuai harapan
4.
Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah (Syafaruddin,
2005: 88).
Selain itu, upaya untuk meningkatkan
mutu sekolah atau madrasah perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Menyamakan komitmen mutu oleh kepala sekolah/madrasah
2.
Mengusahakan adanya program peningkatan mutu
sekolah/madrasah
3.
Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah/madrasah
4.
Kepemimipinan kepala sekolah/madrasah yang efektif
5.
Ada standar mutu lulusan
6.
Jaringan kerja sama yang baik dan luas
7.
Penataan organisasi sekolah/madrasah yang baik
8.
menciptakan iklim dan budaya sekolah/madrasah yang kondusif
(Syafaruddin, 2005: 90).
Pada hakekatnya tujuan institusi
pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan
dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka
organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen
dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan,
apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan
pelanggan. Untuk dapat mencapai peningkatan mutu pendidikan sebagaimana yang
diharapkan, perlu memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini:
1. Kerjasama Tim (Team
Work)
Kerjasama tim merupakan unsur yang
sangat penting dalam Manajemen Mutu Terpadu. Tim adalah sekelompok orang
bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan
kepuasan kepada seluruh satakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi
merupakan komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan
kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam
menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah
satu bagian dari pemberdayaan (empowerment)
pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar.
Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam
meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui
proses perbaikan mutu secara berkesinambungan.
Ada tiga komponen saling berkaitan
yang mempengaruhi kinerja dalam produktifitas suatu tim dan ini merupakan kunci
keberhasilan tim, yaitu sebagai berikut:
1.
Organisasi secara keseluruhan
2.
Tim Kerja
3.
Para individu anggota tim
Strategi untuk meningkatkan kinerja
tim dalam Pencapaian Tujuan yang hendak dicapai pada lembaga pendidikan Islam
adalah sebagai berikut:
1.
Saling ketergantungan
2.
Perluasan Tugas
3.
Penjajaran (alignment)
4.
Bahasa yang umum
5.
Kepercayaan/Respek
6.
Kepemimpinan
7.
Ketrampilan pemecahan masalah
8.
Ketrampilan menangani komprontasi/ konflik
9.
Penilaian/tindakan
10. Penghargaan
2. Keterlibatan
Stakeholders
Misi utama dari Manajemen Mutu
Terpadu adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan. Sekolah
yang baik adalah sekolah yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan
memiliki obsesi terhadap mutu. Pelanggan sekolah ada dua macam:
1.
Pelanggan Internal : guru, pustakawan, laborat, teknisi dan
administrasi.
2.
Pelanggan Eksternal terdiri dari:
§ Pelanggan primer : siswa
§ Pelanggan sekunder: orang tua,
pemerintah dan masyarakat.
§ Pelanggan tertier : pemakai/penerima
lulusan (perguruan tinggi dan dunia usaha).
Menurut Edward Sallis dalam
institusi pendidikan pelanggan utama adalah pelajar yang secara langsung
menerima jasa, pelanggan kedua yaitu orang tua atau sponsor pelajar yang
memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi dan pelanggan
ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung seperti
pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Guru, staf dan setiap orang yang
bekerja dalam masing-masing institusi turut memberikan jasa kepada para kolega
mereka adalah pelanggan internal. Hubungan internal yang kurangbaik akan
menghalangi perkembangan sebuah institusi sekolah dan akhirnya membuat
pelanggan eksternal menderita. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah
sebuah institusi sekolah manjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik, dan
kompetisi internal, untuk meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh
pelanggan.
Adapun komponen-komponen yang harus
dilibatkan secara berkesinambungan guna mencapai tujuan dalam Manajemen
Peningkatan Mutu pada suatu lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Keterlibatan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi
fenomena yang berkembang pada sekolah akhir-akhir ini, tetapi belum maksimal
siswa yang terlibat dan mempengaruhi proses penyusunan kegiatan belajar
mengajar disekolah. Perlu didesain agar supaya dalam penyusunan kurikulum dan
peraturan-peraturan disekolah disusun secara fair dan efektif dengan melibatkan
siswa.
Adalah penting melibatkan siswa
dalam proses pembuatan keputusan seperti dalam penyusunan kurikulum dan hal –
hal yang berkenaan dengan desain materi pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas
yang memberi otonomi atau keleluasaan bagi siswa memiliki kaitan erat dengan
kemampuan siswa dalam berekspresi, kreatif menunjukkan kemampuan diri belajar
secara konseptual dan senang terhadap tantangan. Si siswa yang memiliki andil
dalam kegiatan-kegiatan instrusional atau pembuatan peraturan sekolah memilik
rasa cinta terhadap sekolah dan pada gilirannya secara signifikan keterlibatan
mereka terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Selama ini siswa dijadikan obyek
dikelas ketimbang dijadikan sebagai subyek pendidikan. Siswa diharuskan tunduk
kepada seluruh aturan yang dibuat oleh sekolah siswa tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan kemampuan yangdimilinya. Siswa dalam menerima pelajaran
dari guru dan menjalankan peraturan yang ada disekolah dalam keadaan terpaksa,
karena merasa tidak nyaman dan tidak dilibatkan dalam desain pembelajaran dan
pembuatan peraturan.
Bahwa orientasi negatif bisa muncul
jika kebijakan, tujuan dan norma sekolah atau implementasi semuanya
dikembangkan tanpa melibatkan siswa atau siapa saja yang akan melaksanakan-nya.
Sebaliknya keterlibatan mereka yang maksimal, terutama siswa akan memberikan
respon positif terhadap program, peraturan, tuntutan atau norma–norma sekolah,
keterlibatan siswa dalam perencanaan aktifitas kelas adalah merupakan bagian
dari aspek otonomi dan kontrol dari siswa sendiri. Jika siswa merasa tidak
berseberangan dengan aturan kelas, kemungkinan besar mereka akan mengembangkan
prilaku positif terhadap sekolah secara umum dan terhadap prestasi akademis
secara khusus.
b. Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua dalam proses
pendidikan anak disekolah merupakan hal yang penting dilakukan oleh institusi
pendidikan dan inilah salah satu unsur penting dalam TQM.
Peran orang tua dalam pembentukan
motivasi dan penguasaan diri anak sejak dini merupakan modal besar bagi
kesuksesan anak di sekolah. Peran orang tua terdiri dari: orang tua dapat
mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik anak dengan
memberi mereka kesempatan dan akses ke sumber-sumber pendidikan seperti jenis
sekolah yang dimasuki anak atau akses ke perpustakaan, multi media seperti
internet dan televisi pendidikan. Orang tua dapat membentuk perkembangan
kognitif anak dan pencapaian akademik secara langsung dengan cara terlibat
langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Orang tua juga mengajarkan anak
norma dalam berhubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya yang relevan
dengan suasana kelas.
Cara alternatif untuk mengakrabkan
antara sekolah dan orang tua yaitu: Melakukan komunikasi secara intensif,
secara proaktif sekolah menghubungi orang tua siswa. Ini dapat dilakukan:
1.
Kirimkan ucapan selamat bergabung dengan sekolah dan BP2,
bagi orang tua siswa baru, setelah perlu dilakukan perkenalan dan orientasi
singkat agar orang tua mengetahui sekolah dengan aktivitasnya.
2.
Rapat tertentu, sebaiknya dilakukan pada level kelas,
sehingga diantara rapat dapat efektif dan orang tua dapat saling kenal.
3.
Kirimkan berita sekolah secara periodik, sehingga orang tua
selalu mengetahui perkembangan terakhir.
4.
Bagikan daftar personal sekolah secara lengkap, termasuk
alamat dan tugas-tugas pokok mereka, sehingga orang tua dapat menghubungi.
5.
Mengundang orang tua jika anaknya berprestasi, jangan hanya
mengundang kalau anaknya bermasalah.
6.
Melakukan kunjungan rumah bila diperlukan.
7.
Lakukan identifikasi kebutuhan sekolah dan bagaimana orang
tua dapat membantu pada kegiatan tersebut. Libatkan guru, staf dan wakil BP3
dalam identifikasi tersebut. Susun uraian tugas untuk
posisi-posisi yang mungkin dapat dibantu oleh orang tua sebagai relewan.
Upayakan tugas tersebut tidak terikat oleh jadwal waktu yang ketat.
8.
Bantu guru untuk menyusun program relawan yang terkait
dengan tugasnya.
9.
Informasikan secara luas program relawan tersebut, lengkap
dengan diskripsi tugas untuk setiap tugas/posisi.
10. Undang orang tua yang bersedia
menjadi relawan.
11. Berikan penghargaan bagi orang tua
yang telah melaksanakan tugas sebagai relawan.
D. Simpulan
Jadi dapat diambil simpulan bahwa
pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada
seperti pada jalur pendidikan formal, non formal, Informal, kesemuanya itu
perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan
hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan
tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak
itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di
sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan
oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Mempertahankan kepuasan pelanggan
membuat organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha /
manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan
pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan
kepuasan pelanggan.
Kerjasama tim dalam menangani proyek
perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan dilakukan melalui pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan
pemberian tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah
lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan
stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara berkesinambungan.
Guru, Staf dan setiap orang dalam
institusi pendidikan turut memberikan jasa kepada para kolega mereka sesama
pelanggan internal. Hubungan internal yang kurang baik akan menghalangi
perkembangan sebuah institusi. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah
sebuah institusi sekolah menjadi sebuah tim untuk meraih sebuah tujuan tunggal
yaitu memuaskan seluruh pelanggan. Peran orang tua dalam motivasi diri anak
sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan anak di sekolah. Orang tua
dapat mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik anak
dengan memberi mereka kesempatan dan akses ke sumber-sumber pendidikan.
Jadi tujuan Manajemen Mutu Terpadu
merupakan tanggung jawab atau kewajiban untuk mencapai atau mengejar kepuasan
pelanggan. Yang dengan kata lain mutu terpadu adalah “people oriented” yang dimulai dari orang dan berakhir
pada orang. Mutu terpadu dalam pendidikan membuat setiap orang berjanji untuk
melayani orang lain berdasarkan setiap tuntutan kebutuhan pendidikan.
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) berarti pula adanya kebebasan
untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis
antara siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala madrasah, antara guru dan
kepala madrasah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara
seluruh warga madrasah. Pentransferan ilmu tidak lagi bersifat one way communication, melainkan multiple way communication. Ini berkaitan dengan budaya
akademis.
Selain kebebasan berpendapat juga
harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah
organisasi madrasah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional.
Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya bagi
warga madrasah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah program-program,
serta kondisi finansial.
Singkatnya, Manajemen Mutu Terpadu
adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini
sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem madrasah yang birokratis akan
menghambat potensi perkembangan madrasah itu sendiri.
Sebagai saran bagi kita semua yang
peduli dengan pendidikan Islam, Manajemen Peningkatan Mutu yang sering di
seminarkan dan dikenalkan pada dunia pendidikan, ternyata banyak warga sekolah
terutama guru yang belum tahu, kenal, dan memahami. Kebanyakan hanya diketahui
oleh kepala sekolah, dan calon kepala sekolah. Disarankan agar hal ini
disebarluaskan dan betul-betul bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Perlu ditingkatkan etos kerja,
motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya rasa memiliki, mau
bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana secara optimal
sehingga mampu menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan seorang kepala
sekolah yang berjiwa pemimpin dengan visi yang baik.
Mutu bukanlah sesuatu yang terjadi
secara tiba-tiba dan muncul dihadapan para guru, karyawan dan kepala sekolah.
Mutu harus direncanakan. Karena itu ada trilogi mutu, yaitu perencanaan mutu,
pengawasan mutu, dan perbaikan mutu. Bagaimanapun juga, mutu terpadu adalah
sesuatu yang diraih dengan berkelanjutan. Total atau terpadu berarti setiap
orang dalam organisasi dilibatkan dalam mencapai produk yang diharapkan dengan
pelayan terhadap pelanggan serta proses kerja atau kontribusi kegiatan (tugas)
terhadap keberhasilan yang menyeluruh atau terpadu.
Referensi:
Ahmad,
Dzaujak, Penunjuk Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah Dasar,
Jakarta: Depdikbud 1996.
Departemen
Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra. 2001.
Hafidudin,
Didin, dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam
Prakatik, Gema Insani, Jakarta, 2003.
Hamalik,
Oemar, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya,1990.
Mulyasa,
E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.
Nasution,
M.N., Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
2004.
Prawirosentono,
Suryadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu,
Jakarta,PT.Bumi Aksara. 2002.
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka,1999.
Qomar,
Mujamil, Epistimologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, Jakarta: Erlangga, 2005.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2008.
Rosyada,
Dede, Paradigma Pendidikan Demokatis, Jakarta: Kencana 2004.
Sallis,
Edward, Total Quality Management, terj., Ahmad Ali Riyadi,
Yogyakarta: Ircisod. 2006.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta: TERAS. 2009.
Syafaruddin
dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,
Jakarta: Quantum Teaching. 2005.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press. 2005.
__________, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta:
Grasindo 2002.
Terry,
George R., dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen,
terj. G.A Ticoalu. Cet. Ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M), CEQM.
2004.